Kulihat jam di tanganku. Menunjukan, pukul delapan malam.
"Saampaaiii... " teriak Pak Joko, Paman rima.
Kami naik mobil Pamannya rima, ke kota kelahiranku.
"Kia... nanti di antar, ya? " tanya Bibi rima.
"Andi sudah jemput Kia, Bi," jawabku cepat.
Badanku sangat capek. Kami menempuh perjalanan selama 6 jam. Dan melakukan penyeberangan, dengan kapal feri.
Rasanya hampir setahun. Aku tidak ke sini. Kota di mana Nenek dan Tanteku tinggal. Kota tempat kelahiranku. Kampung halamanku.
Nenekku tinggal dengan Tanteku, adik Mamaku. Om-ku bekerja, satu perusahaan dengan Papaku. Cuma berbeda, daerah unit. Papaku pernah juga kerja di sini, tapi harus pindah ke kotaku.
Aku lahir dan besar, sampai SMP di sini, cuna SMA yang di kotaku. Kira kira 2 tahun lalu, kami pindah dari sini. Aku tumbuh di sini, bersama dengan sepupuku, dia temanku bermain.
Dia tahu, kalau aku memangis, obatnya pasti, coklat. Dia sering menyimpan permen coklat, di kantungnya. Jadi, kalau aku menangis, dia akan memberikannya.
****
Dari jauh, sepasang mata menatapku tajam. Andi! Dia sepupuku, dia seumur denganku.
Dia nanti kuliah, di Sekolah Tinggi Pertambangan. Dan bekerja, satu perusahaan dengan Bimo.
Dia berjalan ke arahku, dengan cepat.
"Merepotkan!" sungutnya, sambil mengambil tas koperku. Dia mengangkat dan menaruhnya ke dalam mobil.
"Cepat! Aku sibuk, nih!" desaknya.
"Sabar dong..." sahutku, agak kesal.
"Bi! Kia pulang dulu," teriakku, sambil menarik Rima.
"Besok kita jalan, kamu jemput aku, " bisikku pada Rima.
"Nanti aku telpon..." jawabnya, sambil mengangkat tasnya ke dalam.
Aku pun kembali menghampiri Andi. Dia seperti, tidak sabar menungguku.
"Mau pulang nggak, nih?" tanya Andi, tak sabar.
"Iya ...." Jawabku, sambil membuka pintu mobil.
"Tidak sabar amat..." gumamku, pada Andi, yang kelihatan kesal.
Aku bingung, kenapa hanya karena menjemputku saja. Dia seperti, tidak ikhlas begitu.
"Kenapa? Kamu sepertinya tidak senang, aku datang kesini?" tanyaku pada Andi.
"Aku batal liburan sama teman-temanku ke pulau, karena harus menemanimu di sini," jawabnya ketus.
Itulah Andi! Terlihat dingin. Tapi dia, sangat menyayangiku. Karena aku, adik sepupu perempuan, satu satunya.
"Kalau begitu, nanti kita ke pantai deh! Aku yang traktir, " bujukku, sambil mengerjapkan mataku, persis kucing.
"Kita jalan sepuasnya, jangan marah gitu dong..." lanjutku, sambil mengelus kepalanya.
"Kenapa juga, Mamamu telpon tiba-tiba begitu, jadinya rencanaku berantakan semua, aku sudah menginginkannya setahun yang lalu," jelas Andi.
Aku jadi merasa bersalah, karena aku, dia harus kecewa.
"Maaf.." kataku, sambil menatapnya, dengan wajah memelas.
Andi menghela napas. "Ya sudah! tapi janji, semua kamu yang traktir," katanya, sambil memegang dahiku. Andi melanjutkan menyetir.
Aku mengangguk, sambil tersenyum. Selamat! Dia tidak marah lagi, pikirku.
*****
Rumah Tanteku, dengan rumah Ibu rima tidak begitu jauh. Masih satu kelurahan, tapi Tanteku tinggal di komplek perumahan karyawan, tempat Om-ku bekerja.
Sedang Ibunya rima, di luar komplek. Ibunya rima tinggal dengan Kakek dan Adik rima. Ayah rima meninggal, ketika Rima SMP. Semua biaya hidup mereka, ditanggung oleh Paman rima.
"Neeneeek.... " teriaku, sambil memeluk Nenekku. Yang sedang menunggu di teras, bersama Tanteku. Aku cucu perempuan satu satunya, makanya agak manja dengan Nenekku.
"Bagaimana perjalanannya?" tanya Tanteku, sambil memelukku.
"Capek sekali! oh, iya, ada oleh-oleh dari Mama, di dalam kotak itu!" tunjukku.
"Masuk! Mandi dulu, setelah itu baru makan," kata Neneku.
Aku bergegas masuk, karena badanku bekas keringat, aku mau mandi saja dulu.
*****
Aku membuka mataku, suara ribut di depan garasi membangunkanku.
Kulihat Andi sedang membersihkan motor, suara pompanya memekak telinga.
Aku beranjak dari, tempat tidur. Menggosok gigi dan mencuci muka. Langsung keluar, menuju ruang makan.
Terlihat, Tanteku menyiapkan sarapan.
"Makan dulu! Tadi malam, langsung tidur," kata Tanteku, menarik tanganku.
Aku menurut saja, lagi pula aku memang lapar.
"Jadikan, ajak aku jalan jalan ke pantai?" Aku menghampiri Andi, yang sibuk dengan Alat semprotnya.
"Nanti saja, kan masih lama liburannya, aku mau ke bengkel, memperbaki motor Mama," katanya.
"Aku mau ikut, langsung kita ke BC," rayuku padanya.
"Ajak Rima saja, aku mau ketemuan sama cewekku," jawabnya.
"Kamu kan sering ketemu sama cewekmu, sama aku saja dulu jalannya," rengekku.
"Tidak bisa! " tegasnya.
"Tanteee, Kia hari ini mau jalan sama Andi, bolehkan?" teriakku.
"Iya... ajak Kia jalan Andi," jawab Tanteku, dari dalam.
Aku menatapnya dan tersenyum. Muka Andi, langsung berubah.
Sreeeeett....
Air mengguyur, tubuhku. Andi menyemprotku, seperti memyemprot motornya.
"Tidak perlu mandi, di kamar mandi lagi!" teriaknya.
Aku kelabakan menghindar, sambil menutup mukaku. Supaya air, tidak masuk ke mataku.
Andi tertawa, wajahnya terlihat puas sekali.
*****
Aku, dibawa Andi berkeliling. Mulai dari bengkel. Terus ketempat ceweknya. Baru dia membawaku, ke BC.
Hari itu kami nonton film, bioskop terbaru dan makan makan. Aku juga sempat, membeli beberapa baju. Setelah puas berkeliling, di pusat perbelanjaan. kami langsung, pulang.
"Andi! Ajarin aku naik motor," pintaku. Ketika masuk, di jalan komplek.
Jalan di situ sepi. Karena cuma penghuni komplek, yang boleh menggunakannya.
"Kamu tidak bisa naik motor?" tanya Andi, lalu menghentikan, motor. Aku menggelengkan kepala.
"Aku mau belajar, supaya bisa ke sekolah naik motor, tidak diantar terus sama Papa," jelasku.
"Tapi pelan pelan ya, jangan sampai kebanyakan menarik gasnya," katanya. Aku mengangguk, tanda mengerti.
Andi yang mengajariku naik motor, pertama susah sekali menjaga keseimbangan stang.
Ada yang bilang, lebih gampang menyetir mobil dari naik motor. Tapi menurutku, sama sama susah.
Bahkan, ada temanku yang bisa menyetir mobil , tapi tidak bisa mengendarai motor. Memang agak sulit, tapi karena tekadku kuat, maka aku berusaha supaya bisa.
Lama kelamaan, aku bisa mengendarainya. Walaupun kakiku jadi korban. Dipenuhi dengan luka gores.
Itupun masih, belum lihai. Motor Tanteku, harus bolak balik ke bengkel. Karena banyak lecet dan rusak.
Sebulan di sana. Aku bisa mengendarai motor. Aku bahkan, menelpon Mamaku. Begitu gembiranya dan mengatakan. Aku bisa naik motor, sekarang.
** BC ( Balikpapan Center ) .
** Nah tahu kan kota kelahirannya Kia , episode selanjutnya kita jalan jalan ke Pantai
yuk...
** Dibatalkan deh , uploadnya ketika hati lagi mau hehehe...efek pedemi covid.
** Ketemu Bimo nggak, Kia disana ya ?.
pokoknya menyesal.
kalo tidak baca...see u...
thank you....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Sri Endang Banyuwati
ini tuh alur cerita ny.. mundur kah? flash back atau gimana?masih blm paham
2022-03-30
0
zien
aku hadir disini ❤❤❤
2021-03-24
1
zien
aku hadir disini ❤❤
2021-03-24
1