...~Happy Reading~...
Adiva yang sudah duduk di bangku SMA kelas 11, sekarang dia baru saja pindah ke sekolah barunya setelah di keluarkan dari sekolahan lama karena seseorang telah memfitnah dirinya. Awalnya Adiva tentu saja tidak terima kalau dia juga ikut di keluarkan dari sekolah, karena nyatanya dia tidak melakukan hal yang mereka maksud.
Adiva sudah sering mendapatkan gosip kalau dia selalu membully adik kelasnya sendiri, tapi dia hanya menganggap ucapan mereka seperti angin lalu karena nyatanya ucapan itu hanya omong kosong. Adiva tidak mungkin membully adik kelasnya karena dia paling tidak suka kalau ikut campur dengan urusan orang lain, tapi lihat lah sekarang dia harus pindah ke sekolahan barunya.
Brak...
Adiva secara tidak sengaja menabrak tubuh seseorang yang lebih kecil darinya, gadis itu sama-sama membulatkan kedua matanya dengan sempurna saat melihat Adiva ada di hadapannya.
"Kamu lagi! Kamu lagi! Kenapa sih kamu selalu masuk ke sekolah yang sama dengan ku?!" tanyanya menatap Adiva dengan tatapan tajam.
"Kamu kali! Aku dari kemarin sudah daftar ke sekolah ini," jawab Adiva tak terima kalau Amber menyalahkannya.
"Tetap saja! Aku duluan yang daftar di sini! Jadi kamu pergi buat cari sekolahan yang baru!" usir Amber mendorong pelan punggung Adiva.
"Sembarangan aja! Aku duluan yang daftar di sini," sahut Adiva.
Sementara salah satu siswi di sana menatap keduanya dengan tatapan bingung, dia mengira kalau kedua remaja perempuan itu adalah saudara kembar yang bertengkar karena tidak mau mengalah. Karena tak ingin melihat keduanya masih bertengkar jadi dia memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Kalian berdua kenapa?" tanyanya sambil menatap keduanya secara bergantian.
"Dia nuduh aku kalau aku ngikutin dia jadi dia seenak jidatnya mengusir ku dari sini," adu Adiva sembari menunjuk ke arah Amber.
"Eh! Emang benar, 'kan kalau kau sengaja ikut-ikutan buat daftar di sini?" tanya Amber memutar bola matanya dengan malas.
"Loh? Bukannya kalian saudara kembar, ya?"
Adiva maupun Amber sama-sama membulatkan kedua mata mereka dengan sempurna, barusan saja gadis itu mengatakan kalau mereka berdua adalah saudara kembar?
Yang benar saja? Adiva mana mungkin rela mendengar orang lain mengatakan kalau dia adalah saudara kembarnya Amber, jangan kan saudara kembar bahkan teman saja Adiva tidak mungkin rela.
"Aku sama dia saudara kembar? Gak rela aku punya saudara kayak dia," sahut Amber sembari menunjuk Adiva menggunakan jari telunjuk nya.
"Apa lagi aku!" jawab Adiva dengan nada sinis.
Amber tak peduli dengan jawaban Adiva, tapi dia sibuk mencari ruangan kelasnya.
"Kalian masuk ke kelas berapa?" tanya Oliver pada keduanya.
"Kelas sebelas IPA dua," jawab keduanya kompak.
Lalu Adiva dan Amber sama-sama saling berpandangan, lalu memalingkan wajahnya mereka ke arah lain untuk menghindari kontak mata di antara mereka berdua.
"Nahkan! Kamu pasti ikut-ikutan," ujar Amber melirik Adiva sinis.
"Kamu itu yang ikut-ikutan! Dari waktu SD selalu begitu," sahut Adiva dan melangkahkan kakinya menelusuri koridor sekolah.
Tapi sebelum menjauh dari Amber dan Oliver, gadis itu sengaja menginjak kaki Amber dengan keras membuat gadis bernama Amber itu memekik kesakitan karena ulah Adiva sendiri.
"Sialan! Awas saja saat jam istirahat nanti!" teriak Amber.
Sementara Oliver menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya, mereka ternyata tidak akur satu sama lain. Tapi entah kenapa Oliver merasa kalau keduanya memiliki perasaan kasian satu sama lain, bahkan saat Adiva secara sengaja menginjak kaki Amber walaupun wajahnya seperti terpaksa melakukan hal tersebut.
Aku yakin, pasti suatu hari nanti mereka berdua akan menjadi sahabat yang baik, batin Oliver dengan senyuman kecil.
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Adiva dan Amber sama-sama masuk ke dalam ruang kelas saat keduanya di panggil untuk masuk ke dalam, keduanya sama-sama memberikan lirikan sinis satu sama lain saat keduanya tiba di depan kelas untuk memperkenalkan diri sendiri.
"Silakan! Perkenalkan diri kalian masing-masing!"
Adiva lebih dulu memperkenalkan dirinya lalu di lanjut oleh Amber yang kebetulan berada di samping dirinya berdiri.
"Kalian bisa duduk di bangku kosong paling belakang,"
Dengan malas Amber melangkah kan kakinya menuju bangku yang kosong paling belakang kelas, Amber sama sekali tidak suka harus duduk di paling belakang karena matanya yang terkadang bermasalah saat melihat papan tulis.
"Sekarang kalian buka buku pelajaran halaman dua puluh lima dan kalian kerjakan di buku tugas,"
Adiva sedikit terkejut karena hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah, tapi dia sudah mendapatkan tugas matematika.
Yang benar aja? Baru aja masuk masa sudah dapat tugas? batin Adiva terlihat tak terima jika guru itu memberikan tugas padanya.
Sementara Amber berbalik dengan keadaan Adiva, gadis itu malah senyum-senyum sendiri karena senang mendapatkan tugas di hari pertama masuk sekolah.
Amber emang suka dengan pelajaran matematika, karena baginya matematika adalah pelajaran yang cukup menyenangkan seperti menghitung dan lain-lain. Dari awal Amber emang tidak suka dengan pelajaran matematika tapi karena dia sudah terlalu sering belajar pelajaran matematika jadi dia berubah menyukai pelajaran tersebut.
"Ternyata hari ini bukan hari tersial ku, ya?" gumam Amber lalu senyum-senyum sendirian di bangkunya.
Oliver yang duduk tak jauh dari bangkunya pun menggelengkan kepalanya tidak tau penyebab anak baru itu tersenyum seorang diri, lalu dia membuka buku pelajaran nya dan berbagi dengan gadis di sampingnya itu.
"Karena kamu anak baru jadi kita bisa berbagi untuk mengerjakannya,"
Amber diam di tempat, karena kalau boleh jujur Amber sangat tidak suka kalau dia harus berbagi jawaban dengan orang lain. Tapi karena dia tidak memiliki buku setidaknya dia bisa mengerjakan tugas bersama-sama, walaupun hanya untuk sementara.
"Baiklah!"
Percaya atau tidak, sekarang Amber dan Oliver sudah mengerjakan tugas dengan cepat. Bahkan Oliver agak tak percaya kalau Amber bisa mengerjakan soal-soal yang menurutnya susah itu, Amber tak peduli dengan tatapan Oliver karena menurutnya itu sangat biasa saja jika orang-orang akan menatap dirinya.
"Bagaimana cara mu mengerjakan soal-soal sesusah itu?" tanya Oliver menatap Amber dengan tatapan tak percaya.
"Itu sangat mudah kalau kau menyukai pelajaran nya," jawab Amber santai.
Amber memasukan semua peralatan sekolahnya ke dalam tas kecuali buku tugas berisi jawaban matematika yang sudah dia kerjakan tersebut, setelah itu dia kembali duduk di dekat Oliver karena bangkunya masih di tempat tersebut.
"Kau suka pelajaran matematika, ya?" tanya Oliver menatap Amber dengan tatapan berharap.
Amber diam lalu menatap Oliver dengan tatapan bingung, kenapa gadis ini bertanya padanya tentang hal itu?
Bukan, 'kah sudah terlihat dengan jelas kalau dia emang menyukai pelajaran matematika?
Hanya orang-orang bodoh saja yang tidak menyadari kalau Amber menyukai pelajaran matematika, terlihat jelas kalau Amber sangat antusias saat mengerjakan soal-soal tersebut.
"Maaf! Kayaknya aku terlalu lancang untuk bertanya," sahut Oliver merasa kalau Amber enggan untuk menjawab pertanyaan darinya.
Amber bukannya tak mau menjawab, melainkan dia berharap agar Oliver sadar kalau dia emang menyukai pelajaran Matematika tanpa dia sendiri yang memberitahukan.
...°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•...
Bel istirahat sudah berbunyi dari berapa menit yang lalu, kebetulan Oliver mengajak Adiva dan Amber ke kantin untuk makan siang bersama. Amber tentu tak menolak karena hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, jadi Amber tentu belum mengetahui lekak-lekuk sekolah.
"Kalian berdua tunggu di sini saja, ya? Aku mau mesan makanan buat kita,"
Ucapan itu mendapatkan anggukan dari keduanya, mereka juga belum tau apa saja menu yang sudah tersedia di kantin sekolah baru mereka.
"Apakah kita akan baik-baik saja saat di sini?" tanya Amber memejamkan matanya sebentar.
Adiva menoleh ke arah Amber, di mana gadis itu sudah memejamkan matanya guna untuk menenangkan pikirannya terlebih dahulu.
"Aku juga tidak tau! Semoga saja kita akan baik-baik saja," sahut Adiva.
"Aku lelah harus berteman dengan orang lain lagi! Karena gara-gara si dia. Aku harus ikut dikeluarkan dari sekolahan lama kita," ujar Amber.
"Aku kira itu benar-benar kau yang melakukan bully itu karena jepit rambut berwarna merah muda itu hanya milik mu," ujar Adiva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bukan cuman aku yang punya jepit rambut itu karena aku dan dia sudah berjanji untuk menjaga barang itu sampai kapan pun tapi karena kejadian itu aku terpaksa harus membakarnya dengan boneka pemberian si dia,"
"Bukan, 'kah kalian berdua bersahabat? Bagaimana bisa dia berkhianat seperti itu?" tanya Adiva mendapatkan kekehan dari Amber.
"Persahabatan itu tidak ada yang sejati jika salah satu dari mereka ada yang mengkhianati temannya,"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Arlyn
mampir kka 👍
2023-02-11
1