Sweet Curse
Hari ini Lisa begitu bersemangat karena kedatangan teman sekamar barunya. Sudah cukup lama dia sendirian di kamar ini karena teman sekamarnya yang dulu telah lama pindah.
Apalagi akhir-akhir ini Lisa merasa teman-temannya sedang menjauhinya. Entah bagaimana awalnya dimulai. Yang Lisa ingat, teman sekelasnya terus berkata jika mereka takut berada di dekatnya. Mereka mengatakan bahwa Lisa seperti pembawa sial bagi mereka.
Rumor itu bukannya tanpa dasar. Karena pada kenyataannya semua laki-laki yang berpacaran dengannya akhir-akhir ini, tiba-tiba saja sering mendapatkan musibah dan jatuh sakit.
Padahal sebelumnya Lisa tidak pernah mengalami hal seperti ini. Hubungan Lisa dengan pacarnya selalu berjalan baik jika saja mereka tak mengkhianatinya. Dasar para laki-laki sialan itu.
"Spadaaaa... " Lisa menengok ke arah pintu yang sudah dibuka. Terlihat seorang gadis nyentrik dengan beberapa aksesoris bling bling di kedua pergelangan tangannya tengah berdiri di ambang pintu.
Gadis itu menjatuhkan koper yang sebelumnya masih digenggamnya erat. "Astaga, dewa..." Tiba-tiba saja gadis itu bersujud di depan Lisa. Membuat Lisa mematung tak bisa bereaksi maupun berkata-kata.
Lisa pikir gadis itu akan berdiri jika dia membiarkannya beberapa saat, tapi nyatanya dia tak kunjung bangkit. Padahal gadis itu beberapa kali mengintip Lisa dari bawah sujudnya.
"A-apa keningmu tidak sakit? Kamu tidak ingin berdiri?" Tanyanya perlahan sambil mendekat ke arah gadis yang sepertinya akan menjadi teman sekamarnya.
"Astaga, seorang dewa tengah berbicara kepadaku. Sungguh aku pasti akan sangat diberkati."
Lisa menengok kebelakang. Mencari-cari siapa yang dimaksud gadis itu sebagai dewa. Apa jangan-jangan disekitar sini ada hantu? Apa selama ini kamarnya berhantu? Jangan-jangan hantu itu yang membuatnya memiliki aura kesialan.
"Kamu bisa melihat hantu? Apa di kamar ini ada hantu?"
Mendengar pertanyaan yang cukup aneh, gadis itu perlahan berdiri dan menatap Lisa dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Kamu manusia?"
Lisa menatap teman sekamarnya bingung? Apa dia tampak seperti bukan manusia dimatanya?
"Tentu saja. Apa aku terlihat bukan seperti manusia? Kupikir dilihat dari segi manapun aku terlihat sangat manusia."
"Kamu benar-benar manusia." Ucap gadis itu sambil bertepuk senang.
"Perkenalkan, namaku Jeslyn. Mulai sekarang aku juga akan menjadi penghuni kamar ini, jadi mohon bantuannya."
Lisa menerima uluran tangan Jennie. "Aku Lisa. Aku yang akan menjadi teman sekamarnu."
Jeslyn mengangguk mengerti. Entah kenapa Lisa merasa Jeslyn begitu senang saat ini.
"Energimu begitu luar biasa. Bagaimana bisa manusia memiliki energi sebesar ini? Aku pikir tadi kamu dewa yang sedang beristirahat di kamar ini."
"Energi?"
"Iya energi." Jennie menggandeng tangan Lisa untuk diajaknya duduk di tepi tempat tidur. Entah kenapa dia seperti selalu siap akan hal ini.
"Jadi, manusia itu mempunyai energi di dalam dirinya dan energi setiap manusia selalu berbeda-beda, tergantung bagaimana mereka menjalani hidup dalam kesehariannya. Tingkat suatu energi bisa dilihat dari warna mereka..."
"Kebanyakan manusia hanya memiliki energi berwarna hijau, itu adalah energi alam, energi murni yang dimiliki setiap orang. Yang kedua memiliki warna kuning, kebanyakan dimiliki oleh orang yang memiliki gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan, tidur dan olah raga. Ketiga warna oranye, orang yang memiliki energi ini biasanya memiliki keahlian tertentu seperti IQ tinggi diluar nalar manusia, atau tubuh sekuat baja yang seperti tak akan tergores benda tajam. Mungkin kita bisa mengambil contoh mereka biasanya orang-orang yang berada di dalam pasukan khusus militer. Yang keempat berwarna jingga, pemilik energi ini agak..." Jeslyn memutar jari telunjuk si samping pelipisnya.
"Aku menyebutnya sedikit gila, mereka pintar, tubuh sekuat baja, pokoknya gabungan dari semua warna sebelumnya. Kebanyakan mereka sedikit memiliki sifat psikopat. Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan pemilik energi ini. Yang kelima berwarna merah muda, keenam berwarna merah menyala dan ketujuh berwarna merah gelap. Ketiga warna terakhir bahkan aku tidak pernah membayangkan akan ada manusia yang memilikinya. Hanya para dewa-dewa yang memiliki warna energi ini."
"Lalu bagaimana dengan warna energiku?" Tanya Lisa penasaran.
"Cukup mengesankan dan sangat tak terduga energimu berwarna merah gelap. Maka dari itu aku sangat ketakutan tadi."
"Apa ini yang membuatku jadi sial?"
"Sial? Tidak mungkin, yang ada energi ini akan selalu melindungimu."
"Tapi akhir-akhir ini saat aku memiliki pacar, mereka pasti akan mendapatkan sial."
"Akhir-akhir ini? Berarti sebelumnya tidak pernah terjadi?" Lisa mengangguk mengiyakan.
Jeslyn tampak menimang sejenak. Tentu ada alasan kenapa tiba-tiba saja Lisa mendapatkan energi sebesar ini. "Apa jangan-jangan kamu baru saja bertemu dengan dewa? Benar, tidak salah lagi."
"Mana mungkin, aku bahkan tidak bisa melihat mereka."
"Sebenarnya dewa tak selalu kasat mata. Kadang mereka akan berubah bentuk menjadi seekor hewan tertentu jika ingin manusia dapat melihat mereka. Dalam hal ini biasanya mereka ingin meminta bantuan pada manusia."
Sedikit mengingat, sepertinya beberapa minggu terakhir tidak ada hal yang istimewa. Tunggu, dia merasa kesialan ini terjadi setelah setelah ujian semester selesai. Saat itu Lisa dan teman-temannya pergi ke hutan belakang gedung sekolah. Lisa menjentikkan jari.
"Aku tahu! Aku pernah menolong seekor ular hitam kecil yang terluka di hutan. Karena kasihan dan kupikir dia tampak lucu , jadi aku membawanya pulang."
Walaupun saat itu teman-temannya bersikeras meminta Lisa untuk meninggalkan ular itu. Karena mereka tak tahu ular itu berbisa atau tidak. Tapi Lisa tetap bersikeras membawanya pulang, karena memiliki sepasang telinga di atas kepalanya. Dia bahkan sempat merawat dan memberi makan ular kecil itu selama tujuh hari.
"Tidak salah lagi. Pasti ular itu jelmaan dari dewa dan kamu telah diberkati karena menolongnya. Irinya..."
"Apanya yang mau diirikan? Aku bahkan dihindari semua teman sekelasku gara-gara ini."
"Itu karena mereka bodoh. Dengar ya, energi ini itu sangat istimewa. Aku akan memberitahumu satu rahasia. Aku sebenarnya bisa melihat hantu."
Lisa tampak tak terkejut dengan rahasia milik Jeslyn. "Aku tahu."
"Bukan begitu, dengarkan dulu sampai habis. Karena aku bisa melihat mereka.. mereka selalu saja mengekoriku di sepanjang jalan. Bahkan sebelum aku kesini sudah tak terhitung berapa banyaknya mereka yang mengikutiku. Tapi.. setelah aku berada tak jauh dari bangunan ini tiba-tiba saja mereka menghilang. Mereka tidak berani mendekat karena energimu. Jadi secara tidak langsung kamu telah menyelamatkanku."
"Jika memang begitu, lalu kenapa pacarku selalu jatuh sakit setelah berpacaran denganku?"
"Apa kalian berciuman?"
Mata Lisa melotot tak percaya mendengar pertanyaan frontal Jeslyn. "T-tentu saja. Siapa orang yang berpacaran tanpa melakukan ciuman?"
"Pantas saja. Itu karena mereka tidak kuat menampung energi yang kamu salurkan melalui ciuman."
"Jadi bagaimana ini? Apa aku selamanya tidak akan bisa berciuman lagi? Lalu apa aku nanti tidak bisa menikah dan memiliki suami? Aku tidak mau melajang seumur hidup!!!"
"Tenang.. santai.. rileks.. tarik nafas buang, tarik nafas buang." Lisa melakukan apa yang diperintahkan Jeslyn padanya. Menarik dan membuang nafas secara berkala.
"Seharusnya tidak apa jika orang itu memiliki energi di tingkat keempat. Lebih jelasnya akan aku tanyakan kepada ibuku nanti jika kamu mau."
"Tunggu dulu! Bukannya kamu bilang tadi pemilik energi jingga itu seorang psikopat?! Kamu gila! Aku lebih memilih melajang seumur hidup daripada harus memiliki pacar seorang psikopat."
"Aku hanya mengatakan apa yang ibuku katakan. Kenapa kamu jadi marah-marah?"
Lisa langsung mematung. Persetan dengan energi dewa. Apa istimewanya jika tak ada hal bagus yang terjadi padanya.
#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments