...~Happy Reading~...
Bel istirahat kedua sudah berbunyi, Amber dan Adiva mengikuti Oliver ke kantin bersama. Karena mereka bertiga sudah berencana untuk makan siang di kantin saat jam istirahat kedua tiba, saat tiba di kantin suasana di sana sangat lah ramai.
"Bagaimana ini? Meja sudah penuh semua?" tanya Amber sembari menatap siswa-siswi yang sudah duduk di meja mereka dengan tatapan malas.
Kedua mata Oliver sibuk mencari meja yang kosong, berharap masih ada satu meja yang kosong untuk mereka tepati. Tapi sayangnya tidak ada satu pun meja yang tersisa kosong, sehingga Oliver menggelengkan kepalanya pelan.
"Sepertinya kita harus bergabung dengan teman yang lain?" sahut Adiva menatap meja yang sudah di duduki oleh Dylan dan teman-temannya.
Huff...
Terdengar helaan napas berasal dari mulut Amber, Amber masih ingat kejadian kemarin sore di mana dia secara tidak sengaja menendang batu kerikil lalu mendarat sempurna di atas kepala laki-laki bernama Dylan itu.
"Ada apa?" tanya Adiva yang kebetulan tidak sengaja mendengar helaan napas Amber.
Amber menjawab dengan gelengan kepala, dia tidak ingin teman-temannya tau kalau dia sempat mempermalukan dirinya di depan laki-laki. Apa lagi teman sekelas mereka sendiri, lalu mau di letakan di mana wajah cantik Amber?
"Baiklah!"
Ketiganya melangkah kaki mereka menuju meja milik Dylan dan teman-teman, setelah sampai mereka bertiga menjadi pusat perhatian semua anak laki-laki tersebut.
"Permisi! Kami bertiga boleh gabung gak?" tanya Oliver dengan sopan.
"Boleh! Apa lagi ada neng Diva!" jawab salah satu teman dekatnya Dylan panggil saja Abian.
Sementara Dylan tak mengalihkan tatapannya dari Amber, membuat Amber berkali-kali memalingkan wajahnya ke sembarangan tempat untuk menghindari kontak mata dengan laki-laki tersebut.
"Terima kasih!"
Kedua gadis itu langsung duduk dan menyisakan Amber yang hanya berdiri, membuat dirinya lagi-lagi menjadi pusat perhatian mereka.
"Kamu gak mau duduk?" tanya Oliver mengerutkan keningnya.
"Kayaknya kita harus memesan makanan sebelum Adzan Dzuhur!" jawab Amber langsung melangkahkan kakinya pergi dari meja mereka.
Tanpa banyak bicara Oliver langsung beranjak dari tempat duduk dan berlari untuk menyusul Amber, sepertinya laki-laki itu akan menolong Amber dengan sepenuh hati.
"Kayaknya Dylan suka sama Amber, deh! Lihat aja Dylan langsung membantu Amber," ujar Abian mendapatkan anggukan setuju dari teman-temannya yang lain.
Oliver berusaha sekuat mungkin untuk tidak mendengarkan ucapan teman sekelasnya itu, karena jujur saja dia seperti tidak suka kalau mereka membahas kedekatan Amber dan Dylan.
"Diva? Kalau boleh tau... Kok kalian berdua bisa masuk ke sekolah yang sama? Bahkan asal sekolah kalian juga," ujar Gilang.
Semua teman-temannya juga penasaran, bagaimana bisa mereka berdua bisa masuk ke sekolah yang sama bahkan asal sekolah lama mereka saja juga sama.
"Itu rahasia."
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Adiva langsung menarik tangan Amber karena sudah Adzan Dzuhur, makanya itu mereka harus cepat-cepat ke Masjid sekolah sebelum mereka berdua terlambat.
"Kita berdua harus bersebelahan, ya?" ujar Adiva hanya mendapatkan anggukan dari Amber.
Setelah itu mereka langsung menuju tempat wudhu yang sudah di siapkan oleh pihak sekolah, setelah selesai berwudhu mereka pun langsung masuk ke dalam.
Sementara di dalam kelas, hanya tersisa siswa-siswi beragama Kristen dan sebagian siswi yang sedang halangan.
"Taksa mana? Dari tadi aku gak lihat dia," tanya Dylan mengerutkan keningnya bingung.
"Mungkin bolos? Apa lagi tadi pelajaran Bu Krisna," jawab Gilang.
Jawaban Gilang itu mendapatkan anggukan setuju dari Oliver, sementara Dylan masih menatap pintu kelas dengan tatapan berharap.
"Kalau Amber, Adiva, Bian sama Rehan?" tanya Dylan lagi.
"Mereka berempat, 'kan Islam jadi mereka harus salat!" jawab Gilang membuat Dylan langsung tertohok.
Sialan! Kenapa dia harus mengingatkan ku kalau kami berdua beda agama? batin Dylan melirik Gilang tajam.
Seketika Dylan langsung badmood dengan jawaban dari Gilang, karena tak peduli dengan Dylan laki-laki bernama Gilang itu langsung mengajak Oliver untuk bercerita seperti biasanya.
Berapa lama kemudian akhirnya, seseorang yang di tunggu-tunggu oleh Dylan pun datang bersamaan dengan ketiga temannya. Dylan langsung beranjak dari atas meja, lalu melangkahkan kakinya untuk dekat ke arah Amber dan teman-teman.
"Kalian habis salat?" tanya Dylan menahan dadanya yang terasa sakit itu.
"Iya." bukan Amber yang menjawab melainkan Adiva.
"Amber? Kamu sudah selesai tugas Fisika?" tanya Gilang selesai berbicara dengan Oliver.
Abian langsung memukul kepala Gilang pelan, aneh-aneh saja bukan, 'kah Amber dan Adiva baru saja masuk kemarin? Lalu bagaimana caranya dia bisa mengerjakan tugas Fisika yang di berikan oleh guru mereka minggu lalu?
"Mereka berdua baru masuk kemarin! Jadi mereka berdua belum tau tugasnya," tegur Abian menepuk keningnya sendiri.
Pusing Abian dengan otak kecilnya Gilang, bagaimana bisa dia lupa kalau kedua gadis itu baru masuk kemarin?
"Tenang aja kok. Aku sudah ngerjain tugas Fisika kemarin," jawab Amber sambil tersenyum manis ke arah mereka.
Seisi kelas langsung hening mendengar jawaban Amber, termasuk Adiva yang sedang mengeluarkan alat tulisnya.
"Bagaimana bisa?" tanya Adiva terkejut.
"Bisa lah! Kemarin, 'kan Amber minta soal Fisika sama aku," jawab Rehan.
Dylan langsung menatap keduanya dengan tatapan malas, dia benar-benar tidak suka kalau Amber meminta semua soal pada pemuda tersebut. Kenapa tidak sama dia saja? Dia, 'kan ikhlas memberikan soal dan jawaban untuk Amber.
Harus banget bilang kalau mereka berdua saling dekat di depan ku? batin Dylan.
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Brak...
Amber baru saja sampai ke rumah, dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.
"Lelahnya!"
Amber memejamkan matanya sebentar lalu berapa menit kemudian, dia tiba-tiba langsung tertidur dengan pulas tanpa menggantikan pakaiannya terlebih dahulu.
Sementara di rumah Adiva, semua anggota Keluarga sudah berkumpul di meja makan dengan tenang. Mereka makan bersama, di mana kedua orang tua Adiva akan kembali bekerja sehingga mereka harus tidak pulang berapa hari ke depan.
"Bu...? Setelah selesai pekerjaan kalian berdua nanti. Jangan lupa belikan es krim untuk Diva, ya?" tanya Adiva menatap kedua orang tuanya memelas.
"Iya, Sayang. Tenang aja kami bakalan beli es krim buat kamu kok," jawab sang Ayah sembari mengusap rambut milik Adiva.
Adiva hanya tersenyum menanggapi mereka berdua, karena dia benar bahagia dengan orang tuanya. Apa lagi mereka berdua tidak pernah melupakan dirinya, selalu menjadikan dirinya prioritas utama mereka berdua.
"Sayang? Kapan kalian Ulangan Tengah Semester?" tanya sang Ibu.
"Kalau gak salah bulan depan bakalan melaksanakan Ulangan Tengah Semester," jawab Adiva meletakan jarinya ke dagu seolah-olah sedang berpikir.
"Nah! Jadi mulai sekarang kamu harus mempersiapkan diri agar mendapatkan nilai yang sempurna," ujar keduanya kompak.
"Baiklah!"
Setelah selesai makan bersama, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat ke kantor bersama-sama.
"Kamu hati-hati di rumah, ya? Ibu dan Ayah janji setelah dua hari nanti kami berdua bakalan beli es krim untuk Adiva," ujar sang Ayah mendapatkan anggukan setuju dengan sang Istri.
"Siap!"
Malam hari...
Adiva baru saja menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Rehan berapa jam yang lalu, karena tadi siang dia iri dengan Amber yang mendapatkan tugas Fisika dari pemuda tersebut. Adiva mengangkat kedua tangannya ke udara guna untuk meregangkan otot-otot tangannya, hampir dua jam dia harus menyelesaikan tugas yang sudah di berikan oleh sang guru.
Karena dia dan Amber adalah siswa baru yang masuk sekolah, jadi karena keduanya membutuhkan nilai untuk naik kelas makanya mereka di berikan tugas yang lama.
"Lumayan banyak juga, ya? Tugas-tugasnya," keluh Adiva lalu beranjak dari bangku.
Adiva langsung melangkahkan kakinya menuju pintu kamar, niat tujuannya adalah ke dapur untuk mencari sesuatu yang dapat di makan. Saat menuruni anak tangga, dia mendadak menghentikan langkahnya dia baru ingat lupa mengunci pintu utama rumahnya.
"Astaga! Bagaimana kalau ada seseorang yang masuk ke dalam?" tanya Adiva buru-buru berlari turun.
Adiva sempat tersandung karpet yang ada di lantai, tapi Adiva nampak tidak peduli karena dia harus cepat-cepat mengunci pintu rumahnya agar sebelum terlambat.
Cklek... Cklek...
Adiva langsung mengunci pintunya dengan tergesa-gesa, setelah itu dia meletakan kunci tersebut ke dalam vas bunga.
"Syukur lah! Semoga saja tidak ada seseorang yang masuk," gumam Adiva melangkahkan kakinya menuju dapur.
Adiva membuka pintu kulkas perlahan, lalu menatap isinya dengan tatapan sendu.
"Astaga! Aku lupa belanja bulanan dengan Ibu," ujar Adiva langsung meraih beberapa bahan makanan di dalam kulkas.
Detik kemudian dia menutup kembali kulkasnya, dan meletakan bahan makanan tadi ke atas meja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments