AUSK - 3. Perdebatan

Setelah saling memantapkan hati, Alam, Arumi dan Luna kini mulai mengunjungi dokter spesialis kandungan untuk konsultasi tentang proses bayi tabung melalui ibu pengganti.

Beberapa jam mereka saling berbincang-bincang, tapi nyatanya hasil yang mereka dapat adalah kekecewaan. Dokter menolak keras ide Arumi, bukan tak bisa tapi dokter tidak mau melakukan tindakan bayi tabung jika kondisi Arumi masih virgin.

Dokter mengatakan jika semua tetap dilakukan, yang ada akan merusak selaput darah Arumi dan mungkin nantinya dia akan kehilangan keperawanannya karena tindakan medis.

"Apa nggak ada cara lain, Dok? Setidaknya kita tetap melakukan pembuahan, tanpa merobek selaput darah Arumi," kata Luna sampai membuat Alam terkejut.

Alam merasa istrinya sangat memaksa sehingga membuatnya langsung menggenggam erat pergelangan tangan Luna. "Jangan memaksa!" bisiknya sangat sarkas.

"Mas!" Mereka berdua pun terlihat adu argumen dengan keputusan Dokter. Satunya ingin tetap melakukan program, sedangkan yang satunya tak ingin memaksakan keadaan.

"Maaf, tapi semua cara tidak akan bisa, Bu. Prosedur rumah sakit juga menjadi salah satu faktor program ini tak bisa dilanjutkan. Aturan dari disini yang melakukan inseminasi atau program bayi tabung harus pasangan suami-istri sah, jadi mohon maaf saya tidak bisa melakukan semua," ungkap Dokter Zilfan agar mereka berdua berhenti berdebat.

"Kok bisa, Dok? Saya melihat artikel di internet boleh-boleh saja, kenapa sekarang tidak boleh?" Kini Arumi yang protes akan penjelasan dokter.

Dokter Zilfan pun tertawa kecil mendengar perkataan Arumi, ''karena yang anda baca artikel luar negri, memang di negara sana program inseminasi atau bayi tabung bebas siapa saja yang mau melakukannya, tapi ini indonesia Bu.'' Dokter Zilfan sedikit menekankan ucapannya.

''Jadi semua bisa dilakukan jika di luar negeri, Dok?'' Arumi seperti memiliki harapan setelah mendengar penjelasan Dokter Zilfan.

"Iya, Bu.''

Arumi tersenyum ke arah Alam, berharap kakak iparnya itu mengurus semua di luar negeri saja. Namun harapan Arumi seakan-akan sirna, saat Alam menggeleng sebagai tanda tak menyetujui semua. ''Kita pulang dan jangan bahas masalah ini lagi di rumah,'' putus Alam.

kecewa? ya, Arumi sangat kecewa dengan keputusan Alam. padahal kemarin oke oke saja, tapi hanya gara-gara dokter mengatakan kerugian Arumi nantinya, lelaki itu jadi berubah pikiran.

***

"Kenapa kamu menolak, Mas? Apa kamu senang jika aku selalu dihina, bahkan dicaci-maki?"

Alam menatap marah pada Luna. Baru sekarang dia melihat istrinya seegois ini, padahal selama sepuluh tahun berumah tangga Luna tak pernah memaksakan keadaan.

"Apa penjelasan Dokter Zilfan kurang jelas, Luna! Semua itu bisa merusak selaput darah Arumi, aku nggak mau berdosa karena hal itu," bentak Alam.

"Itu hanya kemungkinan saja kan? Aku pernah melihat film, gadis itu masih Virgin sampai dia melahirkan, jadi kamu jangan takut, Mas!" seru Luna tak kalah lantang.

Alam pun tersenyum kecut. "Gila kamu, ya! Film kamu percaya, coba ingat-ingat lagi Lun! Berapa kali kita program bayi tabung? Pasti akan ada proses USG transvaginallllll, otomatis jalan lahir akan di masuki alat USG, itu yang kamu bilang akan aman-aman saja?" Alam merasa sangat frustasi akan hal ini.

Dia bisa gila rasanya jika terus ditekan Luna maupun Arumi. Mereka berdua hanya memikirkan hal kecil, padahal yang menjalani pernikahan adalah dirinya, jadi mau orang tuanya memaksa jika Alam menolak ya tak akan pernah terjadi.

"Oke, aku memang gila mempercayai film. Tapi disini Arumi bersedia, Mas! Dia tidak peduli keperawanannya akan hilang, kenapa kamu malah bingung sendiri?" Lagi-lagi Luna membantah ucapannya.

Alam menarik rambutnya kasar, "astaga, Lun! Coba pikir kedepannya, jangan terlalu pendek pemikiranmu!" Alam semakin kesal pada Luna. Entah setan apa yang merasuki Luna sampai dia begitu ngotot, tanpa memikirkan efek kedepannya.

"Aku capek, Mas! Capek selalu dituduh aneh-aneh oleh mamah dan selalu dihina, iya kamu enak nggak pernah disalahkan, tapi aku?" Luna menunjuk dirinya sendiri.

"Tapi aku selalu dihina, Mas! Sepuluh tahun mulutku selalu diam, tapi sekarang nggak bisa! Jika memang pilihanmu begitu, maka lebih baik aku mati!"

Luna berlari ke arah dapur, dia segera mengambil sesuatu di sana yang ternyata sebuah pisauu dan langsung menempelkan benda itu ke lehernya.

"Luna!"

"Minggir! Lebih baik aku mati daripada harus di hina terus-menerus, cepat minggir!" teriak Luna sangat keras sampai membuat Arumi keluar dari kamarnya.

"Kakak, apa yang kamu lakukan!" seru Arumi panik.

"Minggir!" Luna semakin menekan pisauu di tangannya sampai melukai kulit lehernya sendiri.

"Kak Alam, ini sebenarnya kenapa? Cepat tolong Kak Luna, lihatlah lehernya sudah terluka," ucap Arumi mulai menangis.

Arumi takut terjadi sesuatu pada Luna, hanya kakaknya lah yang dia miliki saat ini. Jika sampai terjadi sesuatu, maka Arumi akan menyalahkan dirinya sendiri.

"Luna jangan seperti anak kecil! Aku tau kamu sangat tersakiti, tapi jalan yang kita ambil ini sangat merugikan Arumi nantinya," jelas Alam sekali lagi.

"Jadi karena ini, Kak?" tanya Arumi sambil menghapus air matanya.

Alam tak menjawab, dia sendiri sangat dilema. Keputusan apa yang harus dia ambil, bukan Alam tak bisa tegas, tapi jika harus mengorbankan Arumi, itu sangat tidak manusiawi sekali.

"Kakak, aku bersedia kan dari awal? Kenapa harus diributkan lagi, kasian Kak Luna kalau seperti ini, tolong lah jangan egois. Tak perlu memikirkan aku, terpenting sekarang adalah kalian bisa hidup tenang," mohon Arumi.

"Tidak —"

"Akkhh!"

"Kakak!" Arumi berteriak histeris. Dia sangat panik melihat darah semakin banyak keluar dari leher Luna, Arumi ingin mendekat tapi kakaknya itu selalu mundur sehingga membuatnya terus menangis.

"Kak Alam!" teriak Arumi.

"STOP! LEPASKAN PISAUU ITU, LUNA!" bentak Alam mulai murka akan tindakan kekanak-kanakan Luna.

Dia mendekati istrinya dan mengambil paksa pisauu tersebut sambil membuangnya ke sembarang tempat. Alam menatap tajam wajah Luna, terlihat sekali dia marah besar tapi mencoba sabar.

"Aku ikuti apa kemauanmu, tapi jika terjadi sesuatu jangan pernah menyalahkan aku maupun orang lain. Ingat ucapanku, Luna!" seru Alam.

"Beberapa hari lagi kita akan pergi ke luar negeri dan menjalani proses itu, puas kamu Luna, PUAS!" Sambungnya. Setelah itu Alam pergi meninggalkan istrinya, dia ingin mencari ketenangan agar bisa menjernihkan pikirannya.

Sedangkan Arumi, segera menghampiri Luna dan membantu kakaknya membersihkan darah yang terus mengalir. Arumi terisak pilu, hatinya sangat sedih melihat keluarga kakaknya menjadi berantakan karena anak.

"Kakak tenang saja, aku akan berusaha memberikan kebahagiaan untuk kalian. Tapi, kumohon jangan lakukan ini lagi, jangan Kak ...."

Arumi masih menangis, dengan perlahan dia membersihkan luka Luna dan mengobati penuh kasih.

"Terima kasih, Rum. Terima kasih, sudah mau membantuku. Terima kasih," ucap Luna tiba-tiba memeluk erat Arumi.

Pelukan itu Arumi balas, mereka akhirnya menangis bersama dan saling menguatkan satu sama lain.

...----------------...

Selamat Menikmati 😭😭😭

Terpopuler

Comments

Tiahsutiah

Tiahsutiah

nyesek banget😭😭😭

2023-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!