Pada akhirnya, Yudhis menyita kamera di tangan Nawang. Dia tidak sekalian mengambil ponsel pintar milik Nawang, karena pikirnya itu terlalu berlebihan. Selain itu, supaya Nawang tidak macam-macam di sana, dia menyuruh pegawai di bagian keamanan untuk mengawasi Nawang lewat kamera CCTV di ruangannya agar dia tidak macam-macam dengan kameranya yang lain.
Nawang sendiri juga tahu batasan. Jika pemiliknya tidak mengizinkan, tentu dia tidak akan melanggar. Apa yang dilakukannya barusan hanyalah candaan antar teman yang sering dilontarkannya pada Yudhis. Dan Yudhis juga paham akan itu. Terlebih dia juga tidak ingin terlalu sering bertengkar dengan satu-satunya sahabat prianya itu. Sudah cukup amarahnya beberapa hari lalu saat Nawang seenaknya merekam Yudhis dalam keadaan santai.
Lagi pula, ada hiburan lain yang bisa mengisi waktunya di ruangan ini. Hal itu tidak lain adalah gaming room yang tersembunyi di balik rak buku.
Ruangan itu memang dibuat khusus untuk Yudhis. Hanya sedikit orang yang tahu ruangan rahasia yang didesikan untuk gaming itu. Dan di tempat itulah biasanya Yudhis melepas penat di sela-sela pekerjaan.
“Udah, lo di sini aja! Gue mau rapat dulu.” pesan Yudhis sebelum pergi.
“Siap, Boss!” sahut Nawang.
Lalu, sekarang Nawang sudah berada di gaming room itu. Sebagai penyuka game, Nawang jelas senang sekali setiap berada di sana. Baginya yang tidak punya ruangan besar untuk bermain di kontrakannya, ruangan itu sudah dianggapnya sebagai surga dunia.
“Saatnya beraksi!”
Dinyalakannya monitor dan console satu persatu. Setelah semuanya sudah menyala, Nawang pun mencari-cari game yang menarik yang sudah terinstal di sana.
“Eh\, buset! Si Yudhistyrex sejak kapan mainan galge*? R rated** pula.” batinnya saat melihat sebuah game berjudul ‘Starry Night’ dengan gambar banyak anak perempuan di layar.
(*Galge = girl game\, game simulasi percintaan untuk pria. **R rated = rating dewasa.)
Tak ayal Nawang pun berpikiran bahwa pria itu memang sedang jatuh cinta dan menggunakan bantuan game ini untuk mendapatkan perempuan yang dia sukai. Sudah begitu, Nawang juga menyadari bahwa Yudhis memang seorang laki-laki tulen yang juga ingin melakukan hal yang dilakukan pria dewasa pada umumnya.
“Gue doain lo berhasil deh, Rex. Aamiin…” doa Nawang dalam hati.
Dilewatinya game itu dan mencari game lainnya. Saat ini dia ingin memainkan game untuk anak-anak saja, karena sedang tidak ingin berpikir.
Dia pilih game dengan judul ‘Cat’s Adventure’ yang sepertinya cocok dengan suasana hatinya sekarang. Tapi, ternyata itu sama sekali bukan game anak-anak yang mudah dan santai. Game petualangan itu cukup susah dan menguras emosinya. Walau begitu, game tersebut sangat membuatnya penasaran hingga tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 19.00.
“Serius amat? Skuy pulang!” ajak Yudhis yang tiba-tiba saja sudah duduk di sebelah Nawang.
“Bentar lagi kelar.” sahut gadis berambut panjang itu.
“Oke. Gue tungguin sampe 10 menit lagi.”
Nawang menanggapi Yudhis hanya dengan anggukan. Dia sedang terlalu asik dengan kucing virtualnya di layar sana. Hingga sepuluh menit pun berlalu dengan Nawang yang gagal menyelesaikan tantangan dari game itu.
“Ini game kenapa susah banget, sih? Ngajak berantem banget sumpah!” rutuk Nawang sambil menutup game yang sedari tadi membuatnya sewot itu. Dia juga merapikan console dan mematikan monitor yang dia pakai.
“Kebetulan developernya itu temen gue. Mau gue protesin ke dia?” tawar Yudhis dengan wajah sombongnya.
“Nggak. Protes sekarang berarti gue ngaku kalah dari ini game. Enak aja!” tolak Nawang.
“Ya udah. Gak jadi. Sekarang pulang kan?” Yudhis mengalihkan pembicaraan.
Diserahkannya kamera Nawang yang tadi dia sita pada pemiliknya.
“Yuk!” sahut Nawang sambil mengambil kamera itu.
Dengan beriringan mereka berdua keluar dari kantor hingga di parkiran. Tidak banyak yang peduli dengan kedekatan keduanya, karena hal itu sudah biasa mereka lihat. Paling-paling mereka hanya sekedar menyapa.
Begitu sampai di dalam mobil, barulah Nawang menyalakan kameranya. Kemudian, sebagai awalan dia muncul dan menyapa para penontonnya terlebih dahulu.
“Hai~ sekarang kita udah mau pulang. Dan di sebelahku juga udah ada Pak Bos favorite kalian semua. Sapa dong, Kak Yudhis!”
Mendengar panggilan ‘kak’ dari mulut Nawang untuknya terasa aneh bagi Yudhis. Tidak biasanya perempuan itu bermanis-manis padanya seperti itu dan dia bisa menebak bahwa itu hanya pencitraan agar Nawang tetap nampak manis di hadapan penontonnya. Untuk mendapatkan image manis itu, Nawang bahkan menyembunyikan umur aslinya, 32 tahun menjadi 26 tahun. Sama-sama umur dewasa memang. Tapi, tentu ada perbedaan besar antara kepala tiga dan kepala dua di mata banyak orang.
“Halo!” sapa Yudhis dengan singkat.
“Kita langsung pulang kan?” tanya Nawang.
Sambil menyalakan mesin mobilnya, Yudhis menjawab, “Hm… kita makan dulu aja. Tadi saya sudah bilang ke Mama dan Mbak Ani bakal makan di luar.”
“Kamu mau makan di mana?” Yudhis bertanya balik.
Tetapi, sebelum Nawang menyahut dia sudah terlebih dulu melanjutkan kata-katanya, “Jangan bilang ‘terserah’ kayak biasanya loh, ya!”
Nawang seketika kesal dan menggembungkan mulutnya.
“Bilang ‘terserah’ tuh udah kewajiban cewek kalo diajak jalan tahu!” kilah Nawang.
Jawaban itu membuat Yudhis terkekeh. Wajah manisnya terekam jelas di kamera Nawang yang terus menyorot ke arahnya. Melihat itu, jiwa licik Nawang pun bersuka cita.
“Wah… kalau senyum gini terus sih, dia udah pasti bakal narik penonton cewek di channel gue. Jujur, gue akuin dia cakep banget apa lagi kalo senyum. Semoga lo senyum terus, biar kasih gue cuan sebanyak-banyaknya! Hahahaha!” pikirnya.
Bukan Yudhis namanya kalau tidak bisa memahami gelagat Nawang. Tapi, untuk sementara waktu, dia akan mengikuti permainan gadis itu. Karena, dia sendiri pun memiliki agenda tersembunyi.
“Sorry, Wang. Bukan gue aja yang lo manfaatin, tapi gue juga manfaatin lo.” pikir pria itu.
Video terus terekam saat di perjalanan bahkan saat mereka makan di sebuah restoran cepat saji dan baru selesai saat sudah sampai di rumah Yudhis. Kurang lebih panjang video ada sekitar dua jam. Menurut Nawang itu sudah cukup untuk dijadikan bahan vlognya. Dia juga sudah mendapatkan gambar dan dialog yang dia harapkan.
“Tumben gak mampir dulu?” tanya Yudhis.
“Gue mau edit videonya langsung. Biar uploadnya juga bisa cepet.” jawabnya.
Yudhis hanya manggut-manggut, sementara Nawang sudah siap-siap mengambil motor maticnya yang sudah dia parkirkan terlebih dahulu di garasi rumah Yudhis.
“Thanks banget buat hari ini. Duluan, ya!” ujar Nawang yang sudah bersiap.
Begitu Nawang menyalakan motornya, Yudhis pun melambaikan tangannya pada Nawang. Dan akhirnya gadis itupun pulang tanpa mengetahui akan ada badai yang menyambutnya di rumah kontrakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments