Namaku Saskia Septiara wajahku lumayan cantik tetapi tidak pandai bergaul. Aku suka musik tidak populer dan tidak pernah ikut kegiatan seperti lomba-lomba yang sering diadakan di sekolah.
Aku tidak diperbolehkan oleh Papaku. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Hanya Rima temanku yang akrab. Yang lain sebatas say hallo saja. Tapi kami sekelas semakin hari akan semakin akrab. Bahkan sering aku bercanda dengan temanku. Kami bahkan saling bantu dalam pelajaran.
Aku diberi gelar Anak Papa. Karena ke sekolah di antar dan jemput Papa. Papaku, seorang Pegawai perusahaan Tambang minyak.
Aku anak tunggal mungkin karena itu juga. Papa sangat keras padaku. Dilarang keras pacaran kemana-mana diantar Papa. Tidak boleh apapun tanpa izin Papa. Bahkan aku tidak ikut pelajaran tambahan kalau itu tidak wajib.
Aku tidak pernah bisa pergi keacara ulang tahun temanku kalau acaranya malam hari. Tidak pernah dapat izin kadang-kadang aku iri. Teman-temanku bisa jalan-jalan dan kumpul-kumpul. Sementara aku di rumah dan belajar. Aku hanya bisa mencuri waktu kalau Papaku sedang kerja.
Satu kelebihanku aku murid yang pintar. Selalu rangking satu di kelas. Aku juga suka mendengarkan musik dan menyanyi. Walaupun dalam kamar mandi.
Pertama kali bertemu Bimo. Saat di ruang guru. Dia murid pindahan sekolah lain. Entah kenapa dia sampai pindah. Mungkin suka membolos atau nilai jelek. Yang pasti dia harus pindah supaya bisa naik kelas.
Aku tidak pernah bertemu Bimo. Secara langsung ataupun bicara. Padahal kami satu Komplek perumahan.
Kulihat dia diberi pengarahan disuruh belajar sungguh-sungguh. Karena dia sudah mendapat predikat siswa naik pindah.
"Kamu harus giat belajar dan mengubah sifatmu," kata Pak Eko, guru olahraga dengan tegas, sambil menatap Bimo.
Dia cuma meggangguk sambil melirik kepadaku. Karena dari tadi aku melihatnya. Tak sengaja aku mendengar dia dinasehati.
Saat itu aku, dipanggil bu Ningsih Wali kelasku. Untuk membenahi absen kelas. Sebenarnya ini tugas Dewi ketua kelas kami. Tapi dia sedang izin sakit.
"Kia...tolong nanti ditulis sesuai abjad, ya! Semua nama namanya," pinta Bu Ningsih.
"Iya, Bu," sahutku.
"Terima kasih, Kia...kamu bisa kembali ke kelas," kata Bu Ningsih, sambil menyerahkan berkas absensi murid kelasku.
Aku perpapasan dengan Bimo. Dia menatapku tanpa ekspresi. Aku juga melihatnya dengan datar.
Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Walaupun kami satu sekolah. Tapi kami beda kelas. Jadi kesempatan untuk bertemu hampir tidak ada.
Aku tidak pernah berjalan-jalan ke kelas lain. Seperti yang sering teman-teman lakukan. Aku hanya berada di lingkungan kelas. Makanya aku tidak punya banyak teman aku sulit bersosialisasi. Mungkin karena susahya dapat izin. Kalau mau berkumpul dengan teman.
Satu-satunya tempat yang kukunjungi hanyalah kantin sekolah. Itu pun kadang-kadang saja. Aku lebih suka membawa bekal makan di kelas sendiri. Walaupun uang sakuku lebih dari cukup . Takut tidak higienis kata Mamaku. Jadi setiap pagi Mama selalu membuatkan bekal untukku.
Setelah beberapa bulan baru aku mendengar kabarnya. Dia pacaran dengan Eny cewek yang sering ikut modelling heboh sekali beritanya.
Bimo memang terkenal, dikalangan cewek. Apalagi di seputar sekolahku. Karena dia ganteng. Tapi dia pacaran dengan Eny yang notabene, adalah kakak kelas kami.
"Cinta itu buta, tidak mengenal umur," kata Rima.
"Wah! Seperti mereka yang punya sekolah," cibir Rima.
Ketika melihat Bimo dan Eny datang. Mereka bersama naik motor gede Bimo. Terlihat sangat mesra.
Walaupun aku nanti dekat dengannya. Tapi aku tidak pernah membonceng Bimo ke sekolah. Tapi kalau ikut membolos aku bisa.
"Serasilah... yang satu ganteng, yang satu cantik," sahutku, sambil menggerakan bahu. Langsung menuju kelas. Rima mengikutiku sambil terkekeh.
Dari sekian banyak murid aku cuma bisa akrab dengan Rima. Mungkin karena Rima tinggal dengan Bibinya. Pamannya kerja satu perusahaan dengan Papa. Jadi kami masih satu komplek.
Rima sering ikut aku ke sekolah. Kalau Pamanya tidak bisa mengantarnya. Kami nanti akan berangkat bersama. Dan melewati hari hari bersama.
Tak terasa sudah hampir kenaikan kelas. Aku harus konsentrasi, ini ulangan akhir semester. Untuk kenaikan kelas. Aku tidak mau, kecolongan sedikitpun.
"Harus berjuang sampai akhir," batinku.
Sebenarnya ulangan, bukan momok bagiku. Aku pasti bisa menjawabnya karena aku termasuk siswa yang pintar. Tapi aku tidak mau rangkingku diambil oleh temanku. Salah satu sainganku hanya ketua kelas. Dia adalah Dewi temanku.
Satu persatu soal dapat kujawab dengan mudah. Papaku walaupun keras tapi kalau soal buku dan bahan pelajaran. Semua yang menyangkut soal sekolah. Selalu menyediakan yang terbaik untukku. Semahal apa pun harganya. Kalau menyangkut pelajaran Papaku pasti membelikannya.
"Papa memang the best," kataku dalam hati, sambil tersenyum.
Papa kalau dinas keluar kota oleh-olehnya paling sering buku yg berkaitan dengan pelajaran.
"Nih! Papa belikan buku, cara memecahkan soal matematika," kata Papa.
Aku adalah Kia yang menurut sama Papa saat itu.
Aku tersenyum melihat Papan pengumuman. Rangking ku tetap nomor satu .
"Seandainya, aku bisa masuk sepuluh besar, " gumam Rima, di sebelahku.
"Kau pasti minta hadiah, sama pamanmu, kan?" bisikku, di telinga Rima.
Dia tertawa dan memukulku.
"Kau tahu saja apa yang kupikirkan, Kia!" katanya, sambil tersenyum padaku.
"Liburan kemana?" tanya Rima.
"Kau seperti tidak tahu, Papaku! Mana bisa aku liburan sendiri, tanpa Orang tua," gumamku, sambil menunduk.
Rima tertawa sambil mengejek.
"Terima saja, nasibmu....." Ledek Rima dan lari menjauh.
"Awas kau! " kataku, berusaha mengejarnya.
Tapi dia sudah hilang di ujung lorong kelas.
"Kemana dia? Cepat sekali larinya," kataku, sambil mengatur nafas.
"Memang mau liburan kemana?" tanya Mama, sambil menyiapkan, makan malam.
"Papamu sibuk sekali, tidak bisa diganggu," sambung Mama.
"Masa harus di rumah sih, Ma," kataku, sambil membenamkan wajahku di bantal sofa.
"Ketempat nenek saja ya? Kebetulan tadi bu Joko bilang, Rima mau ketempat Ibunya, jadi bisa sama sama," kata Mama, berusaha membangunkanku.
"Terserah deh!" sahutku, sambil memeluk Mama.
"Yang penting, jangan di rumah," sambungku, Mama membelai rambutku, sambil mengangguk.
** Sampai di sini jangankan berbicara bertemu dengan Bimo pun bisa dihitung dengan jari.
** Sabar ya ceritanya masih pengenalan tokoh, nanti yang serunya belum keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Aryani Dinda
itu bukannya masih di sekolah ya Thor kok tiba-tiba dirumah
2021-08-21
0
𝙎𝙞𝙨𝙩𝙚𝙧 ᵇᵉˢᵗ💕
up
2021-06-09
0
𝓢𝓸𝓻𝓪𝔂𝓪##𝓐𝔂𝓪
UP
2021-06-09
0