Rumah Baru

Melihat itu aku langsung terperanjat dari kasur dan menghampiri ibuku yang tengah memasukkan pakaian ke dalam koper.

"Ibu apa yang kau lakukan, kenapa memasukkan semua pakaianku, memangnya kita mau liburan yah?" Ucapku menduga,

"Aishh otakmu itu selalu saja tidak bisa menangkap apapun, kita akan pindah Sesilia" ungkap ibuku membuat aku membelalakkan mata dengan sempurna,

"APA?, pindah?, Bu kamu pasti bercanda kan?, Memangnya ada apa dengan rumah ini kenapa kita harus pindah?" Tanyaku bertubi tubi dan merasa tidak terima,

"Jangan banyak tanya Sesil, cepat mandi dan ibu akan menunggumu di bawah bersama ayahmu" ujar ibuku yang tidak ingin memberitahuku alasan sebenarnya.

Aku sangat kesal dan tidak bisa menerima keputusan pindah rumah tersebut, sehingga aku terus mendesak ibu dan memintanya menjelaskan kepadaku, tapi sekeras apapun aku bertanya dan mendesak ibu tetap saja tidak memberitahuku dan dia malah mendorongku masuk ke dalam kamar mandi dengan paksa.

Alhasil aku hanya bisa menurutinya meski perasaanku menolak dan terus merasa kesal, aku segera membersihkan diriku dengan cepat karena aku juga penasaran dengan situasi yang tengah terjadi saat ini.

Selesai mandi saat aku baru keluar dari kamar mandi nampak diatas ranjangku sudah ada sepasang pakaian yang sudah di siapkan oleh ibuku dan aku segera mengenakannya lalu turun ke lantai bawah menemui kedua orangtuaku di meja makan.

Nampak mereka sudah menunggu kedatanganku dan aku segera duduk tepat di hadapan ibuku, wajah kedua orangtuaku nampak berbeda dari biasanya dan aku segera menanyakan hal yang mengganggu pikiranku sejak bangun tidur.

"Ayah, ibu apa yang sebenarnya terjadi?, Kenapa ibu membereskan semua barangku dan kenapa rumah ini menjadi kosong ke mana semua barang barang yang kita miliki sebelumnya, tidak mungkin kita benar benar pindah kan?" Tanyaku dengan heran sambil terus menatap ke segala arah, melihat seluruh ruangan di rumahku sudah kosong.

"Kita akan pindah Sesil, apa kamu belum mengerti juga" balas ibuku memberi tahu,

"Iya Bu, tapi kenapa?" Tanyaku masih merasa heran karena kedua orangtuaku seperti enggan menjelaskan kejadian yang tengah terjadi kepadaku.

Tapi melihat raut wajah ayah yang begitu muram dan lesu aku langsung memiliki prasangka di dalam diriku sendiri dan segera mengutarakannya secara langsung di hadapan mereka.

"Apa kita sedang kesulitan?, atau perusahaan sedang tidak baik baik saja?" Tanyaku pada ayah dan ibu.

Saat aku mengajukan pertanyaan itu wajah mereka nampak sedikit kaget dan dengan begitu aku semakin yakin bahwa dugaanku benar, aku langsung merasa lesu karena tidak menyangka kekayaan yang selama ini aku nikmati dan aku pikir tidak akan pernah habis nyatanya bisa berada di titik serendah ini sekarang, bahkan sampai kami harus menjual rumah kami sendiri.

Karena aku masih tidak cukup percaya, lagi lagi aku coba kembali menanyakannya untuk memastikan semuanya pada ayah dan ibu.

"Ayah, ibu. Tolong jawab pertanyaanku apa sekarang kita benar benar sudah berakhir?, Apa kita sungguh bangkrut?" Tanyaku memastikan,

"Sesilia sudah cukup, bagaimana kamu bisa berkata sekasar itu, dan karena sekarang kamu sudah tahu bagaimana keadaan keluarga kita jadi ayah mohon padamu jangan banyak bertanya lagi, kita akan segera pergi setelah kamu menghabiskan sarapannya" ujar ayahku dengan tegas.

Ketika ayah yang sudah berbicara aku tak bisa berkutik lagi dan terus melanjutkan sarapanku dengan perasaan kesal dan lesu, aku sungguh merasa sedih pagi itu, bahkan rasanya aku sudah tidak bisa merasakan makanan yang tengah aku kunyah di dalam mulutku, entah rasanya enak atau pahit aku tidak bisa membedakannya lagi setelah mengetahui kenyataan bahwa keluarga sungguh bangkrut.

*****

Setelah perjalanan yang cukup jauh akhirnya kami sampai di depan sebuah rumah yang berukuran sedang dan minimalis, ayah mengajak kami untuk segera masuk dan melihat lihat rumah baru itu, rumahnya hanya memiliki satu lantai dan tidak cukup besar, aku hanya bisa mengelus dada dan berkali kali menghembuskan nafas lesu karena masih belum bisa mempercayai bahwa kami harus bernasib seburuk ini.

"Sesil kamarmu ada di sana dan ini kamar ayah juga ibu, bagaimana apa kamu suka dengan rumahnya?" Tanya ayah kepadaku.

Karena tidak ingin melihat ibu sedih aku berpura pura menyukai rumah itu, karena aku sadar kami tidak sekaya dulu sehingga mau tidak mau aku harus menerima apa yang kita miliki saat ini.

"Aku suka ayah, kalau begitu aku akan membereskan pakaianku dahulu" balasku sambil segera pergi melihat kamarku sendiri.

Saat pertama kali masuk ke dalam kamar kelas sekali perbedaannya terlihat, kamarku yang dulu begitu luas dan memiliki lemari besar berisi pakaian pakaian mewah yang cantik, sekarang kamarku hanya bisa di isi dengan ranjang kecil dan satu meja belajar yang merangkap sebagai meja rias juga, rasanya aku ingin mengeluh ketika melihat semua kenyataan ini, tapi tidak ada yang akan berubah seandainya aku mengeluh.

"Huuhh...semuanya berubah hanya dengan satu malam, tidak tahu apa ibu baik baik saja atau tidak, sebaiknya aku memeriksanya" ucapku sambil bergegas berniat menemui ibu.

Saat aku baru keluar dari kamar ku lihat ayah pergi keluar dan sebuah ponsel terjatuh dari kantong saku celana ayah, ibu langsung mengambilnya dan melihat ponsel tersebut namun tiba tiba saja mata ibu berkaca kaca lalu dia masuk ke dalam kamar dengan menutup pintu sangat keras.

Aku heran dan mengerutkan kedua alisku bersamaan karena merasa tidak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi saat itu.

"Ehh..ada apa dengan ibu?, Kenapa tidak memberikan ponsel itu pada ayah?" Gerutuku merasa heran sendiri.

Aku pun pergi menuju kamar ibu namun suara tangisan terdengar dari dalam, karena rumah baru kita tidak kedap suara seperti rumah yang lama maka dari itu aku bisa mendengar dengan jelas bahwa suara tangisan yang aku dengar saat itu adalah tangisan ibuku. Aku kaget dan panik lalu aku langsung masuk ke dalam kamar menghampiri ibuku.

"Ibu apa yang terjadi, kenapa kamu menangis?" Tanyaku merasa cemas,

Tiba tiba saja ibu langsung menyembunyikan ponsel yang dia genggam, seakan ibu tengah menyembunyikan sesuatu hal dariku, aku ingin menanyakannya namun melihat secara langsung ibu menyembunyikannya seperti itu aku merasa tidak enak.

"Tidak.... apa apa ibu hanya kelilipan, kamu tidak perlu khawatir, bagaimana dengan kamarmu apa kamu suka?" Tanya ibuku mengalihkan pembicaraan,

"A..aku sebenarnya tidak menyukainya, tapi aku akan belajar menyukainya bu" balasku dengan jujur,

"Sesil terimakasih yah kamu sudah mau memahami kondisi keluarga kita saat ini, ibu sangat bangga kepadamu" ucap ibu memelukku dengan erat.

Aku kembali merasa sangat aneh, ibu tidak biasanya bersikap seperti ini, dia memelukku dengan tiba tiba seperti orang yang tengah bersedih, aku bisa merasakan pelukannya itu namun ku kira pelukan tersebut karena dia merasa sedih atas kebangkrutan perusahaan.

Namun rupanya di belakangku ada masalah lain yang jauh lebih berat tengah ibu hadapi, dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.

*****

Di sisi lain ibunda Sesilia yang tak lain adalah ibu Laura dia sebenarnya ingin mengembalikan ponsel yang di duga milik suaminya itu saat pertama kali dia melihatnya jatuh di lantai, namun saat mengambil ponsel tersebut tiba tiba muncul sebuah pesan yang baru masuk dan isi pesan itu begitu romantis di mana menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh di belakangnya entah sejak kapan.

"Sayang rumah baru yang kau berikan untukku dan Cika sangat mewah sama seperti yang kamu harapkan, aku sangat menyayangimu" isi pesan di dalam ponsel yang dibaca oleh ibu Laura.

Maka dari itu ibu Laura langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa ponsel tersebut lebih detail lagi, dan akhirnya banyak pesan lain yang berhasil ibu Laura baca juga beberapa foto yang ternyata diambil jauh sebelum mereka menikah, di mana itu menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh sejak lama bahkan sebelum mereka menikah.

Saat ibu Laura hendak mencari tahu hal lainnya tiba tiba saja Sesilia masuk ke dalam kamarnya sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponsel tersebut darinya karena tidak ingin Sesilia mengetahui kelakuan ayahnya yang sangat buruk di belakang mereka berdua.

"Maafkan ibu Sesil, ibu tidak ingin kamu merasakan apa yang ibu rasakan, semuanya sudah terjadi, ibu akan menyelesaikan masalah ini sendiri bersama ayahmu, maafkan ibu nak" gumam ibu Laura sambil memeluk putri semata wayangnya.

Episodes
1 Hari Kelulusan
2 Rumah Baru
3 Di rumah sakit
4 Di dalam mobil
5 Rem mendadak
6 Di bentak
7 Melarikan diri
8 Bertemu Brain
9 Melepaskan Sesilia
10 Memindahkan Ibu
11 Kembali Ke rumah
12 Jatuh
13 Masa lalu Johana
14 Masa Lalu Johana part 2
15 Diambil Alih
16 Sadar
17 Berpura pura
18 Di rumah
19 Anggap saja aku ibumu
20 Hadiah
21 Pergi ke luar
22 Pertemuan ke dua
23 Pertemuan Tante Maria dan Arnold
24 Ponsel dari tante Maria
25 Berangsur Membaik
26 Perjodohan
27 Bertemu Dona dan Siska
28 Menyetujui Perjodohan
29 Rencana
30 Berjalan jalan di Universitas
31 Bersiap
32 Ternyata Dia!
33 Bertengkar
34 Teleskop
35 Phobia Darah
36 Ibuku
37 Membalas Perbuatan Mereka
38 Tak Sadarkan Diri
39 Dibantu tuan Albert
40 Memutuskan Hubungan
41 Di obati
42 Menggantikan Sesilia
43 Kekacauan di rumah
44 Tidak jadi marah
45 Membersihkan Rumah
46 Memindahkan
47 Perihal Pakaian
48 Sarapan pagi
49 Ikut ke kantor
50 Di Kantor
51 Memohon
52 Panik berlebihan
53 Lemas
54 Salah Paham
55 Bertemu Brain dan Siska
56 Di kejar preman
57 Menjaganya sepanjang malam
58 Siuman
59 Perintah tuan Arnold
60 Masalah Pakaian
61 Kesal
62 Di Mall
63 Masih tentang pakaian
64 3 hari kemudian
65 Keberanian Sesilia
66 Di Dandani
67 Di Pesta
68 Ayam
69 Di rumah sakit
70 Masakan tuan Arnold
71 Belajar naik sepeda
72 Merajuk
73 Pergi Ke Restoran
74 Tuan Arnold Merajuk
75 Melawan Siska
76 Kupikir Kesiangan
77 Undangan
78 Di Perusahaan Bramantyo
79 Bertekad
80 Ingin Ikut
81 Di Kantor
82 Ulah Brain
83 Siska Dan Dona
84 Berpelukan
85 Menghasut
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Hari Kelulusan
2
Rumah Baru
3
Di rumah sakit
4
Di dalam mobil
5
Rem mendadak
6
Di bentak
7
Melarikan diri
8
Bertemu Brain
9
Melepaskan Sesilia
10
Memindahkan Ibu
11
Kembali Ke rumah
12
Jatuh
13
Masa lalu Johana
14
Masa Lalu Johana part 2
15
Diambil Alih
16
Sadar
17
Berpura pura
18
Di rumah
19
Anggap saja aku ibumu
20
Hadiah
21
Pergi ke luar
22
Pertemuan ke dua
23
Pertemuan Tante Maria dan Arnold
24
Ponsel dari tante Maria
25
Berangsur Membaik
26
Perjodohan
27
Bertemu Dona dan Siska
28
Menyetujui Perjodohan
29
Rencana
30
Berjalan jalan di Universitas
31
Bersiap
32
Ternyata Dia!
33
Bertengkar
34
Teleskop
35
Phobia Darah
36
Ibuku
37
Membalas Perbuatan Mereka
38
Tak Sadarkan Diri
39
Dibantu tuan Albert
40
Memutuskan Hubungan
41
Di obati
42
Menggantikan Sesilia
43
Kekacauan di rumah
44
Tidak jadi marah
45
Membersihkan Rumah
46
Memindahkan
47
Perihal Pakaian
48
Sarapan pagi
49
Ikut ke kantor
50
Di Kantor
51
Memohon
52
Panik berlebihan
53
Lemas
54
Salah Paham
55
Bertemu Brain dan Siska
56
Di kejar preman
57
Menjaganya sepanjang malam
58
Siuman
59
Perintah tuan Arnold
60
Masalah Pakaian
61
Kesal
62
Di Mall
63
Masih tentang pakaian
64
3 hari kemudian
65
Keberanian Sesilia
66
Di Dandani
67
Di Pesta
68
Ayam
69
Di rumah sakit
70
Masakan tuan Arnold
71
Belajar naik sepeda
72
Merajuk
73
Pergi Ke Restoran
74
Tuan Arnold Merajuk
75
Melawan Siska
76
Kupikir Kesiangan
77
Undangan
78
Di Perusahaan Bramantyo
79
Bertekad
80
Ingin Ikut
81
Di Kantor
82
Ulah Brain
83
Siska Dan Dona
84
Berpelukan
85
Menghasut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!