Eril membesarkan matanya mendengar ucapan Jingga. Apa ia tidak salah dengar?
"Apa yang kau bilang?" tanya Eril memastikan sekali lagi.
"Mungkin Kakak tidak akan percaya, tapi aku sudah mencintaimu sejak aku kecil Kak," ucap Jingga mengatakan apa isi hatinya selama ini. Ia berharap Eril mau berubah pikiran kalau tahu dia mencintainya.
"Hahaha, cinta? Kau gila ya? Kau tahu 'kan perbedaan umur kita berapa? Kau itu pantasnya menjadi adikku," Eril justru tertawa mendengar ucapan Jingga yang ia rasa sangat konyol.
"Cinta itu tidak memandang umur Kak, tapi dari hati kita sendiri," ucap Jingga tak terpengaruh meski Eril tak percaya padanya.
"Terserah deh kamu mau ngomong apa, yang jelas kau harus ingat kata-kataku tadi," kata Eril malas meladeni ucapan Jingga.
"Kakak kenapa sih nggak percaya sama aku? Aku itu cinta sama Kak Eril, aku pastikan, aku akan menjadi istri yang terbaik untuk Kakak," ucap Jingga menatap Eril dengan serius.
"Benarkah? Tapi istri terbaik bagiku itu, dia wanita yang aku cintai. Bukan anak kecil sepertimu," kata Eril sengaja membuat Jingga mundur saja untuk mengejarnya.
"Aku juga tidak peduli, aku tidak akan berhenti mengejar mu sebelum membuatmu jatuh cinta padaku Kak," kata Jingga kali ini memandang Eril lebih serius dari sebelumnya, namun sorot matanya terlihat rasa cinta yang mendalam. Hanya saja Eril tidak melihatnya.
"Berhentilah melakukan hal yang sia-sia, tidak ada dalam kamusku jatuh cinta pada bocah ingusan sepertimu," ucap Eril benar-benar menganggap perkataan Jingga hanya sebatas angin lalu. Lagipula umur mereka itu terpaut enam tahun lebih, jadi untuk apa dia jatuh cinta kepada Jingga.
"Kau mungkin sekarang bisa berkata seperti itu Kak, tapi aku yakin semua akan berubah jika aku menunjukan rasa cintaku padaku. I love you Kak Eril, aku akan selalu mencintaimu meski kau tidak pernah melihatku." Batin Jingga bertekad akan membuat Eril jatuh cinta padanya, apalagi sekarang kesempatannya sudah terbuka lebar di depan mata.
*****
Eril memasang wajah masam sepanjang acara resepsi pernikahannya. Ia tak mau diadakan pesta besar-besaran karena tak ingin sampai kekasihnya Jenny tahu kalau dia sudah menikah. Lagipula apa kata dunia jika tahu seorang Gabriel Arshaka menikahi anak kecil seperti Jingga.
This not good.
"Kamu serius nggak mau tinggal sama Mami aja Sayang? Di rumah pasti bakalan sepi banget," Karin berlama-lama memeluk putrinya karena tak rela jika harus berpisah dengan Jingga.
"Nggak apa-apa Ma, sekarang Jingga udah nikah, jadi Jingga harus menurut kata suami Jingga," kata Jingga memang memutuskan ikut bersama Eril tinggal di rumah baru. Ia ingin belajar mandiri dan membuktikan kepada Eril kalau dia memang benar-benar cinta kepada pria itu.
Semua iring-iringan keluarga ikut mengantar pasangan pengantin baru itu menuju mobilnya. Eril yang berjalan di belakang menghentikan langkahnya saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Uncle," Eril mengangguk sopan kepada Dio yang kini sudah menjadi Papa mertuanya ini.
"Tolong jaga putriku, sekarang dia adalah istrimu dan menjadi tanggung jawabmu. Mungkin dia tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti wanita lainnya, tapi tolong jangan membencinya. Aku hanya minta satu hal padamu, bisakah kau melakukannya untukku?" ucap Dio terlihat sangat berat sekali melepas putri kecilnya untuk menjadi milik orang lain.
"Apa itu Uncle? Kalau aku bisa, aku pasti melakukannya," sahut Eril sedikit was-`was dengan apa yang diucapkan Dio nanti.
"Jingga masih kecil dan tidak tahu apa-apa, kalau dia berbuat salah, jangan marah padanya, kalau kau sudah bosan atau tidak menginginkannya lagi, katakan saja padaku, jangan menyakiti hatinya. Aku akan menjemputnya pulang," ucap Dio hampir saja tak bisa menahan air matanya, ternyata seperti ini perasaan seorang Ayah yang akan melepas putri kesayangannya menempuh hidup baru. Kenapa ia sangat tak rela sekali.
Eril mengulum bibirnya, ia bingung harus menjawab seperti apa. Andai saja keluarganya tahu kalau ia sama sekali tidak menganggap pernikahan ini serius, entah apa yang akan terjadi.
"Aku pasti akan menjaganya Uncle," ucap Eril menyanggupi jika harus menjaga Jingga, itu sama saja ia menjaga adiknya sendiri, begitulah pikirannya.
"Sebenarnya aku masih tidak rela jika dia menikah sekarang, tapi mau bagaimana lagi," kata Dio dengan ekspresinya yang entah kenapa terlihat sangat menjengkelkan di mata Eril.
"Oh ya satu lagi, ambil ini," Dio mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam lalu memberikannya pada Eril.
"Apa ini Uncle?" tanya Eril mengernyitkan dahinya.
Dio berdehem sebentar, ia menggaruk alisnya sedikit lalu menatap Eril serius. "Itu pengaman, jangan buat Jingga hamil dulu sebelum dia selesai kuliah," ucap Dio sedikit malu mengatakannya.
Eril tercengang mendengar ucapan Dio. Pengaman? Untuk apa coba? Apa Papa mertuanya ini berpikir dia benar-benar sudah melakukannya dengan Jingga?
"Tapi Uncle ..."
"Sudah bawa saja, jangan beritahu Maminya Jingga soal ini. Ini rahasia kita berdua," ucap Dio langsung beranjak meninggalkan Eril, ia tak mau sampai istrinya tahu dengan apa yang dilakukannya.
****
Eril dan Jingga sudah sampai di rumah baru mereka. Bangunan minimalis yang terdiri dari dua lantai itu terlihat sangat cocok jika digunakan untuk pasangan yang baru menikah seperti mereka berdua.
"Aku sangat lelah hari ini, jangan menggangguku. Kau bawa saja barang-barang mu masuk ke kamar mu," kata Eril melepas dasi dan jasnya karena merasa sangat gerah.
"Kamar kita?" tanya Jingga ingin memperjelas ucapan Eril.
"Kamar mu, ada dilantai dua, bersebelahan dengan kamarku," sahut Eril sudah mempersiapkan semuanya.
"Kenapa kita tidak tidur di kamar yang sama? Kita 'kan sudah menikah," kata Jingga mengerutkan dahinya.
"Hei anak kecil, jangan membuat aku mengulangi kata-kata yang sama. Ingatlah baik-baik, jangan mengurusi hidupku, begitupun sebaliknya. Lagipula kau tahu sendiri kalau pernikahan ini hanya sementara," kata Eril tak tahu lagi menjelaskan pada Jingga seperti apa.
"No Kak! Pernikahan kita ini sah, aku sekarang istri Kak Eril dan Kak Eril adalah suamiku. Kenapa Kakak masih terus menyangkalnya," kata Jingga ngotot.
"Oke gini, kau bilang kau mencintaiku 'kan?" tanya Eril dibalas anggukan cepat oleh Jingga.
"Aku sangat mencintaimu Kak, dan aku pasti akan membuktikannya," ucap Jingga tanpa keraguan sama sekali.
"Dengan cara apa kau akan membuktikannya?" tanya Eril ingin mengetes sampai sejauh mana Jingga mencintainya.
"Aku akan melakukan apapun yang Kak Eril inginkan," kata Jingga cepat.
"Kalau begitu aku minta kau jangan lagi mengejar ku, apa kau bisa?"
"No! Nggak gitu konsepnya Kak Eril. Aku heran deh kenapa Kak Eril nggak suka sama aku, apa aku kurang cantik?" ucap Jingga mulai kesal karena Eril menolaknya.
"Sudah aku bilang, aku tidak bisa jatuh cinta dengan anak kecil," kata Eril sekenanya.
"Aku bukan anak kecil Kak. Umurku sudah 20 tahun!" teriak Jingga sebal sekali terus di bilang anak kecil.
"Tapi kau itu bukan tipeku Jingga, kenapa kau tidak mengerti juga?" ucap Eril menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Happy Reading.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
nobita
Jingga: kak Erik akan ku lut
padaku.
Jingga: kak Erik akan bu buat kau bertekuk lutut padaku
Erik: impossible ( kau ku anggap adik ku sendiri) tidak lebih Author: tenang saja Jingga... semua ada di tangan author...
2023-07-10
1
Ita rahmawati
si eril dikasih yg bner malah nyari yg gk bner 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-05-03
1
Eril awas bakalan jilat ludah sendiri 🌝
2023-01-04
4