Maka dari itu aku tidak bisa berhenti menangis dan melampiaskan kesedihan juga kekesalanku pada kedua pria yang berada di hadapanku saat itu.
Pria yang tadi mengusirku dia menggenggam lenganku dan hampir menyeretku keluar dari rumah sakit, namun untunglah pria yang satunya lagi segera memerintahkan dia untuk melepaskanku dan sepertinya mereka adalah seorang bos dengan anak buahnya yang kurang ajar.
"Nona anda harus menjaga jarak dengan tuan Arnold, atau hidup anda akan tamat, ayo saya bantu anda pergi dari sini dengan cepat" ujar pria itu sambil menarik lenganku.
Karena saat itu aku masih tidak sadar dan hanya bisa terus menangis tak karuan aku langsung berontak dan berusaha melepaskan lengan pria asing itu yang memegang tanganku dengan kuat.
"Eihh....lepaskan, apa kau tidak lihat aku sedang sedih ..hiks...hiks..." Ucapku sambil menghempaskan lengannya,
Pria yang satunya lagi langsung menahan pria itu dan dia membiarkanku terus menangis di hadapannya.
"Sudah biarkan dia menangis sepuasnya" ucap pria itu.
Mendengarnya seperti itu aku semakin merasa sedih dan menangis lebih kencang lagi, lalu berjongkok di hadapannya sambil menyembunyikan wajahku di balik kakiku yang ditekuk.
Aku sungguh tidak bisa mengontrol emosi dalam diriku sendiri, rasa sedih karena keadaan ibu benar benar sulit untuk aku terima, hingga tak lama pria itu berbicara padaku dan membawaku pergi menuju mobilnya.
Dia berbicara dengan sangat lembut dan baik padaku, sehingga entah kenapa aku bisa menurutinya dan mengikuti dia masuk ke dalam mobilnya, niat awalnya aku mengikuti dia hanya untuk menghindari ayah yang tengah mengejar dan mencariku karena aku masih cukup kesal terhadapnya dan masih menyimpan banyak kecurigaan kepadanya juga.
"Hei...gadis kecil, kenapa kau menangis seperti ini, ayo berdiri ikutlah denganku kau bisa menangis sepuasnya di mobilku jangan di sini, itu cukup memalukan apa kamu tidak lihat orang orang membicarakan kita" ujar pria itu sambil mengusap lembut pucuk kepalaku.
Aku mengangguk patuh dan masuk ke dalam mobilnya hingga ketika tengah duduk di sana, pria itu kembali mengajukan pertanyaan kepadaku lagi, namun yang anehnya di sini adalah nada bicara pria tersebut langsung berubah drastis dari yang tadinya sangat lembut bahkan melemparkan senyum padaku kini dia justru bicara dengan wajah yang datar dan sedikit membentak sampai membuatku kaget dan tertegun.
"Heh kau bocil meresahkan, berhenti menangis seperti itu, wajahmu sangat jelek saat menangis!" Bentak pria itu yang malah menghinaku,
"Ehh...apa apaan kau ini, beraninya kau menghinaku aku membencimu, eughhh...." Balasku dengan kesal dan berniat ingin kabur keluar dari mobilnya.
Tapi saat aku berusaha membuka pintu mobilnya, justru kini pintu itu tidak bisa dibuka dan aku sudah mencobanya beberapa kali tapi tetap saja tidak bisa.
"Eughh....eughh...kenapa kalian mengunciku di sini, lepaskan aku!" Teriakku dengan wajah yang kesal,
Kesedihanku yang sebelumnya kini sudah berganti dengan perasaan takut karena aku tidak bisa melarikan diri dari dua orang pria yang usianya jauh lebih tua dariku itu.
Salah satu pria di sana mulai bicara dan meminta agar pria lainnya melepaskan aku namun sayangnya pria sialan itu justru malah menyuruh rekannya tersebut melajukan mobilnya.
"Tuan, sebaiknya kita melepaskan dia karena akan ada rapat sebentar lagi bersama perusahaan anak dari luar negeri" ujar pria itu yang terlihat mirip seperti supirnya,
"Sudah jalankan saja mobilnya, biarkan dia menerima hukuman atas kelakuannya yang sudah mempermalukanku di depan umum barusan" balas pria itu.
Aku menelan salivaku dengan susah payah, dan aku sangat kaget saat mendengar pria itu tidak mau melepaskanku, sedangkan ibu dan ayahku masih berada di rumah sakit aku takut ayah akan mengkhawatirkanku di tambah kondisi ibu yang tengah buruk.
Keputusanku untuk menenangkan diri dan menjauh dari ayah sejenak ternyata adalah keputusan yang salah, kini aku justru malah terjebak dengan dua orang asing yang tidak membiarkanku pergi.
Aku terus berontak dan berusaha melarikan diri karena aku tidak bisa meninggalkan ibuku di rumah sakit seorang diri bersama ayah yang nampak acuh terhadap ibuku.
"Pak tolong lepaskan saya, saya minta maaf jika sudah membuatmu malu atau menyinggung perasaanmu tapi tadi saya sungguh benar benar sedih sehingga tidak bisa berhenti menangis, tolong ampuni saya pak" ucapku memohon padanya berharap dia mau melepaskanku.
Aku sudah memasang wajah paling manis dan paling menyedihkan agar pria itu mau melepaskanku dengan mudah dan aku bisa segera kembali ke rumah sakit untuk menjaga ibuku.
Nyatanya bukan sebuah kebahagiaan yang aku dapatkan pria itu justru malah membentakku lagi bahkan kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya.
"Aishh...diam atau aku akan melemparkan mu ke jurang!" Bentak pria itu dengan mata melotot membuatku seketika menciut dan tidak berani berbicara lagi padanya.
*****
Di sisi lain sebenarnya tuan Arnold terkesima saat melihat wajah Sesilia yang begitu imut dan cantik namun sayangnya dia tersadarkan sebab masih ada sekretaris Ken di sampingnya, dia tidak bisa bersikap lunak pada seorang wanita di hadapan sekretaris Ken terlebih dengan wanita yang baru saja temui.
"Sial, kenapa dia terlihat berbeda dengan banyak wanita yang aku temui" gerutu tuan Arnold di dalam hati kecilnya.
Sekretaris Ken yang sudah biasa dengan karakter tuan Arnold dia tentu saja tidak merasa heran ketika melihat tuan mudanya bersikap kasar pada seorang wanita sebab sejak lama dan selama dia bekerja bersama tuan Arnold tidak pernah sekalipun dia lihat tuannya itu berinteraksi dengan seorang wanita kecuali ibundanya sendiri.
Itu pun sangat jarang sebab mereka tinggal di rumah yang berbeda, meskipun berada di kota dan negara yang sama, tuan Arnold memilih untuk hidup mandiri dan tinggal seorang diri di kediamannya yang mewah dan besar, selama ini dia banyak menghabiskan waktu di luar rumah sehingga baginya rumah tidak terlalu penting dan hanya sebagai tempat untuk tidur serta beristirahat sejenak di sela kesibukannya.
Namun kali ini sekretaris Ken juga mulai melihat sedikit perbedaan dari tuan Arnold, di mana ini adalah pertama kalinya tuan Arnold mengijinkan seorang wanita untuk duduk bersampingan dan berada di satu mobil yang sama dengannya, apalagi wanita itu seorang gadis kecil yang tengah menangis.
Sekretaris Ken memang merasa sangat heran tapi sebagai bawahan dia tidak bisa bertanya apapun secara langsung saat ini, meski dia juga sudah bersahabat dekat dengan tuan Arnold tetap saja dia harus bersikap profesional jika ada orang lain diantara mereka.
*****
Setelah mendapatkan bentakkan dari pria asing itu, aku sungguh takut dan tidak bisa berkutik lagi, sehingga aku memilih untuk diam dan berusaha bersikap tenang sambil sesekali memeriksa keadaan pria di sampingku itu dengan menatapnya lewat ujung mataku sekilas.
"Astaga...apa yang sudah aku lakukan, bagaimana bisa aku malah terperangkap di mobil pria asing seperti ini, huaaa ayah akan mencariku dan ibu bagaimana dengan keadaannya sekarang" gumamku merasa cemas tak karuan.
Saat itu aku pikir pria di sampingku tidak menyadari apa yang aku lakukan ternyata dia justru mengetahuinya dan menegurku secara tiba tiba sampai membuatku gugup dan malu.
"Heh, bocil apa yang kau lihat?, Aku peringatkan jangan mencuri curi pandang padaku kau itu masih bocah" ucap pria itu membuatku tertegun dan tersipu malu,
"A..apa maksudmu pak, tentu saja aku baru lulus SMA dan kau sudah setua itu jelas sekali kita ini berbeda aku juga tidak mungkin menyukai pria tua sepertimu" balasku dengan sedikit gugup.
Tiba tiba saja pria itu menatapku dengan lekat dan semakin tajam dengan matanya yang terbelalak sempurna, aku menaikkan kedua alisku merasa bingung dengan perubahan sikapnya yang terus berubah tiba tiba, sedangkan sekretaris Ken berusaha menahan tawa sambil terus menyetir dan berpura pura tidak mendengarkan apapun yang sudaha ku katakan pada pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments