"Permaisuri pangeran telah tidur." Ucapku pada permaisuri.
"Ohh baik, bagaimana persiapannya? Apakah aman?" Tanya permaisuri padaku.
"Semua aman permaisuri." Ujarku sambil menundukkan kepala.
"Hahaha, baiklah. Kira-kira bagaimana perasaan pangeran pertama saat tahu bahwa asisten kepercayaannya Aden Wilson?" Ucap permaisuri sambil mengangkat gelas berisi wine di hadapannya.
"Saya hanya setia pada perintah permaisuri." Ucapku menyakinkan permaisuri.
"Hahahah.. Kamu bisa kembali." Balas permaisuri senang
.
.
.
.
"Nona ayo bangun, hari ini adalah pertama nona masuk kelas." Ucap Ishana sambil membuka jendela kamarku.
Hari ini aku akan mulai kelas privat keluarga Lawrence, secara tidak langsung kepala keluarga telah mengakui keberadaanku. Guru kelas ini adalah kepala menara sihir sekaligus tangan kanan kepercayaan kakek, Tuan Roland Glaz.
"Halo nona Aurel. Silahkan masuk ini adalah hari pertama nona mengikuti kelas." Ucap pria seusia ayah dengan rambut merah.
"Baik terima kasih tuan." Balasku dengan memberikan salam sesuai etika bangsawan.
"Astaga, nona pintar sekali. Tata krama anda sangat sempurna." Ucap tuan Roland terkagum.
Kami masuk kedalam ruangan bersama. suasana begitu ramai. Dua orang anak langsung berlari menuju ke arahku.
"Aurel ayo bermain bersama kami." Ucap salah satu dari mereka padaku.
"Aurel apakah telah menampar Patrick, Apakah kau menang?" Tanya anak laki-laki lainnya.
Gerald dan Griffin saudara kembar yang merupakan anak dari bibi Elis. Dimasa lalu mereka mengalami kecelakaan di usia 14 tahun saat akan pergi menuju istana kekaisaran untuk melihat kondisi pangeran pertama. 2 tahun lagi peristiwa menyedihkan itu akan terjadi, peristiwa yang membuat bibi tampak begitu terpuruk. Semenjak kejadian tersebut bibi selalu mengenakan gaun berwarna hitam, tanpa menggunakan perhiasan dan riasan apapun, serta rambut yang tak pernah terurai seperti biasanya.
"Kenapa gadis rendahan itu bisa ada disini!?!" Teriak Patrick dari ujung ruangan.
"Tuan muda sekalian mohon segera tenang, karena kelas akan segera kita mulai." Ucap tuan Roland untuk memulai kelas.
Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti kelas. Di kehidupanku yang sebelumnya aku tidak pernah mengikuti kelas privat Lawrence karena kakek dan ayah tak pernah memperhatikanku, namun kini semuanya telah berubah. Akhir dari kisah ini harus berbeda.
Sepanjang kelas aku terus memperhatikan sepupu-sepupuku. Seperti yang kuduga Patrick dan Willy akan tidur disepanjang kelas. Gerald dan Griffin sibuk bermain sendiri. Kemudian gadis di dekatku, tetap fokus memperhatikan penjelasan tuan Roland. Gadis dengan rambut pirang panjang dan wajah manisnya dia adalah Gretha Lawrence. Aku hampir tidak percaya bahwa gadis manis itu adalah adik kandung Patrick. Mereka terlihat sangat berbeda baik dari fisik maupun kepribadian.
Dalam ingatan ku, ketika Gretha berusia 22 tahun ia akan dijodohkan dengan pria bangsawan yang tidak mencintainya. Dia akan hidup bersama pria yang hanya mencintai teman masa kecilnya. Pernikahan mereka hanya untuk hubungan politik demi mempertahankan kondisi keluarga.
"Baik kelas telah selesai, untuk kelas besok adalah kelas etika bangsawan. Kalian dapat meninggalkan ruangan ini dan melakukan aktivitas kalian." Ucap tuan Roland mengakhiri kelas hari ini.
Setelah kelas usai, seluruh anak di kelas itu mulai beranjak pergi begitu pula denganku. Namun sebelum aku dapat keluar kelas, langkahku terhenti akibat merasa terpanggil.
"Apakah anda nona Aurel?" Ucap seorang gadis yang sedari tadi mencuri perhatianku sepanjang kelas.
"Iya benar, anda nona Gretha kan?" Balasku yang membuat raut wajah gadis itu terkejut.
"Iyaa benar, saya sangat senang nona mengenal saya." Ucapnya bahagia.
"Saya harap bisa bermain dengan nona kapan-kapan." Sambungnya dengan senyum ramah padaku.
"Iyaa, kapan-kapan akan kita lakukan." Sahutku membalas senyumannya.
Sesampainya aku di kamar kubaringkan tubuhku, rasanya seluruh tubuhku sakit saat itu. Sambil menatap langit-langit kamar, ku ingat kembali peristiwa -peristiwa penting yang akan terjadi dekat-dekat ini. Dua minggu lagi ada peristiwa perayaan musim panen. Apakah aku bisa menghadiri perayaan itu? Di kehidupanku sebelumnya aku sama sekali tidak diajak oleh ayah maupun kakek.
Tok.Tok..Tok
"Nona, permisi. Tuan besar ingin bertemu dengan nona sekarang." Ucap Ishana dengan tergesa-gesa.
"Kakek ingin menemuiku? Dimana?' Tanyaku kebingungan.
"Tuan besar ada di ruang kerja." Jawab Ishana sambil membantuku bangun.
Kakek memanggilku secara tiba-tiba untuk menemuinya, entah apa yang ingin beliau sampaikan. Pantas saja Ishana begitu khawatir saat menyampaikan pesan itu. Ishana takut aku melakukan kesalahan yang membuat kakek marah padaku. Sebelumnya kakek tidak pernah mengirim pengawalnya untuk mengirimkan pesan pada siapapun. Namun hari ini kakek melakukannya untuk memintaku datang menemuinya segera.
Tok..Tok..Tok..
"Kakek, Aurel datang." Ucapku sambil membuka pintu.
"Kemari Aurel, kakek punya coklat hangat untukmu. Kakek dengar kamu suka ini kan?" Ucap kakek sambil duduk di sofa ruang kerjanya.
Saat itu kudapati meja yang penuh dengan berbahagia cemilan, sebelumnya kakek tidak pernah melakukan hal ini. Hal yang lebih mengejutkan adalah semua cemilan diatas meja itu adalah cemilan kesukaanku.
"Aurel bagaimana kelasmu tadi, apakah menyenangkan?" Tanya kakek penasaran.
"Seru kakek, Aurel dapat banyak hal hari ini." Jawabku dengan penuh semangat.
Sebenarnya semua hal yang diajarkan hari ini telah aku ketahui karena kehidupanku yang lalu. Meskipun dulu aku tidak mendapatkan kelas privat Lawrence, aku tetap mempelajari semua hal demi mempertahankan keluarga ini dulu.
"Kakek dengar kau banyak menjawab pertanyaan hari ini? Sepertinya cucuku satu ini sangat cerdas." Ujar kakek sambil tertawa.
"Hehehe, tidak kakek. Aurel hanya menjawab yang Aurel pahami saja." Jawabku membalas ucapan kakek.
Sepertinya sesuai dengan dugaanku. Segala hal yang terjadi saat kelas berlangsung akan dilaporkan kepada kepala keluarga. Hal tersebut akan digunakan kakek untuk menilai para calon penerus kepala keluarga selanjutnya.
"Kuharap kau dapat memenuhi ekspektasi pria tua ini, Aurel." Ucap kakek sambil meminum segelas teh dihadapannya.
"Saya akan melebihi ekspektasi kakek." Sahutku dengan nada yakin yang membuat kakek terkejut.
Seketika kakek terdiam, hal itu membuatku takut bukan main. Mungkinkah aku salah bicara? Seperti apa yang kuucapkan terlalu sombong dan membuat kakek tidak suka. Tapi tak selang beberapa saat, tawa kakek mengejutkanku.
"Hahaha, putri Louis selalu memberikanku kejutan. Kuharap aku bisa melihatmu tumbuh besar dan memperoleh hal-hal tak terduga darimu." Ucap kakek dengan begitu bahagia. Seakan dia begitu menantikan pencapaianku dimasa depan.
Kami berbincang-bincang selayaknya kakek dan cucu yang begitu dekat. Semua orang yang melihat pasti percaya kami memiliki hubungan yang harmonis. Tak dapat dipungkiri bahwa kakek begitu menyayangiku. Akhirnya aku bisa merasakan momen ini, setelah penantian yang cukup lama.
"Aurel, apakah kamu mau menemani kakek untuk menghadiri perayaan musim panen di istana?" Tanya kakek padaku
Perayaan musim panen, ini hal yang aku tunggu selama ini. Kupikir aku harus memohon pada kakek untuk dapat mengajakku hadir dalam perayaan musim panen. Ternyata kesempatan itu datang begitu saja, seperti dewi memberkatiku di kehidupan ini.
"Iya kakek, Aurel mau." Ucapku begitu gembira.
"Sepertinya cucuku ini sangat senang pergi dengan kakeknya." Balas kakek ikut gembira.
Segala rencanaku menjadi semakin dekat dan jelas. Apakah boleh aku berharap sebanyak ini? Semoga semua sesuai dengan perhitunganku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments