Setelah orang tua Rahman pulang. Alisa barulah masuk ke dalam ruangan nya Rahman, sedangkan Liana pergi ke toilet sebentar.
"Mulai hari ini, kau mulai saja bekerja ya?" ucap Rahman sambil menutup map yang yang berisi semua data-data Alisa yang dia jadikan hanya sebagai formalitas saja.
Senyum Alisa begitu merekah, bahagia sangat. Akhirnya dapat pekerjaan juga. " Alhamdulillah ... ya Allah ..."
Alisa mendongak ke langit-langit dan menutup mulut dengan jari-jarinya. "Terima kasih ya Rahman? makasih banyak!"
"Sama-sama, sayang. Apa mau peluk? sebagai tanda kalau kamu bahagia?" Rahman menaik turunkan alisnya.
"Nggak ah," Alisa menggelengkan kepalanya pelan sambil mengulum senyumnya.
"Kau mulai bekerja hari ini dan bekerjalah yang baik dan ramah kepada konsumen kita, oke?" sambung Rahman.
"Iya, siap, Bos!" Alisa berdiri dan bersiap ke tempatnya bekerja.
"Gimana? diterima gak kerjanya?" tanya Liana menatap keduanya setelah balik dari toilet.
"Sudah, Alhamdulillah. Aku mulai bekerja hari ini juga!" balas Alisa dengan wajah yang sumringah menggambarkan betapa bahagianya dia saat ini.
"Oya? syukurlah. Kenapa gak dari dulu saja kau rekrut dia jadi pekerja di sini? mungkin dia tidak akan mengalami sebagai pengangguran sementara waktu tuh!" Liana mengalihkan pandangannya pada Rahman.
"Ini juga bukannya aku butuh banget pekerja, Liana ... tetapi aku gak tega saja melihat dia ke sana sini mencari kerja namun gak dapat-dapat." Jawabnya Rahman sambil menunjukan senyumnya.
Liana terdiam dan menatapi senyumnya Rahman yang memang menawan. Sayang sekali pria itu menjadi kekasih sahabatnya sendiri.
"Oke, aku mau mulai bekerja!" suara Alisa memecah lamunan Liana.
"Oke, aku juga mau pulang!" pamit Liana sembari menyodorkan tangan pada Rahman.
"Oke, hati-hati?" ucap Rahman sambil berjabat tangan yang Liana tahan sehingga berdurasi lama.
Alisa menatap tangan mereka yang berjabat tangan lama itu. Bikin hatinya ada desiran rasa panas atau cemburu. Dan Rahman segera menariknya.
"Ayo, aku antar ke tempat kerja mu, Alisa." Rahman mengajak Alisa untuk ke tempat bekerjanya.
Selanjutnya Alisa mulai mengerjakan tugasnya, dan Liana pulang membawa hati yang berbunga-bunga dikarenakan sudah melihat sang pujaan hati.
"Ya Allah ... semoga aku betah di sini dan ada rejekinya di tempat ini?" Alisa sesaat mendongak dan bergumam dalam hati.
"Dek ini tolong antarkan ke meja nomor 6 ya?" pinta pekerja senior yang akan membimbing Alisa selama bekerja di sana.
...----------------...
Suatu hari. Diana sedang berjemur dengan sang suami yang kebetulan hari ini adalah hari Sabtu dan Hadi pun bisa bermalas-malasan untuk ngantor.
Diana menghirup udara segar dan melihat pemandangan yang indah dari kejauhan terlihat pegunungan yang hijau menentramkan hati.
"Abang, aku ingin bertemu dengan Alisa dan jemput lah dia, mana Liana? hari ini aku belum melihat nya." Suara Diana dengan lirih menoleh pada suaminya yang duduk tidak jauh dan sedang membuka netbook di dalam pangkuan.
Setelah terdiam sejenak sambil memandangi sang istri. "Mungkin dia masih di kamar. Aku akan memanggilnya untuk mu."
"Ya!" Diana mengangguk pelan.
Hadi beranjak dari duduknya setelah menyingkirkan netbook dari pangkuan. Dia berjalan melewati koridor untuk memanggil Liana. Putrinya.
"Bibi, Liana di mana? apakah kau melihatnya?" tanya Hadi kepada sang asisten yang sedang sarapan.
"Oh, Tuan. Non, Non Liana sepertinya masih di kamar!" sahutnya sambil berdiri hentikan makannya, begitupun dengan asisten lainnya.
"Sudah, kalian lanjutkan saja makannya! biar saya sendiri yang ke sana." Hadi melanjutkan langkahnya ke kamar Liana.
Beberapa saat kemudian. Tibalah di depan pintu kamar Liana.
Tok ....
Tok ....
Tok ....
"Lian? Liana ... di panggil mama!" Hadi mengetuk daun pintu tersebut dan dengan pelan di dorongnya. Pintu terbuka sedikit dan tampak Liana sedang di depan meja menghadapi laptop dengan telinga di tutupi headset.
Langkah Hadi melaju ke dalam dan menyentuh bahu putrinya tersebut. "Liana ... mama memanggil mu, dia di ...teras atas!"
Suara Hadi membuat Liana terkejut karena tidak mendengar suara sang ayah, Liana membuka headset nya dari kedua telinga. "Papa bikin kaget saja!"
"Papa sudah memanggil mu sedari tadi. Kau saja yang tidak mendengar Papa. Itu di panggil oleh mama," Sambung Hadi sambil mendudukan bokongnya di tepi tempat tidur.
Liana mengerutkan keningnya. "Ada apa ya, Pah?"
"Temui saja, mamanya di teras atas." Hadi kembali beranjak kembali.
Liana terdiam lalu berdiri untuk menemui sang bunda yang katanya ingin bertemu dirinya.
Setelah beberapa saat kemudian, Liana dan sang ayah sudah berada di tempat dimana sang bunda berada.
"Mama?" Liana berjongkok di hadapan sang bunda yang terduduk di kursi rodanya yang ditemani asisten yang menjaganya.
"Kau kemana saja, Nak ... mau belum melihat mu hari ini! kau naik-baik saja bukan?" lirihnya Diana sambil mengusap wajah putrinya itu.
Hadi meraih netbook nya sembari berkata. "Papa masuk dulu ya, mau mandi dulu!"
Diana dan Liana menoleh dan mengangguk pelan.
"Liana jagain mama ya? Oya bi. Jagain nyonya nya, titip?" ucap Hadi kepada Liana dan asisten yang ditugaskan menjaganya.
Hadi mengayunkan langkahnya, berjalan menuju kamar pribadinya yang terpisah dari kamar Diana.
Langsung menyimpan netbook di atas nakas dan lanjut membuka kancing baju kemejanya, bersiap mau mandi
Menyalakan air shower yang hangat dan berdiri di sana sambil terus berpikir dengan permintaan sang istri. Apalagi tadi dia sudah menyebut-nyebut nama gadis itu.
Beberapa saat kemudian Hadi keluar dengan dari kamar mandi dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Dania berada di kamarnya duduk di tepi tempat tidur dan menatap intens ke arah Hadi yang tengah bertelanjang dada tersebut.
"Kau, sedang kau lakukan di sini?" Hadi heran dan celingukan sementara pintu tertutup, Hadi pun buru-buru mendekati pintu dan lantas membukanya.
"Saya cuma belajar untuk menjadi istri mu! menyiapkan keperluan mu," sahutnya sambil menunjuk pada pakaian yang dia pilihkan di atas tempat tidur.
"Apa maksudmu?" tanya Hadi sambil mengerutkan keningnya.
"Aku sudah tahu. Kalau Mbak Diana akan menjodohkan kita berdua." Dania mendekati Hadi yang sedang berdiri.
"Ta-tapi itu ... belum menjadi kepu--"
"Saya akan di lamar oleh mbak Diana untuk menjadi istri mu, bila kau memilih ku! dan aku percaya kalau kau akan memilih ku, secara aku mempunyai segalanya. Dan aku tentunya dikenal dekat dengan keluarga ini, secara aku adik dari mbak Diana," ujarnya Dania begitu percaya diri.
"Keluarlah? saya tidak akan menikahi siapa pun karena saya sangat mencintai istri saya!" Hadi menunjuk ke arah jalan pintu.
"Baiklah ... aku akan keluar! karena besok lusa aku akan menjadi penghuni kamar ini." Dania begitu percaya diri kalau Hadi akan menjadi suaminya ....
.
.
...Bersambung!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Dahlia Anwar
aneh katanya berhijab kelakuan minus
2023-03-29
0
Ummi Alfa
Dania......Dania .....kepercayaan dirimu tingkat dewa juga ya, belum apa2 dah berani berperan seolah sudah menjadi istri pak Hadi aja.
Jangan mimpi ketinggian nanti jatuh malah yang ada rasa sakit di hat.
Tetep semangat Thor.......i
2023-01-15
1
Maulana ya_Rohman
PD sekali anda itu😡
2023-01-07
1