Jam 3 sore, Azzam dan kedua orang tuanya kembali ke rumah. Rencananya besok pagi atau siang mereka akan kembali ke rumah yang dibeli Azzam.
Begitu Azzam sampai dikediaman kedua orang tuanya, mereka telah disambut tatapan marah dari Zania.
"Kenapa Papa lama sekali pulangnya?" omelnya.
"Maafkan, Papa. Tadi, kami sibuk memasukkan barang-barang ke rumah kita," jelas Azzam.
"Aku tidak mau tinggal di sana, Papa!" Zania menunjukkan wajah cemberut.
"Kamu pasti akan terbiasa tinggal di sana, Nia," jelas Azzam lagi.
Zania kembali berkata, "Aku tetap tidak mau, Pa!"
Azzam menarik nafasnya lalu ia hempaskan. "Hari ini Papa sangat lelah," ia melewati putrinya yang masih diam berdiri.
Lita mendekati cucunya, "Papa kamu sangat capek, main bersama Oma saja 'ya!" ajaknya.
"Aku tidak mau main, Oma." Zania berlari ke dalam.
Lita menghela nafas, ia dan suaminya saling pandang.
"Butuh waktu untuk menjelaskan kepadanya," ujar Harja.
****
Sudah sebulan ini, Azzam jarang ke kantornya karena kesibukannya mencari rumah.
Tepat jam 10 pagi, Azzam beserta anak-anaknya pindah ke rumah yang ia beli. Tentunya ada kedua orang tuanya serta beberapa saudara yang turut mengantarnya.
Sesampainya di rumah tersebut, mereka berkeliling melihat-lihat. Lelah menjelajahi tempat baru Azzam, keluarga serta saudara dari kedua orang tuanya menikmati makan siang bersama dengan bekal yang di bawa dari rumah masing-masing.
Mereka membawa makanan dari rumah masing-masing karena Azzam baru saja pindah dan belum sempat berbelanja kebutuhan dapur.
Selesai makan siang beberapa saudara berpamitan pulang tersisa kedua orang tuanya Azzam, adik perempuan Harja berusia 45 tahun serta keponakan Lita dari kakak kandungnya berusia 25 tahun dan 2 orang asisten rumah tangga yang memang sengaja dibawa.
Selepas beberapa saudara pulang, Lita, iparnya serta keponakannya pergi berbelanja ke pasar terdekat yang memang buka sampai sore hari.
Mereka berbelanja beberapa kebutuhan untuk makan malam serta membeli sembako buat acara syukuran memasuki rumah baru.
Kini tinggal Azzam, kedua putrinya, papanya serta 2 orang ART yang membereskan piring kotor dan membersihkan rumah.
"Aku mau ke rumah Pak Adam. Papa mau ikut?"
"Boleh juga," jawabnya.
"Ya sudah, ayo kita ke sana!" Azzam lalu menggendong putrinya.
Harja berjalan sambil menggandeng tangan cucunya.
"Assalamualaikum," ucap Azzam.
"Waalaikumussalam," Adam muncul dari arah ruang tamu. " Azzam, Pak Harja, silahkan masuk!" lanjutnya.
Azzam, kedua putrinya dan Harja pun masuk.
"Ada perlu apa, ya?" tanya Pak Adam.
"Saya kemari ingin meminta Pak Adam untuk mengundang beberapa warga datang ke acara syukuran rumah baru saya besok siang," jelas Azzam.
"Besok siang, ya?"
"Ya, Pak. Makan siang bersama, perkenalan saya sebagai warga baru," jelas Azzam lagi.
Yuni datang membawa 3 cangkir teh hangat lalu ia suguhkan kepada tamunya tampak juga Annisa berada di belakangnya dan duduk bergabung dengan Azzam.
"Nisa, bawa Nia dan Zadya main!" perintah Yuni kepada putrinya.
"Iya, Bu. Ayo Nia, Dya," gadis itu menerima Zadya dari Azzam.
Zania terpaksa mengikuti Annisa dan Zadya.
Mereka kini berada di halaman belakang rumah Adam.
"Kenapa membawa kita ke sini, Bi?" tanya Zania.
"Duduklah!" Annisa mendaratkan bokongnya di kursi yang memang tersedia di pinggir kolam ikan milik ayahnya.
Zania duduk di sebelah Annisa.
"Bibi ingin mengobrol denganmu," ujarnya.
"Mengobrol apa?" tanya Zania.
"Banyak sekali!" jawabnya.
"Aku tidak suka berbicara dengan orang asing terlalu lama," ketus Zania.
"Astaga, ini bocah kenapa mulutnya lancar banget bicaranya seperti usia delapan belas tahun," Annisa membatin.
"Apa yang ingin Bibi bicarakan?"
"Boleh Bibi tanya sesuatu?"
"Tanya apa?"
"Kenapa kamu sangat cantik?"
Zania tersenyum begitu manis ketika Annisa melontarkan pertanyaan yang memujinya.
"Ih, dia malu!" Annisa menggoda.
Zania memegang pipinya yang memerah lalu menundukkan kepalanya karena menahan malu.
"Kamu sangat cantik, pasti mamamu sangat cantik!"
"Mama memang sangat cantik, dia selalu berdandan dan memakai pakaian yang begitu bagus bukan seperti Bibi," ceplosnya.
"Ini bocah memang ingin di jitak, aku harus sabar!" Annisa bermonolog.
"Tapi, Mama sekarang jahat. Dia tak mau menemui aku dan Zadya lagi," Zania menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa Mama Nia tak mau bertemu kamu?"
"Itu karena......"
"Nia, Dya, ayo pulang!" Azzam sedikit berteriak.
"Papa kamu sudah memanggil, nanti lagi kita mengobrolnya," ujar Annisa.
"Iya, Bibi." Zania lalu berlari menghampiri papanya.
Annisa berjalan ke arah Azzam dan menyerahkan Zadya.
"Besok lusa jam delapan pagi, saya akan memberikan daftar tugas yang akan kamu lakukan. Saya tidak ingin kamu terlambat meskipun rumah kita berdekatan," ucap Azzam.
"Baik, Pak."
Azzam tersenyum singkat lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke arah ruang tamu.
****
Keesokan harinya, selesai sarapan Yuni berpamitan kepada putrinya dan putranya. "Ibu mau ke rumah Azzam."
"Mau apa ke sana, Bu?" tanya Geo.
"Ibu mau membantu keluarganya masak-masak buat acara nanti siang," jawab Yuni.
"Wah, makan enak dan gratis nih," celetuk Geo.
Sebuah tangan mendarat di kepalanya Geo tak terlalu kuat, "Tak tahu malu, mau makan gratis saja!" Annisa menggerutu.
Geo hanya tersenyum nyengir, "Aku belum bekerja, Kak. Kalau mendengar ada makanan gratis, agak semangat begitu!"
"Sekolah yang benar, baru kerja!" ucap Yuni. "Kalian, jangan bertengkar selama ayah dan ibu pergi!" lanjutnya.
"Memangnya ayah ke mana, Bu?" tanya Annisa.
"Lagi mengundang warga buat acara Azzam," jawab Yuni.
"Oh."
"Ibu berangkat, ya." Pamit Yuni.
"Iya, Bu." Ucap kedua anaknya.
"Kakak tidak ke sana?"
"Tidak."
"Bukankah Kakak pengasuh anak-anaknya tetangga baru kita?"
"Aku belum bekerja," jawabnya.
"Kapan mulai bekerja?"
"Lusa."
"Wah, akhirnya Kak Nisa dapat pekerjaan. Jangan lupa traktir aku makan, ya!" celetuk Geo.
"Makan aja pikiranmu, lihat badanmu makin melebar mana ada cewek yang mau dengan cowok sepertimu!" ledek Annisa.
"Pasti ada, Kak. Walaupun gendut tapi wajahku seperti aktor," Geo berkata dengan bangga.
Annisa tergelak.
"Kita lihat saja nanti, pasti banyak cewek yang mengejarku apalagi kalau uangku banyak!" Geo berkata membanggakan diri.
"Jangan kebanyakan tidur, cepatlah bangun. Nanti kamu kesiangan!" Annisa berkata sembari menahan tawa.
"Mimpi itu berawal dari tidur, Kak!"
"Iya, aku tahu. Cepat selesaikan sarapanmu, ku mau mencuci piring. Jangan lupa bersihkan kolam ikan dan kasih makan ayam," ujar Annisa.
"Iya, Kak. Nanti aku minta uang, ya."
"Uang dari mana aku?"
"Uang Kakak yang dikasih ayah."
"Uangku tinggal sepuluh ribu," ucap Annisa.
"Minta dua ribu aja, ya."
"Iya, nanti ku kasih. Jangan lupa kerjakan apa yang disuruh!"
"Siap, Kakakku!"
Annisa pun pergi ke dapur bersiap mencuci piring bekas makan sarapan pagi keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nurwana
dua ribu tuk beli kiko.
2023-10-01
1
lumikha
prihatin sekali,,,,uang 2 ribu buat beli permen y bang .....
2023-02-26
1