RAC 4: Jebakan Dendi

Vina menyerahkan hp-nya kepada Dendi, setelah ia bercerita apa yang terjadi terhadap dirinya beberapa waktu yang lalu.

Pemuda tampan itu menjadi pendengar yang baik dan sesekali membenarkan si gadis dan menyalahkan Rudi yang telah bertindak kasar terhadap kekasihnya.

Dendi lalu membongkar hp Vina yang memang mati total setelah terendam di air pantai.

“Kalau cowok kasar begitu, lebih baik ditinggalkan saja. Rudi memang ganteng, tapi kalau mengancam keselamatan, buat apa, Vin? Terlalu banyak cowok di dunia ini. Perkara pasangan adalah perkara yang akan kita jalani di sisa hidup kita,” ujar Dendi yang berisi nasihat, sambil mengelap baterai dan kerangka hp yang ada sisa airnya dengan tisu.

“Iya sih,” ucap Vina membenarkan. Ia membatin, “Dendi cowok yang bijak juga.”

“Jangan terpaku sama satu cowok,” tambah Dendi lagi. Lalu katanya tentang hp, “Ini sudah cukup parah, karena terlambat dibongkar. Kalau hp terendam air asin, harusnya cepat dibongkar lalu direndam di air tawar, lalu dikeringkan.”

“Terus bagaimana dong?” tanya Vina lagi.

“Maaf, Vin,” ucap Dendi sambil tiba-tiba memajukan wajah dan badan atasnya ke arah Vina, seolah hendak mencium wajah cantik wanita itu.

“Eh, iya,” ucap Vina terkejut bercampur malu. Ia refleks memiringkan tubuhnya ke kanan saat melihat badan Dendi menyerong ke samping kiri.

Ternyata, di sisi belakang Vina ada colokan listrik, di mana hp Dendi sedang di-charge.

“Kamu harum sekali, Vin,” kata Dendi sebelum menarik wajahnya kembali posisi semula.

Vina hanya tersenyum malu. Kondisi itu membuat jantungnya berdebar.

Dendi kembali ke posisi duduknya semula. Ia membuka layar hp-nya.

“Sebentar ya,” ucap Dendi.

“Iya.”

Dendi ternyata melakukan panggilan telepon.

“Assalamu ‘alaikum, Bong!” salam Dendi di telepon, lalu diam sejenak mendengar jawaban dari seberang panggilan.

Vina hanya diam memandangi dan menunggu.

“Hp jatuh di laut. Kamu bisa benarkan?” tanya Dendi. Setelah diam sejenak, dia berkata lagi. “Nanti malam saya bawa ke rumah kamu, ya?”

Tidak berapa lama, Dendi melepas hp-nya dari telinga dan meletakkannya di pangkuannya.

“Hp-nya nanti saya bawa ke teman saya. Coba nanti dua hari lagi ke sini, tapi pagi aja, pas saya belum berangkat kerja. Mudah-mudahan bisa diperbaiki dan sudah selesai,” kata Dendi.

“Kira-kira ongkosnya berapa, Bang?” tanya Vina.

“Hahaha! Seperti orang jauh saja. Cukup dibayar dengan cinta,” tawa Dendi, lalu berkata bernada bercanda. Kemudian katanya lagi, “Pokoknya kamu terima beres saja, Vin. Saya ikhlas bantu kok.”

“Terima kasih ya, Bang,” ucap Vina seraya tersenyum senang, karena masalahnya kemungkinan bisa terselesaikan.

“Iya, sama-sama,” balas Dendi seraya tersenyum manis.

Vina lalu pamit dan keluar. Ketika Vina berbalik hendak keluar, tampak Dendi memonyongkan mulutnya memberi ciuman jarak jauh tanpa suara dan tanpa sepengetahuan Vina.

Singkat cerita. Sebelum dua hari yang ditentukan, Dendi yang pulang kerja dengan berjalan kaki, lewat di depan rumah Vina, tepat ketika gadis itu sedang menyengget mangga yang tumbuh di halaman.

“Vin!” panggil Dendi yang lebih dulu melihat keberadaan Vina. Ia berdiri di depan gerbang pagar.

“Eh, Bang Dendi,” jawab Vina sambil tersenyum lebar penuh kemanisan. Tangannya masih mengulur ke atas memegangi galah yang ia gunakan.

Posisi Vina itu membuat sebagian perutnya yang putih bersih terbuka bebas. Pemandangan itu membuat otak Dendi traveling ke mana-mana, terlebih saat itu Vina juga mengenakan celana pendek belaka.

“Bagaimana kabar hp saya, Bang?” tanya Vina langsung.

“Bisa kok. Nanti malam saya ambil ke rumah teman saya. Kamu besok pagi-pagi ke kontrakan saya, ambil hp-nya,” jawab Dendi.

“Iya, Bang. Terima kasih sekali, loh. Maklum, itu seperti nyawa kedua saya. Hahaha!” kata Vina lalu tertawa. Sepertinya dia sudah move on dari permasalahan cintanya.

Biasanya, jika usai bertengkar dengan Rudi, sebentar mereka akan berpisah. Dan biasanya lagi, Rudi akan meneleponnya dan minta maaf lebih dulu. Namun, karena hp Vina sedang rusak, pastinya Rudi tidak bisa menghubungi Vina, karena memang, sejak kemarin Rudi mencoba menelepon nomor Vina.

Meski tidak bisa menghubungi Vina, tetapi Rudi tidak mau pergi menemui secara langsung, meski mereka masih satu desa. Vina pun ternyata memilih bersikap masa bodoh terhadap status cintanya. Ia lebih memfokuskan diri bagaimana caranya supaya hp-nya bisa kembali menyala dan data yang tersimpan bisa diselamatkan.

Keesokan paginya. Vina mandi pagi-pagi. Sebelum jam berangkatnya orang yang kerja di perusahaan atau pabrik, dia segera pergi ke kontrakan Dendi.

Kontrakan lima pintu itu tampak sepi. Memang, jika pagi, kontrakan akan selalu sepi, karena empat pintu selain Dendi, dikontrak oleh keluarga nelayan. Jika pagi, suami istri nelayan akan berada di pelelangan untuk melakukan transaksi jual beli ikan.

Pintu kontrakan Dendi masih tertutup.

Tok tok tok!

“Assalamu ‘alaikum!” salam Vina sambil mengetuk pintu.

“Wa ‘alaikum salam!” jawab Dendi.

Sebentar kemudian, pintu dibuka dari dalam. Muncullah wajah Dendi yang segar dan terlihat begitu tampan. Wajah yang baru selesai mandi itu terlihat lebih tampan dari biasanya karena ada efek dari sinar matahari pagi yang langsung menerpa wajah.

“Masuk dulu, Vin!” ajak Dendi seraya tersenyum.

“Iya.”

Vina pun membuka sandalnya dan masuk ke dalam.

“Hp kamu sudah hidup. Tapi harus saya rapikan dulu setting-annya,” kata Dendi yang tampak terburu-buru dalam bergerak.

Vina kembali duduk di lantai yang pernah dia duduki dengan punggung merapat ke dinding depan.

“Maaf ya, Vin. Saya silau sama sinar matahari, saya tutup pintunya tidak apa-apa ya?” kata Dendi, tapi sudah bergerak menutup pintu tanpa dikunci.

“Iya,” jawab Vina seraya tersenyum.

Maka mereka berdua berada di dalam ruangan yang remang-remang.

Dendi bergerak cepat, tampak sibuk.

“Mungkin agak lama sedikit. Jadi saya sudah siapkan minum,” kata Dendi lalu mengambil minuman botol bersoda.

Dendi menyodorkan gelas yang sudah diberi es batu. Ia buka tutup botol yang masih tersegel dan menuangkannya ke gelas sampai penuh.

“Enggak usah repot-repot, Bang!” sergah Vina.

“Enggak apa-apa, daripada bengong menunggu saya selesai. Maklum kalau pagi-pagi disuguhin minuman begini, enggak ada air panas sama gula,” kata Dendi. “Diminum biar cepat habis juga. Kalau nyisa banyak, sayang, kebuang doang, enggak ada yang minum lagi.”

“Iya,” ucap Vina.

Dendi kini fokus mengutak-atik hp Vina, sejenak membiarkan gadis itu.

Vina lalu meneguk minuman di gelas kaca yang disediakan. Benar kata Dendi, daripada bengong.

Setelah memandangi Dendi yang menekuni hp, perhatian Vina ditarik oleh selembar poster di dinding di atas meja computer Dendi. Gambar pada poster adalah sepasang pemuda dan wanita bule yang sedang berciuman dengan begitu hot. Wanita itu hanya mengenakan bikini dan duduk merangkul pada tubuh si pemuda tampan.

Seketika Vina ingat Rudi. Pacaran sekitar lima tahun lamanya, ciuman bukanlah hal yang jarang dilakukan ia dan Rudi. Seluruh tubuh Vina sudah pernah disentuh oleh Rudi, baik dengan jari ataupun dengan bibir. Namun hebatnya, selama itu pula Vina masih bisa menjaga keperawanannya. Meski terbilang nakal, tapi bagi Vina keperawanan adalah nomor satu.

Untuk perkara virgin, Rudi pun sangat menghormati.

Namun, ada yang ganjil menurut pikiran Vina. Seingat dirinya, dua hari yang lalu poster itu belum ada.

“Bang Dendi bakalan telat nih,” kata Vina merasa tidak enak hati.

“Enggak kok. Ayo dihabisin minumnya. Biar kalau ini selesai, saya bisa enak berangkatnya, enggak mikirin sisa minuman. Hahaha!” kata Dendi, lalu tertawa.

Setelah beberapa menit, Vina merasa gerah, padahal belum lama dia mandi. Cuaca pun belum terik, meski matahari sudah terbit.

Terlihat Vina duduk dengan gelisah. Pandangannya tidak tenang, seiring pikirannya mengajak bercumbu, terlebih jika dia memandang kepada poster yang posisinya menghadap langsung ke arahnya. Sesekali ia mengubah posisi kakinya.

Sebenarnya dia ingin mengeluh tentang rasa gerah itu, tetapi ia khawatir justru akan menyinggung Dendi.

“Sebentar lagi ya, Vin,” kata Dendi lagi sambil melirik ke wajah cantik Vina.

“Iya, Bang. Enggak apa-apa kok,” ucap Vina yang semakin gerah dan perasaannya kian gelisah.

Tatapannya cenderung memandang ke poster dewasa itu. Setelah itu, dia beralih memandang wajah Dendi yang memang tampan. Kondisinya itu membuat dirinya mudah menghayal tentang percumbuan, terlebih dia sudah sering merasakannya bersama Rudi.

Mendadak Vina rindu Rudi. Sangat rindu rasanya. Namun, mereka sedang marahan, mungkin juga sudah putus tanpa ucapan.

Vina mulai menggigit bibir bawahnya sesekali. Itu terjadi karena hormonnya teransang ingin bercinta. Ia merasa sangat ingin tiduran. Namun, tidak mungkin itu dia lakukan di kontrakannya Dendi. Dan tidak mungkin pula dia pergi sebelum hp-nya selesai.

“Baterainya lowbat. Maaf, saya charge dulu,” kata Dendi sambil memasang kabel charge pada hp Vina, kemudian dia bergerak cukup cepat seperti yang dua hari lalu dia lakukan.

Dendi tiba-tiba memajukan wajah dan badan atasnya ke arah Vina sambil tangannya lolos ke colokan di belakang punggung si gadis.

Kondisi Vina yang sedang menahan rangsangan seksual, tidak sigap memiringkan tubuhnya seperti waktu lalu, sehingga pipi kanan Dendi menempel di pipi kanan Vina. Aroma harum parfum keduanya saling terhirup.

Mungkin wangi tubuh Vina biasa saja bagi Dendi. Namun tidak bagi Vina. Harum parfum Dendi begitu berbeda karena memberi daya rangsangan yang kuat.

Yang terjadi sebenarnya adalah Dendi telah memasang jebakan untuk Vina. Dendi telah jatuh hati, tepatnya bernafsu melihat kecantikan dan keindahan tubuh Vina.

Dendi telah mengatur satu kondisi seperti saat itu. Dia sengaja membeli minuman bersoda. Di gelas yang berisi es telah dia beri obat perangsang seksual yang tidak berbau dan tidak berwarna ketika larut. Efeknya akan lebih maksimal jika bercampur minuman bersoda.

Sampai poster adegan dewasa itu dia setting yang memang bertujuan untuk memancing gairah Vina. Dia pun membeli parfum mahal untuk mendapatkan aroma yang khas. Dan sepertinya rencana itu berhasil sejauh ini.

Wajah Dendi yang sangat dekat dengan wajah Vina, tiba-tiba bergerak halus mencium leher Vina.

Vina terkejut bukan main, tetapi ada rasa indah yang menyentak dan berdesir di dalam tubuhnya. Ia semakin teransang dengan perasaan yang seolah mulai terbang.

Dan yang terjadi kemudian, Vina tidak begitu menolak ketika Dendi terus mengecupinya, ditambah jemari tangan pemuda itu mulai menyusup ke balik baju dan celana. Vina pun terbawa dengan perasaan yang indah. Dia juga merasa sangat butuh. (RH)

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

wah kurang ajar si Dendi... terlalu berani dia

2023-11-09

1

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

owalhh nasibe vina

2023-06-18

2

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

jaman sekarang pancen hp iku kebutuhan urgent

2023-06-18

3

lihat semua
Episodes
1 RAC 1: Vina Pulang
2 RAC 2: Pertengkaran di Taman Ikan
3 RAC 3: Petunjuk Sahabat
4 RAC 4: Jebakan Dendi
5 RAC 5: Kepergok
6 RAC 6: Tangis Ibu Anak
7 RAC 7: Murka Haji Suharja
8 RAC 8: Memburu Dendi
9 RAC 9: Sudah Dimasuki atau Belum?
10 RAC 10: Kado yang Batal
11 RAC 11: Pelukan Dua Sahabat
12 RAC 12: Pendekar Mabuk Dari Pesisir
13 RAC 13: Ayah Penyabar
14 RAC 14: Sujud yang Lama
15 RAC 15: Rudi Viral
16 RAC 16: Syukuran
17 RAC 17: Rindu Berat
18 RAC 18: Insiden Waktu Subuh
19 RAC 19: Kabar Duka Mengejutkan
20 RAC 20: Puaaang
21 RAC 21: Melihat Wajah Puang
22 RAC 22: Pengawalan Khusus
23 RAC 23: Kehidupan Baru
24 RAC 24: Bakti Terakhir untuk Puang
25 RAC 25: Vina Dilamar
26 RAC 26:Anggukan Sang Bapak
27 RAC 27: Rudi Kabur
28 RAC 28: Kenangan Mesum
29 RAC 29: Menunggu Rudi
30 RAC 30: Bidadari yang Dibenci
31 RAC 31: Undangan Suharja
32 RAC 32: Bincang Serius Dua Lelaki
33 RAC 33: Rahasia Wanita
34 RAC 34: Janda Mungil Cantik
35 RAC 35: Tamu Ganteng Kaya dari Jakarta
36 RAC 36: Pelamar Berbahaya
37 RAC 37: Telepon yang Tak Terangkat
38 RAC 38: Vina Disidang
39 RAC 39: Pembicaraan 8 Mata
40 RAC 40: Dewi Ular Ungu
41 RAC 41: Vina Raib
42 RAC 42: Daeng Ambo Upe
43 RAC 43: Ancaman untuk Rudi
44 RAC 44: Tembakan Sandro
45 RAC 45: Ultah Flexy
46 RAC 46: Bahagia Berujung Petaka
47 RAC 47: Kemesraan di Kamar Pasien
48 RAC 48: Melamar Bulan
49 RAC 49: Dua Hati yang Terluka
50 RAC 50: Dendi Gunadi
51 RAC 51: Petunjuk untuk Suharja
52 RAC 52: Barada Datang
53 RAC 53: Badak Cula Emas
54 RAC 54: Keributan di Depan Hotel
55 RAC 55: Operasi Tanam Mata Telinga
56 RAC 56: Muslimah Jepang
57 RAC 57: Hadiah untuk Mantan Istri
58 RAC 58: Maaf, Janji dan Rayu
59 RAC 59: Pilihan Sandro
60 RAC 60: Mappanre Temme
61 RAC 61: Lomba Raja Tendang
62 RAC 62: Final
63 RAC 63: Taktik Sang Juara
64 RAC 64: Petunjuk Lengkap
65 RAC 65: Membuat Vina Hilang
66 RAC 66: Mappasikarawa
67 RAC 67: Malam Pertama
68 RAC 68: Operasi Penyergapan Pulau
69 RAC 69: Dua Tahun Kemudian (TAMAT)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
RAC 1: Vina Pulang
2
RAC 2: Pertengkaran di Taman Ikan
3
RAC 3: Petunjuk Sahabat
4
RAC 4: Jebakan Dendi
5
RAC 5: Kepergok
6
RAC 6: Tangis Ibu Anak
7
RAC 7: Murka Haji Suharja
8
RAC 8: Memburu Dendi
9
RAC 9: Sudah Dimasuki atau Belum?
10
RAC 10: Kado yang Batal
11
RAC 11: Pelukan Dua Sahabat
12
RAC 12: Pendekar Mabuk Dari Pesisir
13
RAC 13: Ayah Penyabar
14
RAC 14: Sujud yang Lama
15
RAC 15: Rudi Viral
16
RAC 16: Syukuran
17
RAC 17: Rindu Berat
18
RAC 18: Insiden Waktu Subuh
19
RAC 19: Kabar Duka Mengejutkan
20
RAC 20: Puaaang
21
RAC 21: Melihat Wajah Puang
22
RAC 22: Pengawalan Khusus
23
RAC 23: Kehidupan Baru
24
RAC 24: Bakti Terakhir untuk Puang
25
RAC 25: Vina Dilamar
26
RAC 26:Anggukan Sang Bapak
27
RAC 27: Rudi Kabur
28
RAC 28: Kenangan Mesum
29
RAC 29: Menunggu Rudi
30
RAC 30: Bidadari yang Dibenci
31
RAC 31: Undangan Suharja
32
RAC 32: Bincang Serius Dua Lelaki
33
RAC 33: Rahasia Wanita
34
RAC 34: Janda Mungil Cantik
35
RAC 35: Tamu Ganteng Kaya dari Jakarta
36
RAC 36: Pelamar Berbahaya
37
RAC 37: Telepon yang Tak Terangkat
38
RAC 38: Vina Disidang
39
RAC 39: Pembicaraan 8 Mata
40
RAC 40: Dewi Ular Ungu
41
RAC 41: Vina Raib
42
RAC 42: Daeng Ambo Upe
43
RAC 43: Ancaman untuk Rudi
44
RAC 44: Tembakan Sandro
45
RAC 45: Ultah Flexy
46
RAC 46: Bahagia Berujung Petaka
47
RAC 47: Kemesraan di Kamar Pasien
48
RAC 48: Melamar Bulan
49
RAC 49: Dua Hati yang Terluka
50
RAC 50: Dendi Gunadi
51
RAC 51: Petunjuk untuk Suharja
52
RAC 52: Barada Datang
53
RAC 53: Badak Cula Emas
54
RAC 54: Keributan di Depan Hotel
55
RAC 55: Operasi Tanam Mata Telinga
56
RAC 56: Muslimah Jepang
57
RAC 57: Hadiah untuk Mantan Istri
58
RAC 58: Maaf, Janji dan Rayu
59
RAC 59: Pilihan Sandro
60
RAC 60: Mappanre Temme
61
RAC 61: Lomba Raja Tendang
62
RAC 62: Final
63
RAC 63: Taktik Sang Juara
64
RAC 64: Petunjuk Lengkap
65
RAC 65: Membuat Vina Hilang
66
RAC 66: Mappasikarawa
67
RAC 67: Malam Pertama
68
RAC 68: Operasi Penyergapan Pulau
69
RAC 69: Dua Tahun Kemudian (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!