BAB 2. Aku Berhasil ?!?

“Darimana kamu mendapatkan ini!” Ucap kakek dengan nada tinggi padaku.

“Rahasia.” Jawabku sambil tersenyum

Dapat aku lihat tatapan sedih kakek pada surat tersebut. Dia begitu mencintai istrinya yang telah lama tiada. Air mata yang perlahan turun membasahi pipinya seakan menjadi bukti seberapa besar cintanya pada sang istri.

"Kamu Aurel kan?" Tanya kakek dengan lembut.

"Iya kakek." Ucapku dengan ceria.

"Apakah waktumu kosong pagi ini? Bisakah nona kecil ini menemani pria tua ini minum teh?" Ucap kakek mempersilahkanku duduk.

"Iya kakek."

Kami menikmati teh sambil berbincang ringan, kakek memberikanku banyak pertanyaan.

“Aurel berapa umurmu?” Tanya kakek sambil menatapku.

 “Tujuh tahun, kakek.” Jawabku sambil menunjukan tujuh jari pada kakek.

“Aku akan meminta pelayan memperhatikan makanan mu setiap hari. Tubuhmu jauh lebih kecil dari anak-anak seusiamu.” Ujar kakek khawatir.

“Baik terima kasih kakek.” Jawabku sambil menikmati kue dihadapanku.

.

.

.

.

"Sepertinya nona sangat bahagia hari ini." Ucap Ishana sambil menyiapkan makan siangku.

"Hehehe.. Iyaa." Ucapku sambil tertawa.

Hari ini aku begitu bahagia karena dapat menemani kakek menikmati teh di taman kesayangannya. Langkah pertama telah aku lewati, selanjutnya adalah mendapatkan hati ayah.

"Ishana, bisakan mengajariku membuat kue kering?" Tanyaku sambil menikmati makan siang yang telah Ishana siapkan.

"Bisa nona, kenapa nona ingin belajar membuat kue kering tiba-tiba?" Tanya Ishana penasaran.

"Tidak apa-apa, hanya ingin belajar Ishana."

Di Kehidupanku yang lalu ayah begitu menyukai kue kering. Mendiang ibuku dulu selalu membuatkan kue kering untuk ayah nikmati bersama teh. Dan sekarang akan aku gunakan kue kering sebagai cara untuk mengambil hati ayah.

“Nona ini dapur, dan perkenalkan dia adalah juru masak di rumah ini Robert.” Ucap Ishana sambil memperkenalkan pria dengan tubuh berisi serta kumis tebal yang unik.

“Hai Paman Robert.” Ucapku memberikan salam.

“Astaga betapa lucunya nona satu ini.” Sahut Robert diikuti tatapan terpukau para pelayan di sekitarnya.

“Nona anda manis sekali.” Ucap salah seorang pelayan.

“Benar nona.” Sambung pelayan lain.

“Andai saya bertemu nona lebih dulu, saya pasti akan melamar menjadi pelayan pribadi anda.” Lanjut pelayan lain yang diikuti para pelayan mengangguk setuju.

Aku perlu mendapatkan hati para pelayan ini, mereka akan sangat membantu kedepannya.

Waktu berlalu begitu cepat. Aku, Ishana, dan juru masak rumah telah menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk belajar membuat kue kering. Akhirnya setelah melalui 3 jam itu, kue kering untuk ayah telah selesai.

“Wahh, akhirnya selesai ya nona.” Ucap Ishana bahagia.

“Iyaa, Ishana.” Jawabku lega.

“Tapi… untuk siapa kue kering ini?” Tanya Ishana penasaran.

“Hehehe, untuk ayah.” Jawabku sambil menyusun kue kering di atas piring.

“Ohh untuk tuan. Mau saya bantu antar nona?” Ujar Ishana menawarkan bantuan.

“Tidak usah Ishana, saya akan antarkan sendiri.” Jawabku sambil tersenyum.

.

.

.

.

Tok..Tok..Tok..

"Silahkan masuk, siapa?" Ucap pria dengan rambut hitam kelam dan mata emas yang begitu indah.

"Ayah…" Ucapku sambil membawa nampan berisi kue kering dan teh.

Tatapan dingin tidak peduli menyambut kehadiranku dalam ruangan itu. Terasa suasana mencekam yang tak karuan di dalam sana. Mungkin kalau ini adalah diriku dimasa lalu pasti sudah menangis dan berlari keluar ruangan. Namun kali ini hal itu tidak boleh terjadi, aku harus mendapatkan hati ayah.

"Ayah bekerja seharian, Aurel membuat kue kering dan teh untuk ayah." Ucapku sambil memberikan senyum termanisku.

"Ohh sejak kapan putri kecilku ini mulai peduli dengan ku." Jawab ayah sambil tersenyum sinis.

Saat itu rasanya seluruh tubuhku membeku. Jawaban ayah membuat semangat dalam diri ini pupus. Apakah aku gagal kali ini? Apakah aku tidak bisa mendapatkan kasih sayang ayah sedikitpun? Apakah aku terlalu berharap pada kehidupan kali ini?

Pria itu berdiri, beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan segala dokumen penting yang harus dia selesaikan dan duduk pada sofa panjang di depan meja kerjanya. "Sepertinya pria ini ingin mencoba kue kering buatan putri yang sangat perhatian padanya."

Ucapan ayah membuat ku terkejut. A-aku..berhasil? Akankah ayah memperhatikan ku setelah ini? Aku berjanji akan menyelamatkan semuanya, termasuk ayah, kakek, bibi, dan orang-orang yang mencintaiku. Aku akan melindungi kalian dan keluarga ini.

"Iya, Ayahhh.." Ucapku bahagia.

Aku begitu gugup sore itu. Kutatap pria dengan wajah tampan yang mampu menghipnotis seluruh wanita di kekaisaran ini. Pria itu menikmati setiap gigitan kue kering yang masuk dalam mulutnya. Apakah ayah menyukai rasanya? Waktu berlalu begitu lama, dengan perasaan yang berdebar-debar setiap saat.

"Terima kasih, kamu bisa pergi." Ucap ayah sambil membersihkan tangan dengan sapu tangan dari saku celananya.

Apakah kue keringnya tidak terlalu enak? Atau teh yang aku sajikan memiliki rasa yang aneh? Dengan putus asa aku beranjak dari sofa ruang kerja ayah. Berjalan dengan perasaan kecewa menuju pintu keluar sambil menahan air mata.

"Aurel mulai besok datanglah setiap sore ke ruang kerja ayah. Bawakan kue kering dan teh untuk kita nikmati bersama." Ucap ayah sambil mengerjakan kembali dokumen yang tertunda tadi.

"Baik ayahhh." Jawabku semangat. Sambil membuka pintu keluar.

"Mulai besok minta pelayan untuk membantumu membawakan nampan, jangan membawanya sendiri." Sahut ayah

"Iyaa ayah."

Di Depan ruang kerja ayah air mataku mulai mengalir. Kali ini bukan air mata kesedihan yang turun, tapi air mata kebahagiaan. Ayah mulai memperhatikanku.

.

.

.

.

Tok..Tok..Tok..

"Tuan saya disini." Ucap pria dengan kacamata bulat dan rambut coklat panjang terikat.

"Mulai sekarang tolong perhatikan Aurel." Ucapku sambil mengingat momen kami tadi.

Saat itu saya merasa bahwa gadis itu cukup manis. Kebencian akibat kematian Audrey yang ada dalam hatiku seperti berkurang. Gadis yang dulu tak sekalipun ingin aku temui, ternyata memilih perhatian yang besar padaku.

"Apakah Tuan menghabiskan waktu dengan nona tadi?" Tanya Henry asisten kepercayaanku.

"Iya"

"Sepanjang jalan menuju ruangan Tuan, saya mendengarkan para pelayan sedang membicarakan nona." Ucap Henry yang membuatku berhenti mengerjakan dokumen di hadapanku.

"Para pelayan memuji tentang sikap manis dan lucu nona. Mereka memperoleh perhatian yang begitu tulus dari nona Aurel hari ini." Sambung Henry yang membuatku terpaku.

"Gadis yang awalnya penakut dan pendiam, kini mampu mengambil hati para pelayan." Sahutku sambil mengingat kepribadian Aurel dulu.

"Selain itu nona juga menghabiskan waktu dengan Tuan Besar di taman Keukenhof." Ucap Henry yang membuatku terkejut.

"Menghabiskan waktu dengan kakek? Di taman kesayangannya?" Ucapku terkagum

"Mulai sekarang perhatikan Aurel dengan baik dan naikkan 5 kali lipat anggaran untuknya." Lanjutku sambil kembali mengerjakan dokumen-dokumen tersebut.

"Baik Tuan." Jawab Henry lalu keluar.

"Audrey anak kita penuh misteri bukan? Dia mirip dengan mu."

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!