RAC 5: Kepergok

Pagi itu, Aziz berjalan dengan tangan menenteng laptop seperti membawa map berisi teks Pancasila saat menjadi petugas upacara.

Laptopnya sedikit bermasalah. Masalah itu harus diatasi demi kelancarannya mengerjakan orderan yang ia dapat tadi malam. Solusi pertama yang terlintas di benaknya adalah Dendi yang mengerti urusan komputer dan laptop. Jika Dendi ternyata tidak bisa, terpaksa dia harus pergi ke tempat service di dekat kantor kecamatan.

Maka, pagi itu dia bergegas pergi ke kontrakan Dendi sebelum karyawan PT Udang Garuda itu berangkat kerja.

Setibanya di depan kontrakan, suasana luar kontrakan tampak sepi. Hanya ada aktivitas seorang anak berseragam sekolah SD sedang pakai sepatu di kontrakan ujung, tiga pintu dari kontrakan Dendi.

Anak perempuan itu segera menutup pintu rumahnya dan pergi ke sekolah secara mandiri. Kedua orangtuanya sedang berada di pelelangan, jadi dia harus mempersiapkan dirinya sendiri untuk pergi sekolah.

Aziz berhenti sejenak di depan pintu kontrakan Dendi yang pintunya tertutup. Namun, Aziz melihat ada sepasang sandal perempuan, bisa dikenali dari modelnya. Yang terbersit di dalam benak Aziz saat itu adalah mungkin Dendi sedang kedatangan saudaranya yang menginap.

Aziz maju ke pintu dan langsung mengetuk.

Tok tok tok!

“Assalamu ‘alaikum!” salam Aziz datar tapi jelas.

“Aaah!” desah satu suara wanita dari dalam kontrakan.

Melebar lingkar mata Aziz mendengar suara ******* yang sangat khas jenisnya.

“Dendi kan masih bujang, kenapa ada ******* perempuan seperti sedang main?” pikir Aziz dengan cepat. Ia pun langsung menyimpulkan, “Dendi bikin mesum!”

Bdak!

Tangan kiri Aziz cepat mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci. Dorongan yang membuka pintu hanya separuh langsung membuat cahaya matahari menyeruak masuk menerangi satu kondisi yang mengejutkan Aziz.

“Astaghfirullah! Vina?!” pekik Aziz terkejut saat melihat Vina yang dalam kondisi bugil, tapi badan bawahnya tertutupi kain bajunya yang sudah copot.

Kain itu terkesan diletakkan hanya untuk menutupi anggota intim Vina. Sementara badan atasnya polos tanpa bra lagi.

Aziz pun melihat Vina bergerak halus dengan mata terpejam dan mendesah lembut dengan bibir terbuka sedikit, seolah dia sedang menikmati percintaan.

Selain itu, Aziz juga memergoki Dendi yang dalam kondisi kelabakan buru-buru mengenakan celana luarnya. Ia pun melihat wajah panik berkeringat Dendi yang tidak berbaju.

Namun, ketika Aziz berucap kaget, Vina yang sedang melayang-layang dalam sensasi yang membuai, jadi terkejut pula dan langsung membuka mata. Dia masih sempat bertemu pandang dengan Aziz. Kondisinya yang berada di bawah pengaruh obat perangsang berdosis tinggi, membuatnya telat menyadari kedatangan tamu.

Aziz cepat berbalik dan berlari kencang.

“Aziz!” teriak Dendi mencoba menahan Aziz, tetapi kondisinya yang belum bercelana dengan sempurna menghalanginya untuk mengejar. Dan ketika dia sudah bercelana dengan sempurna, Aziz sudah jauh.

Buru-buru Dendi mengenakan bajunya.

Sementara Vina terdiam dengan wajah ketakutan melihat kondisinya yang sudah tanpa pakaian dan celana, hanya baju yang menutupi pahanya. Ia memeluk badannya sendiri untuk menutupi dadanya yang terbuka bebas.

Keterkejutan seolah-olah bisa mengusir pengaruh obat perangsang dalam dirinya. Ia pun mencoba memahami dengan cepat apa yang sebenarnya terjadi.

“Bang Dendi!” teriak Vina akhirnya dengan mata yang mulai menangis dan wajah berekspresi marah.

“Maaf, Vin!” ucap Dendi sambil menyambar hp dan sandalnya di balik pintu. Dia lalu lari terbirit-birit ke dalam dan keluar lewat pintu belakang.

“Bang Dendiii! Hiks hiks hiks!” teriak Vina histeris tanpa bisa bergerak berusaha untuk mencegah kaburnya Dendi.

Sementara itu, Aziz yang berlari kencang berhenti di depan sebuah rumah yang di sana ada seorang ibu-ibu berjilbab dan bersarung sedang menjemur pakaian.

“Mak Rawe, cepat tolong Vina di kontrakan Dendi! Saya mau lapor ke rumahnya dulu!” kata Aziz bernada panik dengan napas yang langsung terengah-engah, padahal dia baru berlari kurang dari dua puluh meter. Maklum orang gemuk.

Wanita paruh baya yang bernama Marawe itu terkejut dengan tindakan Aziz. Otaknya loading agak lama untuk mencerna perkataan Aziz.

“Iya, iya,” jawab Marawe tanpa bertanya lagi, meski dia belum mengerti sepenuhnya maksud Aziz.

“Tolong, Mak!” kata Aziz lagi lalu kembali berlari.

Marawe pun menunda pekerjaan menjemur pakaiannya. Ia ingin mengajak orang lain ke kontrakan Haji Suharja Gendara, tetapi tidak dilihatnya ada orang sekitar. Karena dalam kalimat Aziz ada kata “tolong Vina”, wanita bersarung itu berlari kecil menuju ke kontrakan.

“Hiks hiks hiks!”

Setibanya di depan kontrakan, Marawe mendengar suara wanita sedang menangis keras. Tanpa berhenti, Marawe langsung ke pintu kontrakan Dendi yang terbuka separuh. Dia berhenti di sana.

“Astaghfirullah Vina!” ucap Marawe terkejut dan syok melihat Vina yang duduk menangis dengan kondisi masih seperti tadi.

Sementara tidak jauh dari posisi Vina ada tergeletak bra dan celana pendeknya lengkap dengan celana dalaman, juga ada satu celana kolor lelaki. Sepertinya Dendi tadi langsung memakai celana panjangnya tanpa kolor lagi.

Rasa sedih yang begitu dalam membuatnya meratapi nasibnya tanpa buru-buru membenarkan pakaiannya. Bahkan Marawe seketika terserang perasaan lemas melihat kondisi gadis cantik itu.

“Ya Allah, Vina. Kenapa kamu, Nak?” tanya Marawe begitu sedih, karena dia masih bibinya Vina.

“Dendi, Bi,” jawab Vina sembari menangis.

“Di mana anak itu?” tanya Marawe cepat.

“Kabur lewat belakang. Hiks hiks hiks!” jawab Vina lalu tangisnya kian meledak.

“Pakai bajumu, Nak!” suruh Marawe lalu segera pergi ke dalam kontrakan.

Di dalam, Marawe mendapati pintu belakang terbuka dan tidak ada orang di tanah belakang. Hanya satu orang warga yang posisinya cukup jauh sedang beraktivitas di rumahnya. Marawe memutuskan kembali ke ruang depan.

Vina sedang mengenakan bra dan sudah mengenakan celananya, luar dan dalam. Masih dalam kondisi menangis deras. Marawi segera memungut kaos lengan pendek Vina dan membantu mengenakannya.

Setelah Vina berpakaian lengkap, Marawe segera memeluk keponakannya tersebut. Dalam pelukan bibinya itu, Vina semakin menangis meratapi nasibnya.

Mungkin, jika dia melakukannya bersama Rudi, perasaannya tidak akan sedih, karena Rudi adalah kekasihnya, yang jika terjadi “kecelakaan” asmara, mereka berdua siap bertanggung jawab ke pelaminan. Namun ini, Dendi bisa disebut lelaki asing, yang justru kemudian melarikan diri seperti pengecut kelas tongkol.

“Kamu diapakan sama Dendi, Nak?” tanya Marawe sambil ikut menangis. Ia sangat sedih mendapati nasib keponakannya. Setahunya, Vina adalah pacarnya Rudi. Namun ini, Vina justru digarap oleh lelaki lain.

Vina tidak menjawab. Dia terus menangis dalam pelukan Marawe. Kedua wanita beda usia itu saling bertangisan.

“Kalau kamu sampai ditelanjangi seperti ini dan Dendi sudah melepas kolornya, berarti kamu sudah dimasuki. Iya?” tanya Marawe yang berisi kesimpulan.

“Saya … saya belum dimasuki, Bi. Saya belum dimasuki. Saya diperkosa, Bi. Huuu …!” jawab Vina menyangkal.

Mendengar itu, sebenarnya Marawe tidak percaya, karena kenyataannya Dendi dan Vina sudah lepas kolor. Namun, dia tidak mau mendesak keponakannya yang sedang sangat susah hati itu.

“Ayo pulang, Nak,” ajak Marawe. (RH)

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

sdh jembol blm sih gawangnya... hadeh Dendi cari masalah dia sendiri

2023-11-09

1

𝐋α 𝐒єησяιтα🇵🇸🇮🇩

𝐋α 𝐒єησяιтα🇵🇸🇮🇩

iya iya kalimat itu mengingatkan abdi pada Opie kumis di tukang ojek Pengkolan😂

2023-05-29

2

🔵🍭ͪ ͩAGENCY²ᵗʰ🍀🐝₆₉

🔵🍭ͪ ͩAGENCY²ᵗʰ🍀🐝₆₉

diperkosa dlm keadaan tdk sadar, lah gimana rasa nya vin klo tdk skt artinya segel blm kebuka 🤣🤣🤣

2023-01-23

2

lihat semua
Episodes
1 RAC 1: Vina Pulang
2 RAC 2: Pertengkaran di Taman Ikan
3 RAC 3: Petunjuk Sahabat
4 RAC 4: Jebakan Dendi
5 RAC 5: Kepergok
6 RAC 6: Tangis Ibu Anak
7 RAC 7: Murka Haji Suharja
8 RAC 8: Memburu Dendi
9 RAC 9: Sudah Dimasuki atau Belum?
10 RAC 10: Kado yang Batal
11 RAC 11: Pelukan Dua Sahabat
12 RAC 12: Pendekar Mabuk Dari Pesisir
13 RAC 13: Ayah Penyabar
14 RAC 14: Sujud yang Lama
15 RAC 15: Rudi Viral
16 RAC 16: Syukuran
17 RAC 17: Rindu Berat
18 RAC 18: Insiden Waktu Subuh
19 RAC 19: Kabar Duka Mengejutkan
20 RAC 20: Puaaang
21 RAC 21: Melihat Wajah Puang
22 RAC 22: Pengawalan Khusus
23 RAC 23: Kehidupan Baru
24 RAC 24: Bakti Terakhir untuk Puang
25 RAC 25: Vina Dilamar
26 RAC 26:Anggukan Sang Bapak
27 RAC 27: Rudi Kabur
28 RAC 28: Kenangan Mesum
29 RAC 29: Menunggu Rudi
30 RAC 30: Bidadari yang Dibenci
31 RAC 31: Undangan Suharja
32 RAC 32: Bincang Serius Dua Lelaki
33 RAC 33: Rahasia Wanita
34 RAC 34: Janda Mungil Cantik
35 RAC 35: Tamu Ganteng Kaya dari Jakarta
36 RAC 36: Pelamar Berbahaya
37 RAC 37: Telepon yang Tak Terangkat
38 RAC 38: Vina Disidang
39 RAC 39: Pembicaraan 8 Mata
40 RAC 40: Dewi Ular Ungu
41 RAC 41: Vina Raib
42 RAC 42: Daeng Ambo Upe
43 RAC 43: Ancaman untuk Rudi
44 RAC 44: Tembakan Sandro
45 RAC 45: Ultah Flexy
46 RAC 46: Bahagia Berujung Petaka
47 RAC 47: Kemesraan di Kamar Pasien
48 RAC 48: Melamar Bulan
49 RAC 49: Dua Hati yang Terluka
50 RAC 50: Dendi Gunadi
51 RAC 51: Petunjuk untuk Suharja
52 RAC 52: Barada Datang
53 RAC 53: Badak Cula Emas
54 RAC 54: Keributan di Depan Hotel
55 RAC 55: Operasi Tanam Mata Telinga
56 RAC 56: Muslimah Jepang
57 RAC 57: Hadiah untuk Mantan Istri
58 RAC 58: Maaf, Janji dan Rayu
59 RAC 59: Pilihan Sandro
60 RAC 60: Mappanre Temme
61 RAC 61: Lomba Raja Tendang
62 RAC 62: Final
63 RAC 63: Taktik Sang Juara
64 RAC 64: Petunjuk Lengkap
65 RAC 65: Membuat Vina Hilang
66 RAC 66: Mappasikarawa
67 RAC 67: Malam Pertama
68 RAC 68: Operasi Penyergapan Pulau
69 RAC 69: Dua Tahun Kemudian (TAMAT)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
RAC 1: Vina Pulang
2
RAC 2: Pertengkaran di Taman Ikan
3
RAC 3: Petunjuk Sahabat
4
RAC 4: Jebakan Dendi
5
RAC 5: Kepergok
6
RAC 6: Tangis Ibu Anak
7
RAC 7: Murka Haji Suharja
8
RAC 8: Memburu Dendi
9
RAC 9: Sudah Dimasuki atau Belum?
10
RAC 10: Kado yang Batal
11
RAC 11: Pelukan Dua Sahabat
12
RAC 12: Pendekar Mabuk Dari Pesisir
13
RAC 13: Ayah Penyabar
14
RAC 14: Sujud yang Lama
15
RAC 15: Rudi Viral
16
RAC 16: Syukuran
17
RAC 17: Rindu Berat
18
RAC 18: Insiden Waktu Subuh
19
RAC 19: Kabar Duka Mengejutkan
20
RAC 20: Puaaang
21
RAC 21: Melihat Wajah Puang
22
RAC 22: Pengawalan Khusus
23
RAC 23: Kehidupan Baru
24
RAC 24: Bakti Terakhir untuk Puang
25
RAC 25: Vina Dilamar
26
RAC 26:Anggukan Sang Bapak
27
RAC 27: Rudi Kabur
28
RAC 28: Kenangan Mesum
29
RAC 29: Menunggu Rudi
30
RAC 30: Bidadari yang Dibenci
31
RAC 31: Undangan Suharja
32
RAC 32: Bincang Serius Dua Lelaki
33
RAC 33: Rahasia Wanita
34
RAC 34: Janda Mungil Cantik
35
RAC 35: Tamu Ganteng Kaya dari Jakarta
36
RAC 36: Pelamar Berbahaya
37
RAC 37: Telepon yang Tak Terangkat
38
RAC 38: Vina Disidang
39
RAC 39: Pembicaraan 8 Mata
40
RAC 40: Dewi Ular Ungu
41
RAC 41: Vina Raib
42
RAC 42: Daeng Ambo Upe
43
RAC 43: Ancaman untuk Rudi
44
RAC 44: Tembakan Sandro
45
RAC 45: Ultah Flexy
46
RAC 46: Bahagia Berujung Petaka
47
RAC 47: Kemesraan di Kamar Pasien
48
RAC 48: Melamar Bulan
49
RAC 49: Dua Hati yang Terluka
50
RAC 50: Dendi Gunadi
51
RAC 51: Petunjuk untuk Suharja
52
RAC 52: Barada Datang
53
RAC 53: Badak Cula Emas
54
RAC 54: Keributan di Depan Hotel
55
RAC 55: Operasi Tanam Mata Telinga
56
RAC 56: Muslimah Jepang
57
RAC 57: Hadiah untuk Mantan Istri
58
RAC 58: Maaf, Janji dan Rayu
59
RAC 59: Pilihan Sandro
60
RAC 60: Mappanre Temme
61
RAC 61: Lomba Raja Tendang
62
RAC 62: Final
63
RAC 63: Taktik Sang Juara
64
RAC 64: Petunjuk Lengkap
65
RAC 65: Membuat Vina Hilang
66
RAC 66: Mappasikarawa
67
RAC 67: Malam Pertama
68
RAC 68: Operasi Penyergapan Pulau
69
RAC 69: Dua Tahun Kemudian (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!