Rahasia Hati
Satu pesan inbox dari Rima masuk ketika aku baru selesai mandi pagi.
"Halo, Kia! Kamu sudah tahu Bimo meninggal?" tulisnya.
Aku kaget!!
Langsung kubuka profil Rima aku cari pertemanannya. Ada nama Bimo di situ. Aku buka profil Bimo memang benar. Keluarga mengumumkan kematiannya. Meminta doa dan maaf kepada semua teman. Kalau Bimo pernah melakukan salah.
Berarti kabar ini benar pikirku.
"Dia bahkan, belum meminta maaf padaku..." desisku, menatap profilnya.
Pria yang selama sepuluh tahun sangat ku benci itu adalah Bimo. Dia meninggalkanku dengan Wanita lain dan menikah. Tanpa bicara apapun padaku.
Aku bahkan bersumpah tidak akan pernah memaafkannya. Aku mengatakan semua itu, saat terakhir bertemu dengannya.
Otakku masih mengingat semua kejadian itu. Secara detail dan jelas. Satu persatu terlintas seperti film.
"Masih sakit ternyata... "
Aku mengusap dadaku sambil menahan sesak.
"Bisakah aku memafkannya?
Bisakah aku mengikhlaskannya?" tanyaku.
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan menarik napas dalam-dalam.
"Iya... aku sudah tahu," kubalas inbox Rima.
Sekarang aku mengurangi keakrabanku dengan Rima. Dia sudah menikah dan punya dua anak. Dia harus fokus dengan keluarganya pikirku. Makanya aku jarang berkomunikasi dengannya supaya jangan membebani pikirannya.
Kulihat foto terakhir Bimo terbaring di ranjang rumah sakit dengan selang infus dan oksigen. Aku tidak mau menerima pertemananya. Aku masih sangat membencinya.
Di kolom komentar banyak teman- teman menyemangatinya dan mendoakan kesembuhannya. Kanker lambung ternyata penyakit yang merenggut nyawanya.
Mungkin karena kebiasaannya minum-minuman keras sejak SMA menjadi satu faktor penyebabnya. Aku sering menasehatinya tapi dia orang yang keras.
Selama sepuluh tahun aku membencinya dan tidak mau tahu kabarnya. Seperti ketika Rima memyampaikan bahwa Bimo bercerai dengan istrinnya. Aku tidak menghiraukan malah mentertawakan.
"Bagus, dong! Biar dia tahu, rasanya menderita!" kataku, sambil tertawa.
Rahasia, yang kupendam dalam hati. Hanya beberapa orang saja, yang tahu. Dua tahun belakangan baru terungkap. Tapi hatiku sudah membeku untuk memaafkannya.
"Aku tidak akan memaafkannya!" kataku, masih dendam.
Jahat memang tapi ini semua karenanya. Aku bahkan tidak bisa percaya sepenuhnya dengan laki-laki. Karena trauma berhubungan asmara yang serius.
Aku sangat membencinya tapi kenapa ketika mendengar dia meninggal hatiku rasa teriris. Tak terasa air mataku jatuh menetes. Aku berusaha menghentikannya tapi tak bisa.
Sebulan yang lalu Andi sepupuku menelpon mengatakan bertemu Bimo di sebuah Cafe. Mereka mengobrol sangat lama. Saat itulah Bimo menanyakanku. Dia bilang ingin bertemu denganku. Ada sesuatu yang ingin dikatakan sesuatu, yang harus kutahu. Tapi aku tidak menggubris ketika Andi mengatakan semua.
Andi mengatakan, Bimo agak kurusan. Mungkin lagi sakit tapi aku tak perduli. Aku tidak mau bernostalgia dengan masa laluku yang tidak bisa aku maafkan. Semua itu karena sakit yang masih kurasakan. Aku tidak pernah lupa semua yang Bimo lakukan padaku.
"Haruskah aku pulang melayatnya?" tanyaku, dalam hati sambil berpikir.
Aku baru saja minta izin cuti bulan kemarin ketika Papaku sakit.
"Ah, biarlah! Aku ke sana pun tidak ada gunanya juga," pikirku.
Kami memang berbeda Kota. Aku pulang kalau libur kerja atau cuti. Itupun hanya untuk menjenguk Orang tuaku.
Kalau pulang ke sana cuma sebentar. Aku harus bekerja keras menghidupi diriku dan menghilangkan rasa sakit yang pernah ku alami.
Untung saja ada Andi dan istrinya Lala yang menemani Papa dan Mamaku. Andi bekerja di sebuah perusahaan Tambang di Kotaku.
Dia punya Anak kembar merekalah yang menghibur Papa dan Mamaku. Papa sekarang sering bertanya, kapan mau menyusul Andi memberikan Papa seorang Cucu.
Derrrr..ttt.
Handphoneku bergetar kulihat dari Andi.
"Bimo meninggal, Kia!"
Andi berkata padaku.
"Aku sudah tahu... tadi pesan Rima ada di inboxku," jawabku pelan.
"Kamu baik-baik saja, kan? " tanya Andi cemas.
"Ya! Kaget, sih, tapi itu mungkin sudah takdir," kataku, mencoba menutupi sedih.
"Seminggu yang lalu, aku tahu Bimo di rumah sakit," kata Andi.
"Tapi aku tidak sempat menjenguknya," suara Andi parau, seperti menyesalinya.
"Kita doakan saja, lah! Semoga, dia tenang di sana," kataku, pada Andi.
Mencoba untuk kuat, padahal aku pun menangis.
"Kamu harus bisa memaafkanya, Kia! Biar dia tenang," pinta Andi.
"Ya! Akan kucoba, sudah dulu ya, Andi! Aku harus kerja bye..."
Aku mematikan panggilan.
Sepuluh tahun luka ini sudah aku coba untuk menyembuhkannya tapi tetap tidak bisa.
Sosok Bimo terlalu sulit dihapuskan. Ada sesuatu di antara kami yang tidak bisa diubah ada sesuatu yang tidak bisa dihilangkan.
Aku bahkan mencoba berhubungan dengan beberapa Pria. Untuk bisa melupakannya tapi tetap tidak bisa.
Aku juga pernah mencoba melakukan pada Pria lain. Seperti yang Bimo lakukan padaku yaitu berselingkuh. Tapi jadinya aku yang merasa sangat bersalah. Aku bahkan memohon maaf pada mantanku karena melakukan hal tersebut.
Tapi seorang Bimo. Dia melakukannya dan meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Tanpa merasa bersalah sedikitpun tanpa meminta maaf padaku.
Perasaanku tidak karuan bercampur antara sedih marah benci pokoknya tidak bisa di gambarkanlah. Mungkin karena hubunganku dengan Bimo dulu terlalu dalam dan susah dilupakan.
"Ah.. , sudahlah, aku harus berangkat kerja, itu lebih penting sekarang," pikirku dalam hati.
Akupun cepat bergegas dan bersiap ke kantor. Apalagi hari ini, ada rapat dengan Kak Santi jam sembilan pagi.
Aku bekerja di sebuah Kantor perusahaan Telekomunikasi. Sebagai Manager Administrasi dan Keuangan.
Aku dulu bekerja dari seorang Pegawai kontrak. Sampai seperti ini karena ambisi dan usaha yang besar. Semua tidak aku capai dengan mudah. Semua penuh usaha dan perjuangan.
"Kamu sakit, Kia? "
Wiwin menyapaku ketika aku baru keluar dari mobil.
" Tidak... aku baik, kok!" jawabku, sambil mencoba tersenyum.
Wiwin temanku dari pertama bekerja. Dia sekarang staff Financial satu kantor denganku tapi beda divisi.
"Kamu! Seperti orang bingung,," ujarnya, menatapku.
"Aku sehat, kok!" Aku menjawab, sembari meraih tangannya.
"Ayo masuk! Nanti terlambat," ajakku padanya.
Kami pun melangkah menuju pintu masuk. Aku akan fokus dengan bekerja hari ini.
Hal yang lain dipikirkan nantilah karena ini lebih penting pikirku.
** Maaf tempat tempat dalam cerita ini tidak disebutkan secara terperinci karena permintaan ..
** Aku akan upload cerita seminggu 2 kali..
selamat membaca .. terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Mystiqzzy
hai aku mampir saling dukung yah^^
2023-07-08
1
Lisstia
hallo author saya mampir nih
2022-03-31
0
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
true story kahh
2022-03-03
1