Kanaya kembali ke pusat perbelanjaan dengan wajah lesu. Dirinya sebenarnya keberatan untuk kembali, tetapi Rendy memaksa. Ketika mereka berdua sampai di depan kasier, Rendy lalu menyodorkan kartu atm miliknya. "Permisi, aku dengar anda menolak kartu atm kami?" tanya Rendy dengan wajah menggemaskannya.
"Apa kau habis belanja di sini, Dek?" tanya salah satu kasier dengan berjongkok menatap wajah Rendy sambil tersenyum.
"Bukan aku, mama ku." tunjuk Rendy ke arah Kanaya.
Wajah kasier tampak terkejut. Dia langsung menghampiri Kanaya yang berusaha menyembunyikan diri. "Oh, kau orang yang di kejar satpam tadi?" ucap sang kasier. Dengan menahan rasa malu, Kanaya mengangguk membenarkan.
"Maaf kan aku, sebenarnya bukan atm mu yang rusak. Komputer kami yang bermasalah." jelas sang kasier sambil memegang kedua tangan Kanaya. Kanaya terkejut, akhirnya kebenaran terungkap. Dia ingin membersihkan nama baiknya.
"Aku mau memaafkanmu, tetapi kau juga harus membersihkan nama ku dengan orang sombong yang sempat aku temui tadi. Dia menggunakan jas hitam dengan wajah menyeramkan." ucap Kanaya seketika.
"Maksudmu, sang presdir?"
"Iya, katakan padanya jika aku mampu membayar belanjaanku tadi. Tetapi karena kesalahanmu, semuanya jadi kacau. Aku di tuduh ingin belanja tetapi tidak punya uang." ucap Kanaya dengan suara meninggi.
"Apa presdir itu di sini?" Sahut Rendy menyela pembicaraannya.
"Iya, benar. Dia adalah presdir dari Bintang group, pemilik pusat perbelanjaan ini. Aku tidak berani bicara dengannya, kau tahu sendiri jabatanku hanya sekedar kasier di sini." ucap Sang kasier perempuan sambil menundukkan kepalanya.
"Biar aku saja yang memberitahunya." kata Kanaya dengan keras kepala.
"Dimana presdir sombong itu?" tanya Kanaya kembali menoleh ke arah sang kasier.
"I.. Itu, dia ada di depan sana." tunjuk sang kasier. Dengan cepat, Kanaya berjalan menghampirinya. Sementara Rendy, penasaran seperti apa rupa presdir Bintang Group. Rendy pun menyusul Kanaya.
Terlihat Presdir sedang bicara dengan perempuan cantik nan seksi. Dia sepertinya pacar sang presdir. Tanpa malu, Kanaya datang menghampirinya. Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.
"Hei, presdir sombong. Aku mau bicara denganmu." teriak Kanaya berjalan santai menghampiri sang presdir.
Semua orang menoleh menatap Kanaya. Banyak di antara orang-orang menggeleng kepala mereka, mengira jika Kanaya orang gila berteriak memanggil presdir dengan tidak sopan.
"Kau lagi, pencuri?" sahut sang presdir.
"Apa? Pencuri katamu? Hei, aku datang ke sini ingin meluruskan kejadian tadi. Itu hanya salah paham. Komputer kasier itu yang bermasalah sehingga mengatakan atm ku rusak. Makanya, aku lari karena malu nanti di kira ingin belanja tetapi tidak punya uang." Jelas Kanaya dengan suara cepat.
"Aduh, sayang. Siapa lagi orang gila ini, tidak penting banget." sahut Friska, tunangan Gilang Wijaya.
"Entahlah, dia mengurus hal yang tidak penting." ucap Gilang sambil berjalan meninggalkan Kanaya yang sudah emosi.
Seketika, tatapan Rendy dan Gilang bertemu sekilas. "Tidak salah lagi, dia papa ku." ucap Rendy dengan suara perlahan. Naluri Rendy dan pandangannya yang hampir sama, membuat Rendy sangat yakin. Rendy sangat mengenal dirinya, tentu saja tahu seperti apa papa nya yang mirip dengannya.
"Wajah papa memang tampan, tetapi anehnya kenapa mama tidak bisa mengingat wajah tampannya?" ucap Rendy yang terus memperhatikan Gilang Wijaya berjalan sambil memegang tangan Friska.
"Presdir sombong itu, dia benar-benar kurang ajar. Awas saja jika dia muncul lagi di hadapanku, aku buat hidupnya sengsara." kata Kanaya yang emosi.
"Sudah, Ma. Biarkan saja, jangan sampai mama terlalu membencinya. Rasa benci dan cinta itu hanya beda tipis." kata Rendy mengingatkan.
"Aku mencintainya? Ha ha ha, memang tidak ada pria selain dia di dunia ini? Kau ini Rendy, pikiranmu masih anak kecil saja." jawab Kanaya.
"Apa mama benar yakin, tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya?"
"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?"
"Aku hanya memeriksa sesuatu saja. Bisa saja, mama merasa familiar dengannya seolah pernah berpapasan atau dekat dengannya." jelas Rendy sekali lagi dan wajah Rendy tampak serius menunggu jawaban Kanaya.
"Iya, wajahnya begitu tampan. Dan suara arogannya itu, terdengar tidak asing. Tetapi aku sangat yakin belum pernah bertemu dengannya. Kenapa kau bertanya?"
"Tidak juga, Ma." jawab Rendy cepat.
"Ya sudah, ayo pulang. Aku ambil barang belanjaanku dulu." kata Kanaya yang berlari ke tempat kasier.
"Akhirnya, aku menemukanmu papa. Lihat saja, aku akan buat kamu sadar jika kita berdua punya kemiripan. Dan nanti, kau akan mencari tahu sendiri siapa aku dan mama." ucap Rendy penuh tekad.
Malam harinya, Rendy sibuk video call dengan neneknya di kampung. "Keadaan di sini baik-baik saja, nek. Besok aku sudah masuk sekolah." Kata Rendy sambil tersenyum ke arah kamera.
"Benarkah itu? Kanaya tidak membuat cucu nenek repot kan?" tanya nenek Rendy dari seberang telepon.
"Iya, Nek."
Di lain sisi, Kanaya menyilangkan kedua tangannya sambil menatap Rendy yang sedang video call dengan ibunya. Kanaya menatap tajam, memberi kode agar Rendy tidak mengadu hal aneh.
'Awas saja jika dia mengadu, aku benar-benar akan meninggalkan sendirian di sini.' guman Kanaya dalam hati.
'Tatapan mama ku terasa menusuk sampai ke hati. Apa yang ada di pikirannya?' guman Rendy dengan tersenyum manis.
Setelah selesai video call, Rendy kembali membuka laptop kesayangannya. Kanaya memilih menyetrika pakaian atau seragam Rendy yang dia dapatkan tadi.
"Ingat, Rendy. Kau itu anak mama, harus belajar rajin dan buat mama mu bangga. Kalau sampai kau nakal, aku akan membunuhmu. Kau mengerti?" tanya Kanaya.
"Iya, Ma." jawab Rendy dengan jari-jari kedua tangan sibuk mengetik.
'Akhirnya aku masuk, tinggal melacak lokasi papa.' guman Rendy yang berhasil masuk ke arsip perusahaan Bintang group. Dari situ Rendy menemukan nomor ponsel Gilang dan mulai melacak lokasi Gilang.
"Kafe Wins, bukannya itu dekat dari sini, Ma?" tanya Rendy.
"Iya, lalu kenapa?"
"Kalau begitu, aku pergi keluar dulu. Mama tidak perlu ikut." teriak Rendy yang sudah berlari sambil membawa laptop miliknya.
Kanaya terkejut, dia dengan cepat bangkit berusaha mengejar Rendy. Tetapi tenaga dan energi Rendy cukup kuat untuk berlari cepat.
"Anak itu, kenapa dia tiba-tiba pergi. Kan bahaya kalau di luar malam-malam begini. Bagaimana jika ada orang yang menculik anak geniusku?" ucap Kanaya yang berpikir.
"Tidak boleh, Rendy adalah harta satu-satunya milikku. Dia lebih berharga dari hidupku. Aku akan di bunuh hidup-hidup oleh ibu." Kata Kanaya yang menutup pintu kosannya kemudian berlari menyusul Rendy. Kanaya bahkan sampai lupa membawa ponselnya dan mengunci pintu kosan.
"Dia pergi ke kafe Wins kan?" ucap Kanaya yang berlari menyusul Rendy. Kebetulan, kafe Wins tidak jauh dari lokasi kosan Kanaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Bilbina Shofie
ini kebalik emaknya yg jdi anaknya hahaha
2024-08-09
0
Siti Nurjanah
kamaua seperti qnak kecil
2024-06-26
0