BAB 4. Membangkitkan Aurora

" Apa yang telah kau lakukan?!?" Bentak pria di hadapanku.

"Ayah, gadis rendahan ini telah menabrak dan menamparku." Adu Patrick kepada ayahnya.

"Dasar gadis tidak tahu diri." Ucap paman Johan sambil mengangkat tangan ingin menamparku.

Tanpa disangka seorang pria menghentikan paman, membuatku begitu terkejut. Pria itu menahan tangan paman yang akan menamparku.

"Louis, apa maksud mu!?" Teriak paman kesal.

"Aurel adalah putriku, beraninya kamu menamparnya dihadapanku." Jawab ayah dengan wajah dingin tidak suka.

Perkataan ayah membuat lorong kediaman Lawrence begitu hening. Dapat kulihat muka tidak percaya pada raut wajah paman Johan. Para pekerja kediaman Lawrence tidak mampu menutupi ekspresi terkejut mereka.

"Dia adalah putri satu-satunya Louis Lawrence pemimpin pasukan elit kekaisaran. Berani sekali ada orang yang ingin menampar putriku di depan mataku." Sahut ayah sambil menggendongku.

Saat itu suasana begitu mencekam. Kekesalan ayah seakan menyelimuti seluruh kediaman Lawrence. Suasana rumah menjadi begitu gelap, tanaman disekitar rumah menjadi layu, dan keheningan yang mencekik leher.

"Louis apakah kau ingin membunuh cucu perempuan kesayanganku!!" Teriak seorang pria dengan suara tegas yang tak asing di telingaku.

Pria dengan rambut putih itu melangkah mendekati kami, seluruh mata tertuju padanya. Langkah yang mantap, tubuh yang tegap ciri khas seorang kepala keluarga. Pria itu adalah Gautam Lawrence, kakekku.

"A-Ayahh, lihat apa yang telah di gadis renda…" Sebelum paman menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan mendarat pada pipinya.

"Kamu mau menghina cucuku dihadapanku?!?" Bentak kakek yang membuat paman ketakutan. Disampingnya Patrick sudah menangis karena sangat ketakutan.

"Louis, redam aurora kegelapan milikmu itu. Aurel juga terkena dampaknya." Ucap kakek saat menatap wajahku yang pucat tak karuan.

"Bawa Aurel kembali ke kamarnya, sekarang adalah waktu makan siang." Sambung kakek lalu mengelus kepalaku dengan lembut.

Ayah menggendongku menuju kamar sesuai dengan ucapan kakek. Dapat ku lihat raut wajah ayah berbeda dari ingatanku di masa lalu. Di kehidupanku yang sekarang raut wajah ayah terlihat begitu lembut terhadapku.

Saat tiba di kamar, Ishana sangat terkejut melihat ayah menggendongku. Ishana langsung dengan cepat membukakan pintu dan mempersilahkan aku dan ayah masuk. Ayah menemaniku makan siang hari itu, sambil sesekali mengelus kepalaku. Setelah selesai makan, ayah segera memberikan segelas air untuk ku minum.

"Aurel jangan lupa ya, temani ayah nanti sore." Ucap ayah dengan senyuman lembut.

"Iya, ayah." Jawabku semangat.

Kami menghabiskan beberapa saat sebelum ayah pergi untuk kembali bekerja. Mungkin semua akan berubah setelah ini. Semua akan menjadi lebih baik.

.

.

.

.

Sudah seminggu lebih aku menemani ayah setiap sore. Selain itu kini aku sedang menemani kakek di ruang kerjanya sambil membaca buku yang ku suka.

"Aurel apakah kamu ingin mengikuti kelas privat?" Tanya kakek padaku.

Kelas privat Lawrence merupakan kelas untuk para keturunan keluarga Lawrence. Kelas ini sekaligus pertanda bahwa keturunan tersebut telah masuk dalam seleksi kepala keluarga. Pada umumnya keturunan Lawrence akan mengikuti kelas pada usia 10 tahun.

"Boleh kakek." Jawabku senang.

Kami berbincang-bincang dan menghabiskan waktu bersama. Sesaat mataku tertuju pada batu aurora berwarna merah yang menggantung di sarung pedang kakek. Aku begitu tertarik dengan batu aurora itu, kuharap aku bisa memilikinya sendiri.

"Kakek, apakah itu batu aurora?" Tanyaku sambil menunjuk batu merah berkilau itu.

"Ohh ini, iya benar. Apakah Aurel mau memiliki batu sendiri?" Ucap kakek menunjukan batu tersebut.

"Iyaa mau kakek." Jawabku bersemangat.

"Nanti yaa, saat auroramu sudah bangun." Ujar kakek tersenyum.

Kakek memperkenalkanku tentang macam-macam batu yang warnanya sesuai dengan jenis aurora yang di dalamnya. Batu aurora dapat membantu pemilik untuk melindungi mereka apabila kekuatannya melebihi batas dan tidak terkendali. Kekuatan kakek memang terlalu kuat hingga sangat memerlukan batu aurora untuk membantu. Apabila tidak ada batu itu, mungkin kakek bisa membakar seluruh kekaisaran dengan aurora apinya.

.

.

.

.

Setelah seharian menghabiskan waktu dengan kakek dan ayah, akhirnya aku memiliki waktu untuk sendirian. Kini waktunya untuk membangkitkan aurora pada tubuh ini. Sepanjang malam itu kuhabiskan waktu demi tujuan ku. Waktu berlalu sekitar lima jam, hingga berhasil.

"Akhirnya berhasil" Ucapku lega.

Akhirnya auroraku telah bangkin. Ini menjadi lebih mudah karena aku telah tau jenis auroraku dari pengalaman kehidupan yang lalu. Untuk saat ini aku harus menyembunyikan kekuatan itu, hingga saat itu tiba. Momen ketika perayaan musim panen tiba dan tragedi pangeran pertama yang diracuni permaisuri.

Di kehidupanku yang lalu, pangeran diracuni oleh permaisuri saat perayaan musim panen. Posisi pangeran pertama sangat mengancam kedudukan pangeran kedua, anak dari permaisuri sekarang. Meskipun ibu pangeran pertama yang merupakan permaisuri sebelumnya telah tiada, tapi itu tidak dapat mempengaruhi pangeran pertama dalam perebutan tahta.

Dalam ingatanku, kondisi tubuh pangeran pertama buruk akibat tragedi keracunan tersebut. Karena hal tersebut pangeran diasingkan ke istana dingin yang jauh dari istana utama kekaisaran. Kali ini aku akan menyelamatkanmu, pangeran pertama.

.

.

.

.

"Pangeran, ini dokumen yang anda minta." Ucap asistenku.

"Bagaimana pergerakan permaisuri sekarang." Tanyaku sambil membaca dokumen yang telah aku terima.

"Belum ada pangeran." Jawab asistenku tersebut sambil menundukkan kepala.

"Ada yang aneh, kenapa permaisuri tidak melakukan apapun sejauh ini?" Gumamku karena tak mengerti.

"Mungkin permaisuri tidak memiliki maksud buru pangeran pertama." Balas asistenku setelah mendengar aku bergumam.

Aku selalu mencurigai sejak pertama kali dia masuk ke istana ini. 2 tahun setelah kedatangan wanita itu, ibuku meninggal karena sakit keras. Akhirnya wanita itu naik menjadi permaisuri dan menggantikan ibuku. Wanita licik itu tidak mungkin hanya diam saja, ketika kehadiranku membuat posisi anaknya menjadi terganggu.

Sejak kedatangan wanita itu, keluarga Oxley mulai menguasai pasar dagang kekaisaran dan mampu bersaing dengan keluarga Lawrence. Keluarga yang sebelumnya tidak memiliki kekuasaan apapun di kekaisaran ini, tiba-tiba belakangan ini keluarga itu mulai menguasai beberapa sektor di pemerintahan.

Para bangsawan mulai membentuk kubu-kubu untuk mencari dukungan. Perubahan kedudukan bangsawan secara tiba-tiba semenjak terangkatnya wanita keluarga Oxley menjadi permaisuri. Beberapa aset milik kekaisaran hilang tanpa diketahui. Proyek pembangunan yang dinyatakan gagal dan tidak berkelanjutan tanpa diketahui alasannya dengan jelas. Semua terjadi secara mendadak dan tiba-tiba.

Sebentar lagi adalah perayaan musim panen, sebelumnya itu adalah tugas ibuku untuk mempersiapkan segalanya. Tapi perayaan dua tahun ini dipersiapkan oleh wanita itu. Tentu segalanya dibantu oleh keluarga Oxley yang merupakan keluarga wanita itu.

"Apakah pangeran kedua melakukan sesuatu akhir-akhir ini." Tanyaku penasaran.

"Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Pangeran kedua hanya mengikuti kelas dan berlatih pedang dengan pengawalnya." Jelas asistenku.

"Apakah ada desas-desus bahwa kaisar mengadakan rapat khusus?" Lanjutku sambil menutup dokumen dihadapanku.

"Tidak pangeran." Jawabnya.

Ayah belum melakukan apapun sejauh ini, apa mungkin ayah tidak menaruh kecurigaan apapun pada permaisuri dan Oxley? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Semuanya begitu rapi hingga tidak ada cela sedikitpun. Apakah ada mata-mata di istana ini?

"Pangeran sepertinya sudah malam sebaiknya pangeran istirahat." Ucap asisten kepadaku.

"Iyaa.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!