Anak Untuk Suami Kakak

Anak Untuk Suami Kakak

AUSK - 1. Rahim Pengganti

Plakkk!

"Mau sampai kapan mama menunggu kamu hamil, Luna!"

Teriakan dari Ningsih pun menggelegar di seluruh sudut rumah, sampai Arumi yang baru saja pulang dari sekolah terkejut melihat itu.

"Luna nggak tau, Ma."

Tangis Luna semakin pecah setelah mendapat tamparan keras dari sang mertua. Hati Arumi hancur melihat ini, wanita sebaik Luna harus merasakan kepahitan rumah tangga karena tak kunjung mendapatkan anak.

"Selalu saja jawab nggak tau! Mamah ini malu Luna, malu! Setiap pergi arisan, teman-teman Mamah selalu tanya kapan punya cucu, sudah sepuluh tahun menikah kok belum ada cucu! Mau ditaruh mana ini muka, Luna!" bentak Ningsih.

"Alam itu anak Mamah satu-satunya, jika nggak ada penerusnya, harta keluarga mau diwariskan ke siapa ha!"

Arumi semakin sakit hati melihat kepala Luna di dorong-dorong dengan jari telunjuk Ningsih, dia ingin sekali mencabik-cabik mulut jahat mertua kakaknya, tapi Arumi takut semakin memperkeruh keadaan.

"Aku minta maaf, Ma. Tapi, aku juga sudah berusaha sekuat mungkin untuk melakukan program hamil, tapi hasilnya belum ada." Suara Luna semakin terdengar serak.

"Jangan hanya berusaha ke dokter! Pergi ke dukun beranak, minta benerin itu perutmu. Barangkali ada jin nya, mamah yakin jika rahimmu itu banyak di huni jin, jadi sulit sekali hamil!" Tuduhnya semakin kejam.

"Cukup tante!" teriak Arumi tak bisa menahan lagi. Dia tak mau kakaknya terus dihina seperti ini, tidak.

"Jangan ikut campur kamu anak kecil! Ini urusan orang dewasa dan lagi, kamu hanya orang luar yang dipungut Luna, jadi cepat pergi!" seru Ningsih semakin membuat Arumi marah.

"Aku memang hanya orang luar, tapi hatiku ikut sakit jika Kak Luna tersakiti!" teriak Arumi seakan-akan menantang Ningsih.

"Rumi, tolong jangan semakin memperumit keadaan. Kamu masuklah, biar ini jadi urusan Kakak." Luna langsung menarik tangan Arumi dan memintanya agar pergi.

"Kakak ...." Arumi terlihat sangat kecewa karena Luna seperti melarangnya untuk memaki-maki Ningsih, padahal dia sudah sangat geram dan ingin menyumpal mulut pedasnya.

"Rumi, dengar apa kataku. Masuk, jangan ikut campur akan hal ini. Kakak bisa selesaikan sendiri," kata Luna sangat memohon.

"Tapi —"

"Kakak bilang masuk, Rumi!"

Dengan menghentakkan kaki, Arumi pun meninggalkan mereka berdua. Dia sangat marah, sehingga pintu kamarnya dia banting dan menimbulkan dentuman kencang.

"Anak nggak tau sopan santun!" seru Ningsih.

"Ma, dia masih anak-anak. Wajar emosinya masih sangat labil," bela Luna.

"Ck! Lupakan dia, Mamah kasih waktu kamu satu tahun untuk hamil. Jika dalam waktu satu tahun kamu tak kunjung hamil, maka hanya ada dua pilihan yang harus kamu pilih ...." serunya sengaja menggantung ucapannya.

"Apa ma?" Luna terlihat ragu-ragu mengatakan hal itu.

"Tinggalkan anakku atau siap-siap dipoligami!"

***

Arumi terlihat fokus pada layar laptop, dia terus mencari jalan keluar untuk kakaknya. Sebisa mungkin Arumi akan bantu Luna, karena dia sudah berhutang banyak pada kakaknya itu.

Jika bukan karena Luna, mungkin Arumi masih menjadi gelandang di luar sana dan hidup dalam keluarga toxic. Luna bagaimana malaikat penolongnya, sebab itulah dia harus menemukan cara agar rumah tangga kakaknya terselamatkan.

"Rahim pengganti," lirih Arumi sangat penasaran dengan artikel rahim pengganti.

Karena penasaran, Arumi pun membuka artikel tersebut. Di sama dia membaca jika seseorang yang sulit memiliki anak, bisa mencoba dengan cara rahim pengganti, dimana orang lainlah yang mengandung namu benih serta sel telur dari calon orang tua.

Arumi sangat tertarik dengan prosedur ini, dia ingin memberitahu kakaknya dan secepat kilat Arumi berlari meninggalkan kamar menuju kakaknya.

"Kakak! Kakak!" teriak Arumi sangat nyaring sehingga Luna maupun Alam menutup telinga.

"Ada apa? Bisa nggak perlu teriak-teriak, telinga kakak mau jebol rasanya," kata Arumi. Sedangkan Alam hanya tersenyum melanjutkan makan malamnya.

"Kak, aku tau caranya biar Kakak nggak diomelin nenek lampir te —"

Seketika Luna membungkam mulut Arumi, dia benar-benar shock ketika Luna memberi julukan nenek lampir pada mertuanya di depan Alam.

"Nenek lampir?" Alam menaikan satu alisnya.

"Eemm ... emm!" Arumi berusaha melepaskan tangan Luna, tapi ternyata semakin erat sampai dia kesulitan nafas.

"Jangan dengarkan apa kata Arumi, dia agak aneh akhir-akhir ini!"

Tak mau semakin menambah masalah, segera membawa pergi adiknya itu. Tapi, baru saja selangkah Alam melontarkan kata yang membuat dia mau tak mau harus melepaskan Arumi.

"Lepaskan Rumi, Lun," ucapnya sampai dua kali.

"Ta-tapi ...."

Melihat tatapan tajam Alam, akhirnya Luna melepaskan bungkaman-nya pada Arumi. Terlihat sekali adiknya langsung menarik nafas dalam-dalam, sambil berusaha bernafas normal.

"Ish, Kakak mau membunuhku?" Sungut Arumi.

"Bukan seperti itu," lirih Luna. Dia terlihat sangat takut jika Alam mengetahui semuanya.

"Rum, kamu tadi bilang Nenek lampir. Siapa itu?" tanya Alam sangat serius.

"Siapa lagi kalau bukan tante Ningsih! Asal kak Alam tau, tante tadi ke rumah dan maki-maki Kakak!" serunya tanpa kebohongan.

"Benar itu Lun?"

"Be-benar, Mas." Luna terlihat sangat takut sekali.

"Kenapa kamu nggak ngomong? Jika Mas tau mamah ke rumah, pasti aku akan langsung pulang," kata Alam terlihat sangat marah.

"Oh ya, dia ada bicara apa saja sama kamu?" tanya Alam lagi.

"Nggak ada, Mas."

"Bohong!" Luna semakin memejamkan matanya saat Arumi terus menyahuti pertanyaan dan jawaban dari Alam juga dirinya.

"Kak Alam tau, tante mengancam kak Luna jika dalam satu tahun dia nggak kunjung hamil, maka dia harus memilih dua pilihan. Diceraikan atau dimadu, kan kurang ajar banget mertua seperti itu!" ucap Arumi sangat lugas tanpa takut sedikitpun.

"Bagaimanapun dia mertua Kakak, Rum!" tegur Luna.

"Mertua macam apa, memaksa menantunya untuk hamil? Ahh, lupakan saja masalah itu yang jelas aku hanya ingin memberikan solusi untuk kalian," kata Arumi. Daripada dia terlalu emosi, lebih baik langsung ke intinya.

"Solusi apa yang kamu punya? Kita sudah berusaha sekuat mungkin, tapi hasilnya tetap sama. Menjalani program bayi tabung juga gagal dua kali, Kakak sudah kehabisan cara, Rum!" serunya sampai berkaca-kaca.

Jika mengingat perjuangannya, Luna merasa sedih karena selalu tak mendapatkan hasil. Padahal suaminya sudah habis uang banyak, tapi jika Tuhan tak berkehendak Luna mau apa.

"Rahim pengganti! Kalian belum mencobanya kan?" tanya Arumi.

"Rahim pengganti?" Dua pasangan suami istri itu pun sampai bertanya secara bersamaan.

"Iya rahim pengganti, jadi sel dan benih dari kalian tapi yang mengandung orang lain. Hanya ini jalan satu-satunya, aku yakin semua pasti berhasil." Arumi terlihat sangat percaya diri.

Dia yakin cara ini sangat ampuh dan dalam beberapa bulan saja mereka pasti akan mendapatkan kabar baik, jadi ancaman Ningsih tak akan pernah terjadi.

"Masalahnya siapa orang yang mau meminjamkan rahimnya? Ini bukan hal biasa, mengandung anak orang lain dan setelah melahirkan dia harus pergi," ucap Alam.

"Kalian tenang saja, aku sudah menemukan orang yang mau mengandung anak kalian," kata Arumi

"Siapa?" Mereka berdua terlihat kaget mengetahui kalau Arumi mendapatkan ibu pengganti secepat itu.

"Orangnya adalah aku sendiri."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

moga baiik jadinya

2023-02-11

0

mom's Arthan

mom's Arthan

aroma² bau bawang dan nguras esmosi ini Mak...🤭🤭

2023-02-02

0

Tiahsutiah

Tiahsutiah

dasar mertua d***a😏
bukan kemau an luna juga blm punya anak,

emak aku baru hadir,,, semangat ya🤗

2023-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!