'Aku datang, Pa! Aku pasti menemukanmu!' guman Rendy ketika dia dan Kanaya sampai di sebuah kosan, tempat tinggalnya untuk sementara.
"Tunggu sebentar, anakku sayang. Sebelum kita ke sini, kau mengatakan kepada mama mu tersayang jika kita akan tinggal di sebuah tempat yang damai, tentram, dan paling nyaman. Apa kosan sempit ini maksudmu?" tanya Kanaya sambil menatap tajam ke arah Rendy.
"Itu benar, Ma. Ini tempat yang paling bagus untuk kita dan persembunyian yang aman. Ayo kita masuk." ucap Rendy sambil menarik koper kecil miliknya.
Kanaya memegang kepalanya, anak kecilnya sudah pintar membodohi dirinya. Kanaya pikir, dia akan tinggal di sebuah apartemen mewah karena Rendy mengatakan dia punya banyak uang di atmnya.
"Rendy...." ucap Kanaya sambil menarik dengan kasar koper yang dia bawa. Sesampai di kosan, luasnya hanya sekitar 6 × 6 m dan satu kamar mandi dalam. Cukuplah untuk berdua saja.
"ini cukup bagus kalau hanya berdua dengan pasangan. Tetapi aku, datang dan tinggal di sini berdua dengan anak kecil. Sungguh sadis nasibku." ucap Kanaya sambil mengelus dadanya. Di usianya yang sudah memasuki 24 tahun, dia terpaksa membagi kebahagiannya untuk anak kecilnya. Dia mengandung Rendy di saat usianya remaja, 18 tahun.
"Mama sepertinya tidak mau beres-beres. Kalau begitu, aku saja. Biar mama pergi berbelanja saja." saran Rendy.
"Benarkah? Kau tidak keberatan?" ucap Kanaya dengan wajah serius.
"Tentu saja, masalah beres-beres biar aku yang mengerjakannya." kata Rendy meyakinkan Kanaya. Dengan senyum berbinar-binar, Kanaya mengambil tasnya kemudian pergi dari sana sebelum Rendy berubah pikiran.
"Huff, dia sepertinya belum siap menjadi ibu. Tidak apa, selama aku di sini, aku akan mencari papa ku." ucap Rendy yang mulai meletakkan barang-barangnya di lantai. Sementara itu, Kanaya dengan riang berlari ke sebuah toko untuk berbelanja.
"Aku harus beli ikan, ayam, sayuran, buah, agar Rendy senang menikmatinya ketika selesai beres-beres." ucap Kanaya yang langsung memasukkan semuanya ke dalam keranjang. Kemudian, dia mendatangi kasier dan meletakkan atm di atas meja.
"Totalnya, lima ratus rupiah. Bayar pakai atm ini, mbak?" tanya salah satu kasier perempuan dengan ramah.
"Iya."
"Baiklah," setelah berusaha memasukkan kartu atm berkali-kali, kasier memberi kembali atm Kanaya dengan wajah datar.
"Maaf, Mbak. Atm nya tidak bisa digunakan." ucap sang kasier.
"Apa?" mata Kanaya seketika melotot. Dia yakin sekali dirinya tidak salah mengambil atm. Lalu, kemana uang Rendy yang dikatakan banyak?
"Maaf, sepertinya anda keliru. Coba ulangi lagi, mungkin sekarang baru bisa digunakan." ucap Kanaya sambil menyodorkan kembali atm miliknya.
Kasier melakukannya lagi dan tetap tidak bisa. Dia pun menggeleng kepalanya. Kanaya semakin panik, masih banyak orang yang mengantri di belakangnya, tidak mungkin jika dia mengembalikan barang-barang yang barusan dia ambil. 'Apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar malu.' guman Kanaya yang tersudut.
"Bisa di ganti atmnya," usul sang kasier.
'Apa? Aku tidak punya atm lain. Uang cash juga tidak punya.' guman Kanaya yang hanya bisa menampilkan senyumannya.
"Kalau tidak punya atm, boleh bayar dengan uang cash." usul sang kasier kembali.
Dag dig dug..
Begitulah detak jantung kanaya, melompat dan ingin segera keluar dari tubuhnya. ditambah, suasanannya semakin tidak bisa terkendali ketika pak satpam mendekat.
"Ada apa ini, kenapa antriannya tidak mau bergerak?" tanya pak satpam.
"Begini, Nyonya ini sepertinya tidak bisa bayar." ucap kasier tiba-tiba. Pak Satpam dengan cepat menoleh menatap Kanaya.
"Benar, begitu, mbak?"
"Ti.. Tidak, aku bayar pakai cash saja." kata Kanaya sambil membuka tasnya dan memasukkan tangannya ke dalam sana. Dia berusaha membuat situasinya aman. Ketika melihat pak satpam dan kasier lengah, Kanaya pun berlari dari sana.
"Hei, tunggu, nyonya!" teriak pak Satpam mengejar Kanaya.
Karena terlalu terburu-buru dan terus menoleh ke belakang, Kanaya tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya.
"Maaf," ucap Kanaya yang ingin kembali berlari, tetapi pak Satpam dengan cepat menangkapnya.
"Ketangkap kamu!"
"Lepaskan aku, aku tidak salah apapun. Aku tidak mengambil barang di toko tadi kan?" Bela Kanaya.
"Benar juga, tetapi kenapa kamu lari?" tanya pak Satpam yang kebingungan.
"Itu karena bapak mengejarku." ucap Kanaya dengan menghela nagas lega.
"Tetapi.." Perkataan pak Satpam di potong tiba-tiba.
"Ada apa ini, kenapa kalian berdua ribut di sini? Dam untuk apa seorang satpam yang seharusnya berjaga berada di sini?" tanya seorang laki-laki dengan suara dingin dan terasa mengancam.
Ketika Kanaya menoleh dan melihatnya, air matanya langsung jatuh. Dia tidak tahu, hatinya begitu sakit melihat pria di depannya yang menggunakan jas hitam. Jantung Kanaya juga berdetak lebih cepat dari tadi. 'Apa ini? Perasaan apa ini?' guman Kanaya yang termenung dalam pikirannya.
"Maaf, pak presdir. Aku tadi mengejar perempuan ini yang tiba-tiba berlari karena tidak mau membayar barang belanjaannya." jelas pak Satpam.
"Lalu? Itu alasanmu mengejarnya? Apa dia mengambil barang belanjaannya?" tanya orang yang dipanggil presdir ini.
"Pak satpam, seperti yang kau lihat, dia sama sekali tidak membawa apapun. Jadi, biarkan saja dan kembali ke tempatmu." jelas seorang perempuan yang berwajah cantik dan seksi di samping pak presdir.
Sekilas, presdir itu melirik Kanaya. Ketika bola mata mereka bertemu, Kanaya seperti di tusuk pisau menembus tubuhnya. Dirinya juga tidak bisa berkata-kata.
"Lain kali, kalau tidak punya uang, sebaiknya tidak berbelanja." sindir sang presdir sebelum pergi meninggalkan Kanaya.
Kanaya baru sadar dari lamunannya ketika mendengar sindirian presdir dingin itu. "Dia pikir siapa dirinya sampai berani mengataiku? Aku hanya apes hari ini. Kok bisa, atm Rendy tidak bisa digunakan. Kalau begitu, aku makan pakai apa nanti?" ucap Kanaya yang langsung berlari pulang menemui Rendy.
Kosan sempitnya sudah dibersihkan Rendy. Semua barang-barangnya sudah di tata rapi. Rendy juga sedang sibuk mengetik di laptop berwarna putihnya itu.
"Rendy!" teriak Kanaya dengan amarah terpendam. Dia ingin sekali mengomeli anaknya yang sudah menipu dirinya dan membuat Kanaya malu.
"Mama sudah pulang? Dimana belanjaannya?" tanya Rendy yang menoleh melihat Kanaya tanpa membawa apapun.
"Masih di toko, kau harus membayarnya sebelum mengambilnya." jawab Kanaya dengan ketus.
"Apa? Mama tidak mau membayarnya?"
"Jangan salahkan aku, atm yang kau berikan tidak bisa digunakan. Apa-apaan ini, apa kau sengaja ingin membuat mama mu malu di depan umum?" ucap Kanaya dengan suara meninggi. Rendy hanya diam dengan alis bekerut. Bukan memikirkan suara tinggi Kanaya, dia sudah biasa mendengarnya.
"Coba aku lihat atm nya." ucap Rendy dengan tangan diulurkan meminta.
"Ini, perbaiki cepat. Kita tidak punya uang selain mengandalkan atm ini." jawab Kanaya lalu pergi ke kamar mandi.
Rendy memutar kartu atm nya, dia bingung karena semuanya baik-baik saja. Atm nya tidak rusak, lalu kenapa tidak bisa di gunakan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments