Lilis dan Sinta menjerit-jerit. Karena digangguin oleh Lucky yang berusaha ingin menyentuh kulit Lilis dan Sinta Untuk membatalkan wudunya.
"Maaf, Bang? jangan ganggu mereka, mereka mau salat." Alisa menatap ke arah Luky dengan tatapan serius.
Dan Luky hanya nyengir tanpa kata, dia mendudukan dirinya di sofa.
Alisa hanya menggelengkan kepalanya. Lantas masuk ke kamar mandi, dan pas membuka pintu untuk keluar. "Astagfirullah. Abang, Abang sedang apa?
Luky sedang membungkuk, dan langsung melonjak berdiri tegak. Rupanya dia sedang mengintip Alisa dari celah kunci pintu tersebut.
"Eh, eh ... tidak." Elak Luky sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, dia tampak malu-malu.
"Jangan macam-macam, Bang. Nanti saya adukan ke pak Anwar lho," ancam Alisa sambil berjalan cepat ke arah kamarnya.
"Untungnya aku cuma wudu, coba kalau mandi iih ..." batinnya Alisa sembari bergidik.
"Kenapa, Kak?" tanya Lilis melihat sang kakak yang terus bergidik seperti melihat yang geli-geli saja.
"Em, kalian. Hati-hati ya kalau ada bang Luky, barusan aja Kakak di intip sewaktu di kamar mandi." Wajah Alisa menjadi cemas dan berpikiran suudzon terhadap Luky. Masih mending tidak setiap hari dia berada di sini nya, kalau setiap hari pasti bikin was-was.
Lilis dan Sinta saling menoleh, bertukar pandangan satu sama lain. Keduanya pun bergidik ngeri kalau begitu adanya. Dan jadi takut dengan sosok Luky.
...----------------...
"Sayang, saya penyakitan, dan saya sudah tidak bisa melayani kamu lagi. Sebagai seorang istri. Saya tidak mampu lagi mengemban tanggung jawab saya," ungkap Diana dengan lirih yang tentunya di tujukan pada sang suami.
"Jangan bilang begitu sayang, kamu istri dan satu-satunya untuk selamanya," akunya Hadi Dirgantara. Mengelus dan mencium punggung tangan sang istri yang terduduk lemas di kursi rodanya.
"Tidak, kamu harus menemukan seorang wanita yang dapat melayani mu lahir maupun batin," ucap Diana lagi dengan tatapan yang penuh harap kepada sang suami.
Hadi adalah pria tampan dan berwibawa yang berusia sekitar 43 tahun Sudah berumah tangga dengan Diana selama kurang lebih 20 tahun. Dan memiliki dua putri dan putra, si sulung seorang perempuan yang bernama Liana berusia 18 tahun yang genap nya sekitar dua bulan lagi, sementara putra laki-laki bernama Putra Dirgantara yang baru saja menginjak usia 8 tahun.
Diana, sang istri sudah 4 tahun ini sakit-sakitan. Dia terkena penyakit kanker otak yang menyerangnya dan kini dia hanya bisa duduk di kursi roda saja.
"Saya tidak ikhlas bila harus meninggalkan mu tanpa pendamping. Saya ridho kamu menikah lagi," ucapnya Diana dengan lirih.
“Jangan bilang seperti itu, saya yakin bila kamu akan sembuh! Dan jangan berpikiran pendek begitu ahk, saya tidak suka mendengarnya,” ungkapnya Hadi dengan tutur kata yang lembut sambil mengusap punggung tangannya sang istri.
“Tapi saya mohon menikahlah?saya ikhlas kau menikah lagi dan ... saya ada dua kandidat atau calon buat kau jadikan istri. Saya mohon agar kau mau memilih satu diantara dua! Demi aku?” pinta Diana penuh harap.
Hadi menggelengkan kepalanya. Namun Diana terus memohon agar suaminya ini mau memenuhi permohonan nya. Agar mau menikah lagi dengan wanita pilihannya.
Hadi dibuat bingung, apakah dia harus memenuhi permintaan dari sang istri? Sungguh dia menjadi dilema dibuatnya. Sementara tidak sedikitpun dalam benaknya ada niatan untuk menduakan sang istri.
“Saya mohon sama kamu, Bang. Saya idak ridho bila meninggalkan dirimu tanpa istri. Saya ikhlas bila suatu saat aku tiada, kau sudah ada yang mendampingi dan menyayangi kalian bertiga,” lirih nya Diana kembali.
Sejenak Hadi terdiam dan menatap dengan lekat dengan tatapan penuh arti.
“Oke, dengan berat hati ... baiklah saya mau menerimanya jika itu akan membuat mu bahagia,” ucap Hadi dengan nada lesu dan terus mengelus tangan sang istri.
“Saya melihat ... kalau adik saya, Dania. Orangnya baik dan akan menyayangi dirimu dan juga anak-anak! dia pasti akan menjadi istri yang baik untuk mu, dan--" Diana menjeda perkataannya dengan menghela nafas yang tampak berat.
"Dan ada satu lagi yang saya rasa dan saya lihat lebih besar potensinya. Menjadi istri yang bisa kamu arahkan, yaitu ... Alisa, walaupun dia masih sangat muda dan usianya sama dengan putri kita, saya yakin sekali bahwa dia akan lebih bisa di arahkan olen mu. Sebagaimana yang kamu mau!” ujar Diana panjang lebar.
Di balik pintu kamar Hadi dan Diana, Liana diam-diam
mendengarkan perbincangan kedua orang tuanya. Kedua manik matanya berkaca-kaca, sedih melihat kondisi sang bunda yang tidak kunjung sembuh juga sudah bertahun.
Kepala Liana mendongak ke langit-langit, hatinya terasa sakit dan pedih menerima kenyataan ini. Dia sering tidak sanggup berhadapan dengan sang bunda.
“Apa kau yakin dengan keputusan mu yang akan menjodohkan
saya dengan dua wanita tersebut?” Hadi menatap begitu lekat kepada sang istri yang tampak serius itu.
“Insya allah saya yakin dengan keputusan ini, saya ingin kau menikahi salah satunya. Abang harus menikahinya dihadapan saya! dan saya akan melamar kan keduanya untuk mu, maksud saya akan melamar kan salah satunya
untukmu. Kau tinggal memikirkan yang mana saja, nanti saya yang akan melamarnya untukmu.” Diana menatap lembut sang suami tercinta nya yang kini menunduk pilu.
“Baiklah, terserah dirimu saja. Aku ngikut saja! terserah kamu saja bila itu baik untukmu!” ucap Hadi dengan nada lesu yang dia tunjukan kepada sang istri.
“Bukan untuk ku, Abang ... tapi untuk kamu juga dan anak-anak, terus kau mau pilih yang mana? Dania atau Alisa?” tanya Diana
pada sang suami dengan lirih.
‘Sepertinya ... Alisa terlalu muda bagi saya!’’ Hadi seolah berpikir untuk memilih.
“Saya tidak ingin terburu-buru dalam soal ini. Saya ingin
kau pikirkan lebih matang dan kau harus mengenal lebih baik orangnya. Sebelum kau memilih untuk kau jadikan istri.” Ucap Diana sembari menghela nafas panjang.
“Oke sayang, aku pergi bekerja dulu?” Hadi beranjak sambil mendorong kursi roda sang istri ke dekat tempat tidur.
“Bolehkah ku meminta sesuatu darimu?” Diana mendongak
melihat ke arah Hadi dengan tatapan penuh harap.
“Apa itu sayang? Dan apa pun itu akan aku penuhi, asal kau bahagia.” Hadi begitu meyakinkan sambil menatap lembut kepada sang istri.
‘Aku ingin mandi dan seperti biasa kau yang memandikan ku! Sebelum kau berangkat kerja, bisa, kan Abang memandikan ku?” suara Diana begitu lirih yang di tujukan kepada sang suami.
“Tentu aku bisa dong sayang,” ucap Hadi sambil menyingsing kan lengan bajunya yang sudah rapi itu.
Hadi memboyong tubuh sang istri yang kurus dan terasa ringan tersebut dari kursi roda, dibawanya ke dalam kamar mandi. Untuk memandikan ....
...Bersambung!...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Mawar Biru
semoga liana bisa menerima alisa jadi ibu tirinya
2023-04-09
3
Ummi Alfa
Ooh....jadi nanti pak Hadi ini yang akan menikahi Alsa atas permintaan istrinya .
Untungnya Liana mendengar pembicaraan ibu Diana yang meminta ayahnya menikah lagi dana ada w pilihan.
Akankah nantinya Liana menerima juga dengan ikhlas seperti ayahnya kalau Alisa jadi ibu sambungnya? smoga aja ya....
Tetep semangat Thor!!
2023-01-15
2
Maulana ya_Rohman
masih nyimak....🤔
2023-01-07
1