Saat itu aku pikir pria di sampingku tidak menyadari apa yang aku lakukan ternyata dia justru mengetahuinya dan menegurku secara tiba tiba sampai membuatku gugup dan malu.
"Heh bocil, apa yang kau lihat?, Aku peringatkan jangan mencuri curi pandang padaku kau itu masih bocah" ucap pria itu membuatku tertegun dan tersipu malu,
"A..apa maksudmu pak, tentu saja aku baru lulus SMA dan kau sudah setua itu jelas sekali kita ini berbeda aku juga tidak mungkin menyukai pria tua sepertimu" balasku dengan sedikit gugup.
Tiba tiba saja pria itu menatapku dengan lekat dan semakin tajam dengan matanya yang terbelalak sempurna, aku menaikkan kedua alisku merasa bingung dengan perubahan sikapnya yang terus berubah tiba tiba, sedangkan sekretaris Ken berusaha menahan tawa sambil terus menyetir dan berpura pura tidak mendengarkan apapun yang sudah ku katakan pada pria itu.
Aku berusaha untuk memberanikan diri dan mengeluarkan pembicaraan lebih dulu kepadanya, karena pria itu terus saja melemparkan tatapan tajamnya kepadaku bahkan hampir membuatku gemetar ketakutan dengan raut wajahnya itu.
"A..ada apa pak?, Kenapa kau menatapku begitu, itu menyeramkan sekali" ucapku keceplosan.
Aku langsung menutup mulutku sendiri dan memejamkan mataku secara refleks karena takut pria itu akan memukulku atas ucapan yang baru saja aku lontarkan, saat itu aku yakin dia pasti akan tersinggung dengan ucapanku.
Tapi aku juga tidak bermaksud mengatakannya dengan gamblang seperti itu, aku hanya tidak sengaja keceplosan saja karena terlalu gugup untuk memulai pembicaraan dengannya.
Di saat aku tengah ketakutan dan terus merasa cemas dengan nasib diriku sendiri, di sisi lain pria yang usianya lebih tua dariku itu dia hanya menatapku lebih dekat lagi dan tak lama memalingkan pandangannya dariku keluar jendela lalu dia menyuruhku untuk membuka mata.
"Heh, gadis kecil kenapa kau terus menutup wajahmu begitu, jangan menutup wajah dan matamu saat bicara denganku, dasar kau ini cepat turunkan tanganmu!" Perintah pria itu dan aku menurutinya segara.
Aku menganggukkan kepala lalu menurunkan tanganku dan mulai membuka mataku perlahan, saat sudah membuka mata seluruhnya aku lihat pria itu tengah memalingkan pandangannya keluar jendela dan rasa penasaran dalam diriku mendorong tubuhku untuk berusaha melihat wajah pria itu karena aku sangat penasaran dengan ekspresi pria itu.
"Ehh...kenapa dia memalingkan wajahnya dariku, apa dia tidak marah?, Aku kan sudah menyinggungnya?" Gumamku dalam hati sambil berusaha melihat ekspresi pria itu.
Tiba tiba saja saat aku tengah berusaha mengintip wajah pria itu, mobil yang kami tumpangi mengerem mendadak sehingga membuatku terpentok ke depan dan hampir membuat kepalaku terhantuk ke jok depan, untunglah pria asing di sampingku itu sangat cepat dan sigap menahan kepalaku sehingga justru malah tangannya yang menjadi sandaran kepalaku.
Dia langsung berteriak membentak pria yang mengemudi dengan keras, dan nampak kemarahan terpancar jelas di wajahnya.
"Ken apa yang kau lakukan, menyetirlag dengan baik apa kau mau membuatku celaka ha!" Bentak pria itu dengan keras.
Aku juga merasakan suasana yang ngeri dan merinding sedikit takut saat melihat pria itu mengeluarkan emosinya seperti itu kedapa pria yang mengemudi hingga membuat pria yang mengemudi itu segera meminta maaf kepadanya.
"Maafkan saya tuan, tadi ada seekor kucing yang tiba tiba saja menyebrang dan saya telat menyadarinya, mohon maafkan saya, ini tidak akan pernah terjadi lagi" balas pria yang menyetir itu sambil menunduk serta memberi hormat.
Aku hanya menatap penuh keheranan dan bingung, saat itu sepertinya aku merasa aku tengah berada di dunia yang berbeda saat ada diantara kedua pria itu.
Sedangkan pria yang aku ketahui namanya tuan Arnold dia masih memegangi kepalaku sampai setelah memarahi rekannya itu dia langsung menatap padaku dan seperti tengah mencemaskan kondisiku.
"Hey bocil, apa kau baik baik saja, bagaimana dengan kepalamu?" Tanyanya sambil memeriksa kepalaku.
Aku langsung berusaha melepaskan tangannya dari kepalaku karena dia menarik kepalaku terlalu dekat dengan wajahnya sehingga itu membuatku sangat tidak nyaman, belum lagi dengan rambut kepalaku yang terhambat olehnya, itu membuatku sedikit kesakitan.
"Ahhh...tuan aku baik baik saja, bukankah tanganmu menyanggah kepalaku?, tentu saja kepalaku akan baik baik saja, harusnya kau mencemaskan lenganmu. Lihat itu lenganmu merah dan sedikit lecet, kau harus segera mengobatinya, jangan hiraukan kepalaku aku baik baik saja karenamu" balasku menjelaskan.
Aku memang mengatakan yang sebenarnya dan mengutarakan apa yang aku rasakan dan apa yang aku lihat maka dari itu aku bisa berbicara demikian, semuanya bukan karena aku mengkhawatirkan dia tapi memang itu faktanya, dia sudah menyelamatkan kepalaku sehingga aku berpikir harus membalas perbuatan baiknya tersebut.
"Tuan apa tanganmu baik baik saja?" Tanyaku memastikan,
Dia baru melihat kondisi tangannya setelah aku memberitahunya dan dia nampak acuh sekali dengan dirinya sendiri, padahal tangannya itu memang lecet dan pasti luka itu akan meninggalkan bekas jika tidak diobati dengan tepat segera.
Aku pun berinisiatif untuk membantunya mengobati luka tersebut, karena aku merasa itu adalah tanggung jawabku, karena dia sudah menolongku.
"Tuan pasti ada kotak p3k di mobil mewahmu ini kan, di mana kau meletakkannya?" Tanyaku lagi meski dia tidak merespon,
Aku menghembuskan nafas lesu karena lagi lagi pria tidak tidak merespon ucapanku sehingga percuma saja aku mau berkata dan bertanya apapun padanya, dia tetap mengabaikanku terus.
Aku pun memutuskan untuk menanyakannya pada pria yang mengemudi di depan.
"Pak supir apa kau tahu di mana tuan ini meletakkan kotak p3k nya?" Tanyaku padanya dan malah mengundang tawa kecil dari pria di sampingnya yang sedari tadi memasang wajah datar dan mengabaikan semua ucapan dariku.
"Mpppmttt...hhaha..." suara pria itu tertawa kecil sambil dia tutupi dengan sebelah tangannya,
Aku yang merasa heran langsung bertanya kepadanya sambil menaikkan kedua alisku.
"Ehhh?, Tuan apa kau barusan tertawa?, Ternyata manusia robot sepertimu bisa tertawa juga yah?" Ucapku merasa bingung sendiri.
Dan kalinini wajahnya langsung berubah datar seketika sedangkan malah supir itu yang tertawa sekarang.
Aku semakin bingung dan keheranan dengan kedua pria yang berada di dalam mobil bersamaku ini, mereka seperti tengah menertawakan ucapanku tapi aku merasa tidak ada yang salah sama sekali dengan semua perkataan yang aku lontarkan, sehingga aku hanya bisa menatap dengan heran.
"Eihhh...sekarang malah pak supir yang tertawa, sebenarnya kalian kenapa sih aneh sekali?" Tambahku sambil menggaruk belakang kepalaku,
"Tidak apa apa, ini kotak p3k yang kamu minta kan, cepat ambil aku sedang menyetir, jangan sampai manusia robot itu kembali memarahiku karena tidak fokus dalam menyetir" balas sang pria yang aku kira supir tersebut.
Pria itu memberikan kota p3k kepadaku dan aku langsung mengambilnya, lalu aku mulai mencari obat merah dan kapas di dalam kotak tersebut.
Sedangkan di sisi lain Arnold menatap tajam ke arah sekretaris Ken lewat kaca depan, dan menyipitkan matanya seakan memberikan peringatan keras pada sekretaris sekaligus sahabat karibnya itu.
Sekretaris Ken hanya tersenyum dan menahan tawa karena dia masih merasa lucu dengan sebutan manusia robot yang dibuat oleh Sesilia kepada sahabatnya itu.
"Haha...kasihan sekali Arnold ini, lebih mending aku hanya dikira seorang supir oleh gadis kecil itu, dari pada dia yang dikatai manusia robot, setidaknya seorang supir masih manusia normal dan nyata haha" gumam sekretaris Ken di dalam hatinya.
Arnold semakin kesal karena melihat sekretaris Ken yang terus menertawakan dia secara diam diam, namun dia juga tidak bisa melakukan apapun saat ini karena masih ada Sesilia yang polos di dalam mobilnya tersebut, sehingga dia hanya bisa menggerutu di dalam hatinya dan merutuki sekretaris Ken dengan ancaman yang dia pikirkan.
"Aishh dasar Ken sialan, awas saja kau aku akan memotong gajihmu bulan ini!" Gumam Arnold dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments