Maka dari itu ibu Laura langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa ponsel tersebut lebih detail lagi, dan akhirnya banyak pesan lain yang berhasil ibu Laura baca juga beberapa foto yang ternyata diambil jauh sebelum mereka menikah, di mana itu menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh sejak lama bahkan sebelum mereka menikah.
Saat ibu Laura hendak mencari tahu hal lainnya tiba tiba saja Sesilia masuk ke dalam kamarnya sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponsel tersebut darinya karena tidak ingin Sesilia mengetahui kelakuan ayahnya yang sangat buruk di belakang mereka berdua.
"Maafkan ibu Sesil, ibu tidak ingin kamu merasakan apa yang ibu rasakan, semuanya sudah terjadi, ibu akan menyelesaikan masalah ini sendiri bersama ayahmu, maafkan ibu nak" gumam ibu Laura sambil memeluk putri semata wayangnya.
Aku hanya bisa membalas pelukan dari ibu meski aku tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah ibuku rasakan, sampai malam tiba dan ayah pulang larut malam lagi hari ini, aku sangat lelah karena baru selesai membereskan semua barang barang setelah pindahan tadi siang, namun saat ayah pulang tak lama terdengar suara barang pecah dari kamar ibu, aku kaget dan langsung berlari bergegas ke kamarnya.
"Ibu apa yang terjadi?" Tanyaku berteriak sambil membuka pintu kamar ibu begitu saja.
Mataku langsung terbelalak melihat sebuah pas bunga pecah di lantai dan ibu yang tergeletak di lantai dengan lemas sedangkan ayah terlihat panik sambil terus berusaha membangunkan ibu.
"Ibu...Bu ..bangun...ibu...." Teriak ayahku sangat panik,
"Ayah apa yang terjadi, ada apa dengan ibu?" Tanyaku bertubi tubi dan sangat cemas tak karuan,
"Nanti ayah jelaskan, sekarang tolong jaga ibumu ayah akan menyiapkan mobil, kita akan membawanya ke rumah sakit secepatnya" ucap ayahku dan aku menurutinya.
Aku berusaha membangunkan ibuku berkali kali sampai akhirnya ibu membuka mata dan nampak ingin mengatakan sesuatu kepadaku.
"Ibu...ada apa denganmu, Bu bangun tolong bertahanlah" ucapku dengan mata yang mulai berkaca kaca,
"Sesilia...maafkan ibu nak...maaf....ayahmu...dia.." ucap ibu terbata bata sampai akhirnya kembali pingsan,
"Bu...ibu bangun Bu, ibu bangun...." Teriakku sambil menangis tak terbendung lagi,
Tak lama ayah datang dan dia segera membawa ibu menuju mobil, kami pergi ke rumah sakit terdekat dan dokter segera memberikan pertolongan pertama pada ibuku.
Aku duduk dengan lemas di ruang tunggu bersama ayahku, saat itu aku sangat panik dan tidak bisa berpikir apapun, aku sangat khawatir dengan keadaan ibuku dan hanya bisa terus menangis terisak di dalam dekapan ayahku.
"Sayang sudahla, ibumu pasti akan baik baik saja jangan terlalu mencemaskannya" ucap ayahku yang membuat aku merasa curiga.
Bukankah sangat aneh jika seorang suami terlihat baik baik saja di saat istrinya sedang berada di dalam UGD dengan keadaan yang tidak menentu di tambah perkataannya yang seakan melarangku untuk tidak mengkhawatirkan ibuku sendiri.
Mendengar itu aku langsung mendorong ayahku dengan kuat dan membentaknya sekaut mungkin karena aku tidak terima ayah berkata seperti itu terhadap ibuku.
"Ayah apa yang kau bicarakan, apa kau tidak mengkhawatirkan istrimu sendiri, suami macam apa kau ini" bentakku sangat keras.
Ayah nampak membuka matanya lebar dan dia begitu panik karena melihatku yang untuk pertama kalinya membentak ayah saat itu.
"Sesil apa yang kamu bicarakan, tentu saja ayah juga mencemaskan ibumu, tapi kita tidak perlu berlebihan seperti ini, ibumu pasti akan baik baik saja dia hanya pingsan Sesil" jawab ayahku menyepelekan,
"APA?, kau bilang ibu hanya pingsan, apa mungkin seseorang yang hanya pingsan mendapatkan pemeriksaan yang begitu lama seperti ini ha!" Bentakku semakin keras.
Aku ingin sekali memarahi ayah lebih besar lagi namun dokter keluar dan perhatianku langsung teralihkan kepadanya.
"Dokter, bagaimana keadaan ibuku apakah dia baik baik saja?" Tanyaku dengan cemas dan tak karuan.
Berbeda denganku ayah hanya diam saja dan nampak seperti acuh tak acuh dengan keadaan ibu, tapi dokter diam sejenak sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaanku.
"Ibumu mengalami serangan darah tinggi dan karena tensi darahnya yang terlalu tinggi dia mengalami struk hingga menyebabkan sebagian tubuhnya mati total" ucap dokter membuatku langsung lemas dan terjatuh ke lantai.
Aku sungguh merasa buruk dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, ayah berusaha membangunkanku namun aku menghempas tangannya karena aku tahu ayah terlihat baik baik saja di saat mendengar kabar bahwa ibu mengalami struk.
"Ibu...kenapa semua ini terjadi padamu" gerutuku sambil menjatuhkan air mata.
Perasaanku bercampur aduk, melihat ayah yang nampak acuh dan baik baik saja saatmelihat kondisi ibu yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun seperti biasanya, perusahaan yang hampir bangkrut dan semuanya nampak kacau, aku sungguh tidak bisa melewati semua ini seorang diri.
"Hiks...hiks...kenapa, kenapa ibu harus seperti ini" ucapku di sela tangisan yang terisak,
Ayah menghampiriku dan dia mengajakku untuk melihat kondisi ibu yang masih belum sadarkan diri, tapi aku menolaknya dan pergi berlari menjauh dari ruangan rawat ibuku.
"Sesil...ayo kita ke dalam" ujar ayahku mengajak,
"Tidak ayah, aku masih belum tega melihat ibu seperti itu...." Balasku sambil langsung berlari tanpa arah dengan air mata yang terus berdering keluar dari pelupuk mataku,
"Sesilia...berhenti kau mau kemana...Sesil" teriak ayahku sangat kencang.
Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus berlari tanpa arah hingga tak sengaja menabrak seseorang sampai membuat jas yang dia kenakan kotor sebab air mataku.
"Brukkk...aaahhh....hiks hiks..." Suaraku yang menubruk dada seseorang,
Aku tidak bisa menahan kesedihan di dalam diriku lagi dan langsung menangis dengan keras di hadapan pria itu, aku sama sekali tidak mengenalnya namun aku sudah tidak bisa menahan air mata yang sudah aku bendung sedari tadi.
"Huaaaa...hiks...hiks..hiks..." Suaraku yang menangis kencang sampai membuat beberapa orang menatap ke arahku dan dua pria di hadapanku,
Pria yang berada di samping pria yang aku tabrak mendorongku dan berusaha mengusirku dari sana dengan perkataan yang pormal juga tegas.
"Nona tolong menjauh dari tuan Arnold, anda sudah menabraknya dan kini membuat semua orang berperasangka buruk kepada kami" ucap pria tersebut dengan wajah yang datar.
Aku tidak perduli dengan ucapannya dan karena emosiku tengah meluap lupa sehingga entah darimana aku tiba tiba saja memiliki keberanian untuk melawan pria yang nampak jauh lebih tua dariku dan aku membentaknya di depan banyak orang dengan suara lantang.
"Heh....kau tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan, aku membencimu eughhh pergi kau kenapa kau malah mengusirku aku kan sudah meminta maaf kenapa kau membuatku kesal hiks...hiks..." Ucapku membentak sambil terus menangis.
Sebenarnya saat itu aku menangis bukan karena bertabrakan dengan mereka melainkan karena mengingat kondisi ibuku yang sangat buruk saat ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika nanti ibuku tersadar lalu dia tidak bisa merasakan setengah dari tubuhnya, itu pasti akan sangat melukai hatinya.
Maka dari itu aku tidak bisa berhenti menangis dan melampiaskan kesedihan juga kekesalanku pada kedua pria yang berada di hadapanku saat itu.
Pria yang tadi mengusirku dia menggenggam lenganku dan hampir menyeretku keluar dari rumah sakit, namun untunglah pria yang satunya lagi segera memerintahkan dia untuk melepaskanku dan sepertinya mereka adalah seorang bos dengan anak buahnya yang kurang ajar.
"Nona anda harus menjaga jarak dengan tuan Arnold, atau hidup anda akan tamat, ayo saya bantu anda pergi dari sini dengan cepat" ujar pria itu sambil menarik lenganku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments