AUSK - 5. Pernikahan

"Menikahlah dengan Arumi hari ini juga, lebih baik dia yang menjadi maduku daripada orang lain, hanya Arumi!"

Deg!

Jantung Alam benar-benar berdetak kencang saat ini. Mulutnya tak bisa bicara lagi, bahkan membantah istrinya pun Alam tak bisa. Emosi dalam tubuhnya kali ini berlipat-lipat ganda, namun sekuat tenaga Alam menahan emosi agar tidak melukai hati Luna.

"Kita pulang sekarang!" tegas Alam langsung meraih pergelangan tangan Luna dan segera meninggalkan ruangan Dokter. Dia tak peduli dibilang tak sopan, tapi otaknya saat ini belum singkron sama sekali.

"Kak, bagaimana hasilnya?" Arumi bertanya ketika melihat kakaknya keluar.

"BISA NGGAK JANGAN BAHAS INI! SEKARANG JUGA KITA PULANG!" bentak Alam.

Arumi sangat terkejut, di menatap Luna yang sedang menangis. Dia ingin mencari jawaban, tapi kakaknya itu hanya bisa menggeleng.

Melihat kondisi suasana Alam sangat buruk, Arumi tak berani bicara lagi dan lebih memilih patuh. Sesampainya dirumah, kakak iparnya itu juga masih diam seribu bahasa, ingin sekali dia bertanya, namun nyalinya langsung menciut ketika tatapan tajam pria itu tertuju padanya.

"Mas, waktunya nggak banyak. Masa subur Arumi akan berakhir dalam tujuh hari kedepan dan aku ingin kamu menikahinya malam ini juga."

Duaarr!!

Seketika Arumi terbelalak kaget mendengar ucapan Luna. Dia sangat shock, tubuhnya bahkan langsung bergetar hebat sebagai respon terkejut.

"Me-menikah?" tanya Arumi sangat lirih karena bibirnya terasa berat sekali untuk bicara.

"LUNA JANGAN MEMAKSA!" teriak Alam tapi kali ini Luna tak mau mendengarkan perkataan suaminya.

Dia lebih memilih mendekati Arumi dan meraih pergelangan adiknya. "Rum, kamu mau kan menikah dengan mas Alam?" tanyanya sangat menuntut.

"LUNA!"

"Diam! Aku sedang bertanya pada Arumi, kamu jangan menggangguku, Mas!" Luna membentak suaminya balik. Dia lama-lama kesal pada Alam, selama ini suaminya selalu menganggap semua sepele, padahal dia sangat menderita.

"Kak, kenapa harus menikah? Katanya kita mau program bayi tabung kan, kenapa sekarang berbeda?" Arumi sampai menangis. Jujur, dia sangat ikhlas membantu kakaknya. Tapi, jika harus menikah Arumi tak bisa.

"Rum, proses pembuahannya gagal Sayang dan untuk melakukannya lagi tak mungkin, karena takdir Kakak memang tak bisa memiliki anak kandung. Semua proses bisa dilakukan jika menggunakan indung telurmu, kalau seperti itu kenapa harus melakukan bayi tabung," ucap Luna sambil membelai kedua pipi adiknya. Mereka berdua sama-sama menangis, sehingga suasana menjadi sangat tegang.

"Lebih baik bayi tabung, Kak. Aku nggak mau menikah dengan Kak Alam, dia itu sudah aku anggap saudara, jadi bagaimana bisa kita menikah," tolak Arumi. Sungguh, dia sangat tidak setuju dengan cara seperti ini.

"Arumi, proses bayi tabung memakan waktu lama, sedangkan kata dokter hari ini dan sampai tujuh hari kedepan adalah masa suburmu, jadi aku mohon mau ya menikah dengan Mas Alam?" Mohon Luna. Dia bahkan sampai berlutut di hadapan Arumi. Luna menangis sejadi-jadinya dan terus memaksa Arumi.

"Nggak bisa, Kak. Jika menerima tawaran ini, sama saja aku merusak rumah tangga Kakak dan melukai hatimu, maaf aku nggak bisa," tolak Arumi.

Arumi lepaskan genggaman tangan Luna dan dia bergegas pergi, namun semua tertunda karena ucapan Luna yang menurutnya sangat-sangat egois.

"Hanya sampai melahirkan, Rum. Anggap saja kita melakukan perjanjian kontrak, pernikahan itu hanya berlangsung sampai kalian mendapatkan anak. Setelahnya, Mas Alam bisa menceraikanmu, jika khawatir tentang perasaanku," ucap Luna.

"Aku bisa menahan sampai waktu itu tiba, Rum. Kita rahasiakan pernikahan ini, dari semua orang agar kamu merasa nyaman dan nggak terpojokkan. Kakak Mohon, kamulah harapan Kakak saat ini," sambungnya.

Arumi hanya diam dan belum bisa memberikan keputusan. Mungkin kalau kemarin dia sangat yakin karena anak yang dikandung bukan darah dagingnya, tapi ceritanya sekarang berada.

Dia harus mengandung anak untuk suami kakaknya, setelah itu dia harus memberikan anaknya nanti pada mereka, rasanya ada yang berbeda sehingga Arumi berat sekali menerima keinginan Luna.

***

Arumi tak tau lagi harus seperti apa, dia juga tak percaya bisa mengiyakan permintaan Luna untuk menikahi Alam tadi siang. Semua keputusan ini berawal dari kondisi Luna yang tiba-tiba menurun, sehingga mau tak mau Arumi harus menerima permintaan Luna.

Tatapannya saat ini pun sangat kosong, beberapa jam lagi dia akan resmi menjadi istri kakak iparnya meski hanya siri.

"Bagaimana dengan ayahnya Arumi, apa dia mau menjadi wali nikah?" tanya Luna sangat semangat.

Semua persiapan sudah beres semua, hanya saja Ayah Arumi sangat sulit dihubungi sehingga Alam harus berusaha keras agar menemukan keberadaan Mamat.

"Sudah, tapi pak Mamat minta uang lima ratus juta sebagai imbalannya," balas Alam.

"Jangan kasih, Kak. Nanti ayah akan terus meminta uang, biarkan kita menikah tanpa Ayah," kata Arumi.

"Mana bisa, Rum! Biarkan Mas Alam menurutinya, uang segitu nggak seberapa," sangkal Luna.

Alam yang dasarnya tak mau berdebat akhirnya mengambil keputusan sendiri, dia akan memberikan uang itu agar semua cepat selesai. Tak lama setelah dia mengurus transferan Mamat, datanglah orang yang akan menikahkannya dengan Arumi.

Jantung Alam terasa sangat berdebar-debar, bahkan rasanya sangat berbeda dengan dulu. Padahal saat dia menikahi Luna, jantungnya tak berdetak sekencang ini, namun sekarang berbeda sehingga membuat Alam kurang fokus.

"Nyonya Luna Putri, anda sebagai istri pertama apakah bersedia jika suaminya menikah lagi?" tanya Ustadz Muktar selalu pemuka agama yang akan menikahkan mereka secara agama saja.

"Bersedia," jawab Arumi sangat lantang.

"Baiklah jika bersedia. Sekarang kedua pengantin, apakah kalian bersedia dan mampu menjalani kehidupan poligami?" tanya Ustadz Muktar sekali lagi.

"Bersedia dan sanggup menjalani pernikahan poligami," jawab mereka bersamaan.

"Syukurlah, kalau begitu kita langsung mulai saja ya pernikahannya. Berhubung semua juga sudah berkumpul."

Ustadz Muktar pun segera memberikan instruksi, dengan ragu Alam menjabat tangan pemuka agama tersebut. Sedangkan Arumi, mulai berkaca-kaca tak bisa menahan perasaan sedihnya.

Dia tak menyangka kehidupannya bisa seperti ini, niat awal hanya ingin membantu tapi akhirnya dia sendiri yang terjebak. Pikiran Arumi sangat kacau, sampai pengucapan ijab kabul pun tak terdengar sampai sekarang sampai akhirnya dia sah menjadi istri kedua Alam.

Arumi menangis, tubuhnya bergetar hebat. Isak tangis semakin lama semakin terdengar sehingga membuat Luna mendekati Arumi dan berusaha menenangkan adiknya.

"Arumi, tenangkan dirimu." Luna terlihat panik.

"A-aku, a-ku ...." Sungguh Arumi sampai tak bisa berkata apapun, rasanya sesak sekali dadanya dan dia hanya bisa menepuk-nepuk dadanya agar bisa bernafas.

"Tarik nafas, lalu keluarkan pelan-pelan," ucap Luna lagi.

Arumi hanya bisa menganggukkan kepala, setelah merasa sedikit tenang dia meraih tangan Alam dan menciumnya.

"Cium Arumi, Mas," perintah Luna tapi ditolak langsung oleh Alam. Tapi, ketika melihat tatapan Ustadz Muktar, Alam akhirnya menurunkan egonya dan segera mencium puncak kepala istri keduanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Tiahsutiah

Tiahsutiah

luna jangan marah bila nanti suami mu menyukai Arumi, karna ini semua terjadi atas kemauan mu,,,

2023-01-20

0

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

luna makin kesini makin egois dikasi hati minta jantung, awas saja jika nanti alam jatuh cinta sama arumi kamu menyalahkan arumi🙄

2023-01-15

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!