...~Happy Reading~...
Adiva dengan sengaja menarik kedua tangan temannya untuk cepat-cepat masuk ke kelas, tapi sayang dia harus menabrak tubuh seseorang. Tubuh laki-laki itu sangat besar sehingga tubuhnya terasa sakit, saat tubuh keduanya secara tak sengaja bertabrakan.
"Kalau jalan itu hati-hati!"
"Maaf! Aku tidak sengaja,"
Laki-laki itu hanya terdiam menatap Adiva dari atas hingga ujung kaki, membuat Adiva seketika terdiam dan menelan ludahnya dengan bersusah payah.
"Kau anak baru itu, 'kan?" tanyanya sembari mengeluarkan seringainya.
Adiva menjawab dengan anggukan kecil, sementara Oliver dan Amber hanya diam di samping Adiva sambil menatap Adiva dan laki-laki itu secara bergantian.
"Berhenti! Kamu jangan macam-macam dengannya, Sa! Karena aku tidak ingin dia menjadi korban mu selanjutnya,"
Adiva dan Amber sama-sama mengerutkan keningnya dengan bingung dengan ucapan Oliver, maksudnya pria yang ada di depan mereka ini adalah seseorang yang berbahaya?
"Aku tidak mungkin melakukan hal itu pada gadis seperti dia," kekehnya.
Oliver tertawa kecil mendengarnya, tapi terdengar sinis dan mengejek setelah mendengar jawaban dari laki-laki tersebut.
"Aku mana mungkin percaya dengan ucapanmu karena nyatanya sudah belasan gadis sudah kau rusak karena keegoisan mu sendiri!!"
Dengan cepat Oliver menarik tangan Adiva, karena jarak nya dan Adiva sangat lah dekat sehingga menyisakan Amber dan pemuda tersebut.
"Kenapa kau hanya diam? Apa kau menyukaiku?" tanya pemuda itu di balas senyuman tipis dari Amber.
"Tidak mungkin aku menyukai orang yang sangat menjijikan seperti ini,"
Setelah mengatakan hal itu Amber langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan pemuda itu sendirian, pemuda itu mematung di tempat karena kali ini adalah kali pertama baginya mendengar seseorang mengatakan dirinya menjijikan secara langsung.
"Sialan!"
Kring... Kring... Kring...
Suara bel itu menandakan bahwa siswa-siswi di perbolehkan untuk pulang ke rumah setelah berjam-jam belajar di dalam kelas, Adiva dan Oliver tentu saja langsung melangkah keluar dari kelas karena buru-buru untuk pulang ke rumah.
"Tunggu!"
Amber menghentikan langkahnya saat ada seseorang menahan tangannya, Amber dengan malas menolehkan kepalanya ke arah laki-laki tersebut.
"Kau sudah berani mengatakan diri ku menjijikan jadi jangan heran kalau aku akan menjadikan temanmu itu sebagai korban selanjutnya,"
Kedua mata Amber langsung membulat sempurna, dia tau siapa yang di maksud oleh laki-laki tersebut. Karena dia dan Adiva saja yang belum mengetahui sifat asli laki-laki tersebut, tapi sayangnya hanya beberapa orang saja yang mengetahui kalau pemuda di depannya ini pernah menjadikan beberapa siswi sebagai korbannya.
"Sialan, jangan harap kalau aku akan membiarkan mu mendekati Adiva!"
Pemuda tersebut hanya tersenyum kecil, lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada.
"Lihat saja! Ku pastikan kalau aku akan dengan mudah mendekatinya," sahutnya.
Laki-laki bernama Taksa itu melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas menyisakan Amber yang mematung di tempat, tapi berapa menit kemudian dia mulai sadar dari lamunannya.
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Adiva sudah masuk ke dalam mobil orang tuanya, orang tua Adiva sengaja menjemput gadis itu bersama untuk memastikan anak tunggalnya baik-baik saja di sekolah barunya.
"Bagaimana dengan sekolah mu? Apa hari pertama baik-baik saja?" tanya sang Ibu.
"Biasa saja! Tidak ada yang istimewa karena sama-sama lingkungan sekolah," jawab Adiva membuat kedua orang tuanya langsung tertawa geli dengan jawaban Adiva tersebut.
"Astaga! Ternyata kamu lawak juga, ya?"
Lalu sang Ayah melajukan mobilnya untuk keluar dari pekarangan sekolah, sementara Amber baru saja keluar dari sekolah dengan wajahnya terlihat kesal karena ulah Taksa tentunya.
Seperti nya pemuda itu akan berusaha untuk dekat dengan Adiva bagaimana pun caranya, tapi anehnya bukan, 'kah dirinya dan Adiva baru saja masuk ke sekolah dan merupakan anak baru. Kenapa pemuda itu ingin Adiva menjadi korban selanjutnya lagi?
"Lihat saja! Walaupun Adiva bukan teman atau sahabat ku tapi tetap saja aku tidak terima kalau seorang siswi di jadikan korban baginya. Apa lagi sebagai pemuas nafsu para lelaki,"
Amber menendang batu kerikil yang ada di tanah dengan kuat sehingga menjadikan batu kerikil itu mendarat sempurna di kepala salah satu siswa di sekolah mereka, Amber langsung kalang kabut karena korban itu tiba-tiba saja meringis kesakitan karena batu kerikil tiba-tiba mendarat ke kepalanya.
"Dari mana batu itu?" tanyanya menengadah ke atas untuk memastikan kalau batu itu baru saja turun dari langit.
"Maafkan, aku! Sungguh aku tidak sengaja menendangnya dan membuat batu itu jatuh ke atas kepala mu," ujar Amber berlari ke arah pemuda tersebut.
Pemuda tersebut langsung menoleh ke arah Amber, di mana gadis itu menatapnya dengan tatapan bersalah.
"Tidak apa-apa!" jawabnya karena Amber sudah meminta maaf padanya.
"Baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu, ya?"
"Tunggu!"
Langkah Amber seketika terhenti karena sebuah suara yang menyuruhnya untuk berhenti, Amber membalikan tubuhnya agar berhadapan dengan pemuda tersebut.
"Perkenalkan nama ku Dylan Mahendradatta!"
Pemuda bernama Dylan itu mengulurkan tangannya ke hadapan Amber, membuat gadis itu hanya diam dan melirik uluran tangan pemuda tersebut.
"Nama ku Amber Dirgantara," jawab Amber tanpa membalas uluran tangan dari Dylan.
Dylan langsung menarik tangannya kembali lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, entah kenapa dia mendadak merasa malu karena kejadian tadi. Di mana dia mengulurkan tangannya ke depan berharap kalau gadis itu akan menerima uluran tangannya, ternyata gadis itu sama sekali tak membalasnya.
"Maaf karena tak membalas uluran tangan mu karena kita bukan mahrom,"
Dylan langsung mengerutkan keningnya bingung, dia mengira kalau gadis di depannya ini satu Agama dengannya. Ternyata gadis di depannya ini Agama Islam, sehingga Dylan hanya mampu tersenyum kecil untuk menanggapi nya.
"Oh, pantas saja!"
Amber mengangguk kecil dengan kepalanya sibuk mencari seseorang yang sedang dia cari dari tadi, dia berharap kalau orang tuanya akan menjemputnya karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah.
"Kau mau pulang, 'kan? Maaf karena menganggu waktu mu,"
Dylan mengerti kalau gadis di depannya ini sedang mencari seseorang, setelah keduanya sama-sama berpamitan Amber langsung berlari menuju mobil yang sedang menunggu di depan pagar sekolah.
"Kamu sama siapa tadi? Kayaknya kalian berdua membicarakan hal serius," ujar sang Ayah melirik anaknya sekilas.
"Aku minta maaf karena aku tak sengaja menendang baru kerikil sehingga mengenai kepalanya," jelas Amber agar sang Ayah tak salah paham.
"Bagus lah! Karena Papah tidak ingin kau akan mendapatkan masalah dengan sekolah baru mu ini," jawab sang Ayah dengan dingin.
Seperti pria yang lebih tua itu tidak menyadari kalau Amber sedang menahan napasnya karena mendengar jawaban sang Ayah yang terlampau dingin tersebut. Dia akui kalau dia benar-benar menyesal karena pihak sekolah lamanya mengeluarkan dirinya dari sekolahan, lalu membuat dirinya selalu tidak akur dengan kedua orang tuanya.
Sangat menyakitkan! Tapi aku harus terbiasa dengan semuanya, batin Amber memejamkan kedua matanya untuk menahan cairan bening dari kedua kelopak matanya.
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Sesampainya di pekarangan rumah, Adiva langsung masuk saat sang Ayah akan memarkirkan mobilnya ke garasi mobil.
Sehingga Adiva dan sang Ibu langsung turun dan melangkahkan kaki mereka menuju pintu rumah. Sebelum masuk ke dalam rumah, wanita itu lebih dulu mengeluarkan kunci di dalam tasnya lalu memasukan kunci tersebut ke dalam lubang kuncinya.
"Bagaimana kabar teman mu itu?" tanya sang Ibu saat mereka berdua sudah masuk ke dalam.
"Maksud Ibu... Amber?" tanya Adiva memastikan kalau sang Ibu menanyakan kabar Amber tersebut.
"Iya. Ibu dengar dia juga masuk ke sekolah yang sama dengan mu," jawab sang Ibu mengangguk kecil.
"Bu... Ternyata kita salah paham dengan Amber kalau dia lah pelaku yang sudah membully adik kelas itu membuat Adiva juga ikut di keluarkan dari sekolahan," ujar Adiva mendekatkan dirinya ke sang Ibu.
"Emangnya siapa? Kalau bukan Amber?" tanya sang Ibu mengerutkan keningnya bingung.
"Dia yang merupakan teman dekatnya Amber! Ternyata juga dia sudah mengkhianati Amber sehingga dia di benci oleh kedua orang tuanya," jawab Adiva.
"Sepertinya Ibu harus mengajak Ayah mu untuk membicarakan hal ini dengan serius," ujar Ibu.
Adiva mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju anak tangga, saat tiba di lantai atas dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci kamarnya dari dalam agar orang lain tidak dapat masuk ke dalam saat dirinya tak menyadarinya.
Bruk...
Adiva menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, dan memejamkan matanya sebentar untuk menenangkan pikirannya yang hampir meledak itu.
"Sangat melelahkan!"
Setelah mengatakan hal tersebut, Adiva langsung beranjak dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
mampir kka💙👍
2023-01-03
0