Eril membuka matanya saat ia merasa sangat kedinginan, ia lalu melihat selimutnya yang sudah tidak ada. Pantaslah sejak tadi ia menggigil kedinginan, ia hanya tidur dengan menggunakan handuk tanpa baju apapun.
Eril lalu melihat Jingga yang tertidur dengan begitu pulas menggunakan selimutnya. Eril mendengus sebal, pantaslah ia kedinginan, ternyata Jingga yang sudah mengambil selimutnya.
"Bangun!" sentak Eril menepuk pelan pipi Jingga.
"Egh ... apa sih Ma? Jingga masih ngantuk," Jingga hanya bergumam seraya memeluk kembali selimutnya.
"Ck, kembalikan selimutku Jingga," ucap Eril menarik selimutnya kasar.
Jingga yang merasakan apa yang dilakukan Eril segera membuka matanya, ia mempertahankan selimut itu karena saat ini ia tidak mengenakan apapun di baliknya.
"Jangan Kak, aku butuh selimut ini," ucap Jingga memegang selimutnya erat.
"Kau pikir hanya kau saja yang butuh? Aku juga membutuhkannya," ucap Eril tak mau kalah, ia terus saja menarik selimut Jingga tanpa tahu jika Jingga tidak menggunakan apapun.
"Kak Jangan Kak, aku mohon!" teriak Jingga masih mempertahankan selimutnya, tapi Eril juga terus menariknya dengan kuat hingga tubuh Jingga ikut tertarik hingga menubruk dada bidangnya.
Satu detik ...
Dua detik ...
Tiga detik ...
Mereka berdua saling pandang, Jingga sangat gugup sekali saat tubuhnya menempel erat dengan Eril. Namun Eril merasa biasa saja, ia baru saja akan melepaskan Jingga sebelum pintu kamar terbuka.
Keduanya menoleh bersamaan dan kaget begitu melihat kedua orang tua mereka datang kesana. Wajah kedua orang tuanya juga sangat kaget melihat posisi Eril dan Jingga sangat intim, bahkan Eril hanya menggunakan handuknya saja.
"Eril!"
"Jingga!"
Bella dan Karin berteriak hampir bersamaan melihat anak mereka yang seperti ini. Sedangkan Dio sudah berpikiran kemana-mana, ia memperhatikan Eril dan Jingga, hingga pandangannya berpusat pada baju putrinya yang teronggok begitu saja di lantai.
Gwiyomi saja kaget melihat keadaan Kakaknya dan Jingga, ia semua sungguh diluar rencana. Kenapa mereka malah tidak memakai baju?
"Kurang ajar! Apa yang kau lakukan pada putriku!" Dio berteriak penuh amarah, ia hampir saja menghajar Eril kalau saja Karin tak menahan tangannya.
Eril dan Jingga sendiri langsung melepaskan dirinya masing-masing. Wajah mereka kaget, panik dan juga bingung harus bagaimana.
"Papa, Mama, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini semua salah paham," kata Eril tak ingin semua orang berpikir macam-macam.
"Diam lah! Kalau kau memang tidak melakukan apapun, kenapa baju Jingga ada di lantai!" Dio rasanya tak bisa berbicara dengan nada pelan, orang tua mana yang rela jika melihat putrinya seperti ini.
Semua orang langsung melihat baju Jingga yang berada di lantai. Axel yang tadinya masih percaya kepada putranya, kini berubah berwajah masam.
"Enggak Om, ini benar-benar salah paham. Aku tidak melakukan apapun dengan Jingga. Kita pasti di jebak, ya kita dijebak," ucap Eril mengangguk yakin, ia lalu menatap adiknya yang langsung bersembunyi dibelakang Mamanya.
"Gwi! Dia pasti pelakunya! Semalam dia tidak membukakan pintu kamarnya! Dia pasti sengaja! Iya 'kan? Ngaku nggak?" ucap Eril menghampiri adiknya itu, ia yakin kalau semua ini adalah ulah Gwiyomi.
"Tidak, aku tidak tahu apapun. Aku juga baru bangun saat Mama datang. Lagipula kenapa Kakak menyalahkan ku, kamar ini tidak dikunci," ucap Gwiyomi membantah.
"Bohong! Semalam kamar ini terkunci makanya aku tidak bisa keluar!" bentak Eril begitu emosi, ia tidak sepikun itu sampai lupa kalau kamar ini tidak di kunci.
"Sudahlah, jangan menyalahkan adikmu. Cepat pakai bajumu, kita akan bicara di ruang tengah," ucap Axel tegas dan tak bisa dibantah oleh siapapun.
*****
"Kalian harus menikah,"
Sebuah ucapan yang terdengar sangat biasa, tapi bagi Eril dan Jingga malah seperti petir di siang bolong. Kini semua orang sudah berkumpul di ruang tengah untuk membahas bagaimana kedepannya hubungan Eril dan Jingga.
"Tidak bisa!" ucap Eril menolak mentah-mentah, mana mungkin ia akan menikahi wanita yang sudah dianggap layaknya adiknya sendiri, lagipula ia juga masih memiliki kekasih.
"Mau lari dari tanggung jawab kamu? Setelah mendapatkan yang kau mau dari putriku, kau akan meninggalkannya begitu saja?" sergah Dio tak akan terima jika siapapun akan mengusik putri kecilnya.
"Tanggung jawab apa? Aku tidak melakukan apapun Uncle, tanyakan saja pada Jingga," ucap Eril tak terima jika dibilang lari dari tanggung jawab.
"Benar Pi, aku dan Kak Eril memang tidak melakukan apapun. Semalam--"
"Jingga Sayang, kamu tidak perlu takut mengatakannya. Jika Eril memang sudah berbuat hal tidak baik, kamu tidak perlu menutupinya Sayang,," Bella langsung menyela seraya memegang tangan Jingga lembut.
"Iya Jing, lu nggak usah takut sama Kakak gw, kalau dia emang kurang ajar, dia tetep harus tanggung jawab dan nikahin lu," ucap Gwiyomi ikut-ikutan menyudutkan Kakaknya.
"Diam kau anak kecil!" bentak Eril semakin emosi karena keluarga sendiri malah tidak membelanya.
Jingga malah kebingungan sendiri, bagaimana dia menjelaskan kalau semua ini hanya salah paham. Eril pun sudah berusaha keras menjelaskan semuanya, tapi tidak ada yang mau mendengar sama sekali.
"Keputusan Papa sudah bulat, kau harus menikahi Jingga minggu depan. Jangan sampai kabar ini di dengar pihak luar, sungguh memalukan!"
Ucapan Axel benar-benar membuat Eril seolah terhempas dari tebing dan terjerembab ke jurang yang sangat dalam. Menikahi Jingga? Wanita yang sejak kecil menjadi teman main adiknya itu, sebentar lagi akan menjadi istrinya? Lelucon apa ini.
Karena berbagai upaya tidak bisa meluluhkan hati kedua orang tuanya, Eril akhirnya menemui Jingga di kampusnya. Ia menunggu wanita itu keluar kampus lalu mengajaknya berbicara empat mata.
"Kakak apaan sih? Aku udah di tungguin supir, ngapain basa aku kesini?" Jingga memprotes kesal karena sikap Eril yang semena-mena.
"Hei, dengarkan aku anak kecil. Sebelum kau menikah denganku, kau harus ingat kata-kataku baik-baik," ucap Eril memegang kedua lengan Jingga erat.
"Aku menikahi mu hanya karena permintaan orang tuaku, kau tahu artinya itu 'kan? Aku terpaksa melakukan ini, jadi jangan pernah mengharapkan apapun dari pernikahan kita ini. Aku juga sudah memiliki kekasih, meski kau menjadi istriku nanti, aku akan tetap menjalin hubungan dengannya, dan kau! Sama sekali tidak berhak ikut campur, kau mengerti?" ucap Eril dengan tatapan seriusnya.
Jingga menatap Eril tak percaya, apa pria ini tidak berpikir kalau perkataannya itu sangat menyakiti hatinya.
"Kenapa Kakak tidak mencoba mengembangkan hubungan kita? Pernikahan kita pernikahan yang sah Kak, kenapa Kakak menganggapnya seperti lelucon?" ujar Jingga tak tahu harus berkata seperti apa.
"Ck, jangan menceramahi ku. Kau cukup lanjutkan saja hidupmu dan aku melanjutkan hidupku, sudah itu saja, jangan membuat semuanya menjadi rumit," kata Eril lagi.
"Tapi aku mencintaimu Kak,"
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
komalia komalia
di sini kenapa puhak qanita yang selalu jadi wanita lemah dan tertindas,apa lagi si jing udah nya lain cinta pada lah baru juga nampak kali lemah nya
2023-07-25
2
Ita rahmawati
menarik ceritany 🤗🤗
2023-05-03
1
Dhewy afifah Naorah
bagus bget aqu suka baca.
2023-01-03
2