Setelah jalan-- jalan dengan Andi. Setiap hari waktu liburanku hanya denganbelajar motor. Hasilnya aku bisa mengendarai motor aku sangat senang sekali.
"Kapan kita ke pantai?" tanyaku, pada Andi.
"Untuk pertama kali aku bosan di rumah," keluhku, sambil berbaring di sofa.
"Sebentar! "
Andi menuju telpon menelpon Lala pacarnya. Dia berbicara sebentar. Terlihat menanyakan sesuatu. Dia memgangguk kemudian menutup telpon.
"Ayo kita ke pantai! "
Andi bergegas mengambil kunci mobil dan masuk ke kamarnya keluar dengan membawa tas langsung menghidupkan mesin mobil.
Aku terkejut langsung bangkit dari sofa.
"Sekarang?" tanyaku.
Aku berlari menuju telpon dan menelpon Rima. Ingin memberitahunya bahwa kami mau pergi ke pantai. Aku akan langsung menjemputnya.
Pantainya berjarak 22 Km dari pusat kota. Jalanya mulus berpasir putiih dan di kelilingi pohon pinus.
Aku tertawa kecil ketika ujung ombak menerpa kakiku. Terasa geli ditambah gelitik pasir. Ketika aku berlari pelan di pinggir pantai Manggar.
Aku memandang ke arah laut sambil merentangkan tangan dan berteriak.
"Aaah senangnya... " teriakku nyaring
Rima melepas sepatunya langsung mengikutiku. Dia juga ikut bermain pasir denganku.
"Ayo, kita berenang," ajaku, menarik tangan Rima.
"Tidak bisa! Aku lagi datang bulan, " kata Rima. " Lagi pula, kita tidak bawa baju ganti," sambungnya.
"Oh, iya...aku lupa," kataku, sedikit kecewa.
Aku menoleh ke belakang melihat Andi bersama ceweknya Lala. Sedang bejalan beriringan sambil tertawa kecil.
Aku melengus kesal. "Kita, seperti, obat nyamuk saja," kataku.
Rima tertawa geli. "Kamu cemburu?" tanyanya, aku menggeleng kepala.
"Senang sekali! Kalau jalan- jalan di pantai sama pacar, " ucapku, sambil mendorong Rima.
"Ayo! Beli minuman, aku haus," ajakku. Kami pun membeli minuman botol dan memesan pop mie.
Aku duduk sambil menatap indahnya pantai. Cuaca yang bagus sangat mendukung kami. Matahari tidak terlalu terik agak mendung tapi tidak hujan.
Gesekan suara pohon-pohon pinus di terpa angin menambah segarnya suasana. Tidak begitu banyak orang yang datang. Karena ini bukan hari libur. Aku lebih suka suasana yang agak sepi seperti ini lebih mudah menikmati pemandangannya.
"Bagaimana mungkin? Mengajakku ke pantai, tanpa persiapan apapun," kata Rima, sedikit kesal.
Memang! Aku tiba tiba, menelpon Rima dan langsung mengajaknya. Setelah mendengar Andi mau ke pantai bersama ceweknya.
Rima sepertinya mau menolak tapi langsung ku tutup telponnya aku tidak mau mendengar alasannya.
Kalau aku sama Rima saja tidak akan seru. Tapi kenyataannyal Andi malah asyik dengan ceweknya. Tidak menghiraukan kami berdua.
Orang yang berjualan melambaikan tangan memanggil kami. Berarti pesanan kami sudah siap. Rima berlari mengambil pesanan kami
Aku menghampiri Andi dan duduk dekat mereka.
"Andi! Kalau aku sama Lala tenggelam, siapa yang kau tolong duluan?" tanyaku, pada Andi.
"Kamu lah..." jawabnya cepat, lalu ternyum pada Lala.
"Kenapa aku?" tanyaku heran.
"Lala pandai berenang jadi dia bisa menyelamatkan diri sendiri dan kamu tidak bisa!" katanya, sambil mencibir padaku.
Aku memang tidak bisa berenang. Dulu waktu masih SD ada temanku yang tenggelam di sungai.
Papaku langsung melarangku untuk tidak bermain di sungai. Sampai sekarang aku tidak bisa berenang.
Lala langsung mencubit Andi dan tertawa melihatku cemberut. Aku senang melihat kebersamaan mereka. Mereka nantinya menikah dan punya anak kembar.
Rima datang menghampiri kami membawa empat mangkok pop mie.
"Ayo... makan dulu," katanya, sambil menaruh makanan di tengah kami yang duduk di atas tikar.
Aku langsung melahapnya cukuplah buat pengganjal perut. Karena nanti aku mau makan kepiting.
"Nanti pulang kita singgah di restoran, aku mau makan kepiting," kataku.
"Siap!" sahut Rima, dengan senang.
Hari sudah agak sore kami singgah di restoran seafood terkenal dan memesan kepiting yang aku mau. Di sini surganya seafood kepiting bakaunya sangat terkenal.
Kami makan dengan lahap, soalnya tadi cuma makan pop mie.
"Tidak ketemu, makanan seperti ini di tempat kita," kata Rima, sambil mendesis kepedasan.
"Kalau ada, pun...pasti sudah tidak segar lagi kepitingnya." lanjutnya
"Kalau begitu makan sepuasnya, Kia yang bayar," kata Andi.
Aku mengangguk karena aku sudah janji sama Andi. Aku puas sekali bisa ke pantai dan makan kepiting segar.
Tak terasa sudah dua minggu aku di sini. Liburan kali iniaku senang sekali. Aku bisa senang- senang jalan-- jalan bercengkerama dengan Nenek menggoda Andi yang paling penting aku bisa naik motor.
Karena biasanya liburanku pasti bersama Papa dan Mama. Jadi semua yang mau dilakukan tidak bebas harus bertanya dulu boleh apa tidak.
Sekarang bisa semaunya sendiri. Inilah liburan yang aku mau.
"Setelah lulus, mau kuliah kemana, Kia?" tanya Om-ku, saat kami makan bersama.
Sudah tradisi keluarga kalau makan harus sama- sama. Kecuali ada keperluan penting kami tidak makan bersama.
Jarang sekali aku bisa bertemu Om-ku. Karena Om-ku hampir selalu ada di lokasi tambang. Makanya makan bersama Om-ku itu kesempatan langka.
"Kalau mau ke Jakarta, nanti ada Kak Ary di sana," jelas Om-ku.
Ary adalah kakaknya Andi anak Tanteku dua orang cowok semua. Tanteku menikah, tiga tahun lebih dulu dari Mamaku. Makanya anaknya lebih tua dariku.
Kak Ary, kuliah di salah satu Universitas di Jakarta. Dia mengambil jurusan Kedokteran.
"Belum pasti lagi Om, belum didiskusikan sama Papa," jawabku.
"Pilih sesuai keinginan Kia, jangan keinginan Papa, yang menurut Kia, bisa Kia jalani dan yang bikin Kia nyaman, sesuai dengan cita-cita Kia, nanti Om bicara sama Papamu," kata Om Dedi.
Sifat Om-ku berbanding, terbalik dengan Papaku. Om Dedi orangnya sangat demokratis.
Om Dedi memang sangat mengerti keinginan anak-anaknya. Buktinya, dia tidak memaksa Andi harus kuliah kalau Andi tidak mau. Yang penting harus bertanggung jawab dengan pilihannya.
Sedangkan Papaku keras dan sering memaksakan kehendaknya. Mungkin karena Papaku terlalu menyayangiku. Aku adalah anak satu satunya.
Aku bersiap pulang karena tahun ajaran baru sudah dekat. Nenekku sampai meyuruhku tidur dengannya karena malam terakhir aku di sini.
Tanteku sudah memesankan, mobil travel untukku dan Rima. Karena tidak ada, pesawat menuju kotaku hanya bisa ditempuh dengan mobil atau bis.
Tanteku tidak mau aku pulang naik bis terlalu riskan katanya. Jadilah kami naik travel menuju kotaku dan bersiap kembali ke sekolah.
** Nggak ketemu Bimo .. Padahal rumah kakak perempuan Bimo dekat Bandara Sepinggan, masih satu kota dengan Tanteku.
** Pembaca .. ayo di kasih komentar dong , saya akan terima . Katakan apa yang kurang , jadi saya bisa memperbaikinya supaya lebih berkembang... trimssss....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Mommy Gyo
5 like hadir thor
2021-07-19
0
S R
Like,, lanjut
2021-02-09
1
RayaBumi
5 like untukmu thor, salam hangat dari Two Times, sukses selalu 💕
2021-01-16
1