Diana mengalungkan kedua tangannya ke pundak sang suami sembari dengan tatapan yang lembut dan pilu, Diana tahu. Begitu banyak beban yang menimpa suaminya itu. Begitupun dengan kebutuhan biologisnya yang sudah lama tidak terpenuhi dikarenakan kesakitan dirinya.
Hadi memandikan sang istri dengan lembut dan ikhlas seperti layaknya orang tua yang sedang memandikan anak kecil.
Liana yang mendengar obrolan sang bunda dengan sang ayah selesai, langsung pergi menggunakan sepeda motornya. Dengan tujuan ke rumahnya Alisa.
“Terima kasih? Abang sudah menyayangi ku dengan sepenuh hati, kau suami ku yang terbaik. Semoga kau mendapat wanita yang sempurna, yang dapat mencintai mu lebih-lebih,” ungkap Diana dengan tatapan yang lembut, setelah selesai mandi dan saat ini sudah berada di atas tempat tidur.
“Bagi aku yang terbaik dan sempurna itu hanya kamu, istri yang sudah hampir mau dua puluh tahun ini menemai ku! Tidak akan ada wanita yang seperti kamu, yang sabar dan baik, selau pengertian dengan segala kekurangan ku selama ini.” Hadi memakaikan pakaian Diana yang disodorkan oleh sang asisten yang khusus menjaga Diana.
“Aku yakin suatu hari nanti kau akan mendapatkan wanita yang tulus mencintai kamu dan anak-anak kita, seseorang akan kau cintai juga,” ungkap Diana penuh harap.
“Sudahlah, sekarang kau sudah rapi. Dan kau harus sarapan! Biar sehat,” Hadi bersiap untuk menyuapi Diana.
“Sudah siang, sebaiknya kau berangkat saja, biar aku makan sendiri atau sama bibi saja. Tidak enak bila kau terlalu siang ngantornya!” ucap Diana sambil memegangi tangan Hadi.
Hadi pun melirik ke arah jam yang melingkar di tangan nya. “Em ... baiklah kalau begitu? Aku berangkat kerja dulu. Kalau ada apa-apa bilang saja, Bi tolong jagain istri saya?” Hadi menoleh pada asisten bergantian dengan sang istri.
“Baik. Tuan,” asisten mengangguk serta mengambil piring dan bersiap untuk menyuapi sang majikan yang tampak lemah tersebut.
Sesaat kemudian, Hadi berangkat untuk bekerja yang memang sudah siang, sebelumnya mencium kening sang istri dengan mesra.
"Assalamu'alaikum sayang! cepat sembuh ya?" lirihnya Hadi.
"Wa'alaikumus salam ..." Diana memejamkan kedua maniknya disaat bibir Hadi mendarat di keningnya. Lalu Diana mencium punggung tangan Hadi penuh hormat.
Saat ini, Hadi sudah berada di dalam mobil dan dia lebih suka menyetir sendiri. Sesaat dia terdiam dan melamun memikirkan permintaan sang istri.
"Abang ... belum berangkat?" sapa Dania yang tiba-tiba berdiri di dekat mobil Hadi.
Hadi pun langsung terkesiap lamunannya terganggu oleh suara Dania. Wanita cantik berkerudung itu menatap ke arah dirinya.
Hadi sesaat menatap ke arah wajah Dania yang jelas mirip dengan sang istri, Diana.
"Saya, baru mau berangkat. Kau mau ketemu mbak Diana?" pada akhirnya Hadi membuka suaranya.
"Iya, Bang. Aku mau bertemu mbak Diana, kakak ku itu kasihan sekali ya? keadaannya belum ada perubahan!" ucap Dania dengan nada pura-pura sedih.
Hadi menghela nafas panjang, kemudian berkata. "Ya, tapi saya merasa sekarang dia lebih segar! Oke, saya pergi dulu, Assalamu'alaikum?"
"Wa'alaikumus salam ... Abang!" balas Dania, mantap mobil tersebut. Dengan sedikit senyuman yang menghiasi bibir.
"Suatu saat nanti, kau akan menjadi milik ku! aku tunggu duda mu Hadi Dirgantara." Gumamnya Dania sambil tetap tersenyum penuh arti.
Kemudian dia buru-buru membawa langkahnya ke rumah mewah tersebut untuk menemui sang kakak.
Hadi yang fokus menyetir. memorinya terus berputar dan berpikir siapa yang akan dia pilih, Dania sang adik ipar yang wajahnya mirip sang istri? atau ... gadis muda yang usianya mungkin sama dengan putri nya, Liana.
Hadi menggeleng, merasa pusing sendiri memikirkannya. Dan berusaha berpikir gimana nanti sajalah, semoga Allah memberi petunjuk yang terbaik pada nya.
...----------------...
"Ada apa pagi-pagi datang, kau tampak lesu begitu? buat apa kau datang! bila hanya membawa kesedihan padaku?" sambut Alisa pada Liana yang tampak bermuram durja itu.
Liana langsung memeluk sahabatnya itu dengan rasa yang dia sendiri pun sulit mengartikannya. "Al, bila ortu aku melamar mu, mau ya? please?"
Alisa bengong, tidak paham dengan maksudnya Liana yang tiba-tiba bicara demikian.
"Jawab aku, Al ... oke, tidak usah kau jawab dengan kata-kata. Kau cukup mengangguk saja. Kau harus mau ya dilamar ortu ku, dan menikah dengan papa ku!" lanjut Liana yang semakin menambah Alisa bingung.
"Apa maksud kamu Liana? aku gak mengerti. Melamar? menikahi? apa maksud mu Lian ... ngomong dong yang jelas!" Alisa kebingungan dan mengajak Liana untuk duduk di teras, mereka duduk di kursi yang sudah jelek.
"Aku sedih, melihat nyokap aku yang sakit itu. Dan tadi aku mendengar obrolan mereka kalau nyokap meminta bokap menikah lagi--"
"Terus apa urusannya sama aku? Liana ... aneh kau ini!" Alisa memotong perkataan Liana yang tampak sedih tersebut.
"Aku belum selesai bicara, Al ... main potong saja kamu itu! mama aku itu ... merekomendasikan dua wanita pilihannya untuk papa aku pilih--"
"Iya, apa hubungannya dengan ku? Liana ... aku gak tau apa-apa!" lagi-lagi Alisa memotong perkataan Liana.
"Heh ..." Liana mendorong kening Alisa dengan jarinya. "Dengar dulu Alisa ... aku belum selesai ngomong! mau potong saja."
"He he he ... iya-iya. Aku dengerin oke? silakan ngomong?" Alisa nyengir.
Liana memutar bola matanya. "Dengarkan aku? mama merekomendasikan dua orang wanita untuk papa ku pilih. Satu Tante ku, Dania! tahu kan dia? dan nama yang satu lagi adalah ... kau Al, jadi kalau papa memilih kamu! mama akan melamar kamu untuk papa."
Suasana hening. Alisa terdiam sambil menatap ke arah Liana yang menyuruhnya untuk mendengarkan.
"Aku tidak mau kau papa menikahi Tante ku, aku mau mendingan kau saja yang menikahi papa ku! iya sih ... Tante itu lebih dewasa, tapi hati aku gak sreg berasa ada yang mengganjal gitu!" Liana menoleh pada Alisa yang terus terdiam dengan ekspresi yang tampak shock.
"Kenapa nama ku di sebut-sebut?bukan kali, bukan diriku! tapi nama yang sama dan orang yang berbeda." Batin Alisa bermonolog sambil melihat ke arah lain.
"Al, ngomong dong? diem Mulu kau ini!" Liana menggoyang tangan Alisa.
"Katanya aku harus mendengarkan? aku dengarkan kau suruh aku bicara, gimana sih?" ucap Alisa sambil tertawa samar.
"Aku sudah selesai bicara Alisa ..." pekik Liana tertahan.
"Ehem. Mungkin nama Alisa yang di maksud bukan aku, Liana. Tapi orang lain, lagian nama aku itu kan pasaran! alias banyak." Alisa tampak serius.
"Gak, aku yakin itu kamu, sebab kata mama juga usianya sangat muda. Aku mau Tante aku jadi ibu sambung ku!" Liana lesu.
Sementara waktu keduanya terdiam dan tiba-tiba Alisa teringat sesuatu sehingga dia melonjak bangun ....
...Bersambung!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Lina RA
laki2, bilangnya enggak enggak. pdhal nanti diembat juga. malahan sampe lupa sama istri tua. buaya buntung. cerita poligami sll bikin darting
2023-04-01
2
Dahlia Anwar
nyokap ya Thor bukan mokap
2023-03-29
1
Ieva Syariva
tulisnya masih2 salah2 ya kak apa mhngkin terlalu buru2
2023-03-12
1