Di saat yang bersamaan, di sebuah ruangan yang cukup luas, ada seorang pria yang sedang menatap sebuah foto.
Sebuah foto yang sangat jelas seperti kenangan yang menyakitkan.
Pria itu berbaring di atas sofa yang tersedia di tempat itu.
"Aku tidak menyangka kita bisa bertemu lagi, Diara," ucap pria yang merupakan mantan kekasih Diara, Mateo.
Pria yang juga merasakan kehilangan yang mendalam, namun karena sifatnya yang keras kepala dan tidak mau mengakui semua perasaannya, alhasil semua itu menjadi satu hal yang menghalanginya untuk bertemu dengan Diara.
Mateo masih merasa sedih karena kehidupan setelah putus dengan Diara, sangatlah menyedihkan.
Dia pindah ke luar negeri dan sempat sakit, tak main-main, dia bahkan terkena typus sebab banyak pikiran.
Mateo kurus, dia berharap Diara mau menemuinya, tapi sayang, semuanya tak bisa semudah itu.
Posisi Mateo ada di luar negeri, Diara masih ada di dalam negeri. Sungguh sulit untuk keduanya bertemu.
"Di, apakah aku terlihat sangat kejam? aku tidak suka dengan sikapku, tapi kau tahu aku!" imbuh Mateo yang berusaha keras untuk meyakinkan bahwa dia baik-baik saja dengan semua kesendiriannya.
Dia teringat akan pertemuan di restoran dengan Nicko, salah satu karyawan terbaiknya yang kini menjabat sebagai wakil direktur di kantornya.
Nicko selalu patuh padanya, meski jarak usia mereka tidak terpaut jauh, namun Nicko merasa bosnya adalah orang yang harus dipatuhi, dihormati dan disegani.
Oleh karena itu, sejak menjadi wakil bosnya, Nicko selalu memberikan yang terbaik.
Terbersit dalam dadanya, dia ingin bertemu dengan Diara, tapi lewat Nicko.
Yah, si bos ingin memanfaatkan sang anak buah, agar bisa menemui cinta pertamanya.
Mateo lalu meletakkan bingkai foto di atas meja nakas, lalu segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya.
Setelahnya, melakukan panggilan telepon kepada Nicko.
Awalnya Mateo ragu, tapi dia sangat penasaran dengan kehidupan Diara setelah putus darinya, dia amat penasaran.
Hingga apapun akan dia lakukan untuk menjangkau informasi paling tersembunyi dari seorang mantan kekasih.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya panggilan telepon darinya dijawab oleh Nicko.
"Halo bos, ada apa? aku sedang ada urusan di luar," ucap Nicko di panggilan telepon.
"Oh, maaf jika aku menganggu, tapi aku perlu tahu tentang siapa orang yang ada di sampingmu tadi? aku dengar dia ingin bekerja dengan kita," jawab Mateo.
Kedengarannya sangat aneh saat seorang bos menanyakan hal yang tidak penting, tapi justru Nicko merasa senang.
"Wah, ternyata diam-diam bos mendengarkan apa yang aku bicarakan dengan Diara?" ungkap Nicko merasa senang, sebab sang bos adalah orang yang baik.
Pria itu akan memberikan pekerjaan pada Diara.
"Hm, iya. Hm, secara kebetulan aku dengar."
Sang bos sedikit salah langkah karena terlalu to the point, jadi dia berusaha untuk menutupi apa yang sebenarnya.
Dia hanya salah bicara saja, tapi sang anak buah sudah memahami itu semua sebagai sebuah hal yang pasti.
"Siap. Lalu bagaimana bos?" tanya Nicko mencoba untuk me-lobby sang bos lagi.
"Iya, boleh. Aku tahu kau selalu membawa orang-orang yang berdedikasi tinggi, seperti pamanmu itu," jelas sang bos memberikan penjelasan yang cukup terang benderang, agar tidak terjadi salah paham.
"Oke bos, kapan?" tanya Nicko.
"Besok, oke? besok bisa ya?" jawab sang bos dengan raut wajah yang gembira sebab seperti mendapatkan apa yang dia inginkan.
Perasaan yang selama ini sungguh tak bisa di jelaskan dengan kata-kata, dia dan mantan kekasih akan bertemu.
Mateo sangat rindu.
"Ya besok bisa, syukurlah kalau bukan sekarang, soalnya aku sedang malas untuk pergi kemanapun."
"Memangnya kau ada dimana?"
"Rumah Diara bos, dia kan kekasihku mulai hari ini."
Deg!
Jantung yang sedari tadi berdebar karena menantikan pertemuan dengan Diara, tiba-tiba berdebar karena terkejut.
Bagaimana bisa?
Itu yang ia pikirkan saat ini juga.
"Oh, ya oke."
Sang bos sudah lemas, tapi terlanjur mengatakan menerima Diara menjadi karyawannya.
Ucapannya, biasanya tak bisa di ganggu gugat, alhasil dia terpaksa melakukannya, menerima semua yang sudah ia katakan pada Nicko, padahal dalam hati dia merasa remuk.
Niatnya ingin bertemu dengan Diara dan memperbaiki semaunya, namun gadis itu telah memiliki kekasih.
Parahnya lagi, kekasih Diara ada karyawan kepercayaannya.
Sungguh miris.
Panggilan telepon telah usai, dia melihat ke arah bingkai foto Diara dan perlahan memasukkannya ke dalam laci nakas.
"Selamat tinggal, sepertinya aku harus mengalah," ungkap bos itu.
Dia merasa semua perasaannya sia-sia saja, Mateo sudah mempersiapkan segalanya.
Apa yang dia lakukan nanti, sesuai dengan sifatnya yang keras kepala dan diktator.
.
.
.
Rumah Diara ...
Ayah dan ibu Diara merasa senang karena sang putri akhirnya mendapatkan jodoh, meskipun masih sebagai kekasih, rasanya lebih dari cukup.
"Wah, aku bangga dengan kalian berdua. Aku merasa ada hal yang harus di rayakan setelah ini. Aku akan berdoa agar kalian baik-baik saja, selalu bahagia dan segera menuju pelaminan," ucap ibu Diara yang sudah menantikan momen ini dengan baik.
"Iya ibu, apa yang ibu katakan memang benar adanya, dia akan move on dari pria sialan itu dan kini menjadi pacar Nicko, dia baik dan ganteng," cetus Rafles.
Sang kakak memang kadang menyebalkan, kenapa juga mengatakan semua itu, padahal tidak perlu ada kata mantan diantara mereka berempat.
Namun, Diara selalu bisa menutupi semua itu, dia segera mengandeng tangan Nicko dan memintanya berpamitan sebab waktu sudah mulai malam.
"Wah kalian sudah terlalu lama berbicara, Nicko mau pulang nih, iya kan Nicko?" ujar Diara cemas.
"Oh ya, aku akan pulang, rasanya sangat susah untuk pergi, tapi aku merasa bahwa menjadi anggota keluarga kalian, adalah suatu hal yang sangat aku inginkan," jelas Nicko.
Ibu dan kakak Diara ingin ikut mengantar, tapi Diara mencoba menahannya.
Hingga hanya Diara saja yang mengantar kepulangan sang kekasih.
.
.
Di depan rumah Diara ...
"Kau telepon dengan siapa tadi? kok sampai pergi meninggalkan kami?" tanya Diara penasaran.
"Oh tadi, aku mendapatkan telepon dari bosku. Dia sudah setuju kau bekerja di tempat kami sayang, apakah ini sebuah kejutan yang baik?" ungkap Nicko yang tidak tahu jika apa yang dia katakan justru membuat panik Diara.
"Ha? aku?" jawab Diara dengan bingung.
Dia seperti orang linglung, lalu mencoba untuk nego, tapi nyatanya sang kekasih sudah menyiapkan semua itu dengan baik.
Alhasil, dia tidak bisa menolak, baru juga mendapatkan orang baik, harus putus lagi?
Diara tidak mau.
"Aku paham dengan semua ini, aku juga tahu kau hanya ingin yang terbaik untukku, mari kita jalani hidup dengan bahagia," jawab Diara memilih jalan tengah, meski dia merasa galau dengan pilihannya itu.
Sang kekasih tersenyum, dia masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan kepada Diara.
Nicko tak mengatakan apapun karena orang itu memang sangat jujur dan bukan pria aneh seperti Mateo.
Dia bahkan baru satu kali menembak gadis, hari gini masih aja ada orang seperti itu.
Sungguh sebuah anugerah terindah yang pernah ia miliki.
Namun masih ada satu hal yang membuatnya harus berpikir ulang, bagaimana menghadapi mantan kekasihnya yang menyebalkan itu.
"Huft! aku berharap dia lupa padaku, aku sudah ada Nicko, semoga hubungan ini sampai ke pelaminan."
Doa yang baik, coba ia ucapkan, setelahnya masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang bahagia.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments