Hanya Ingin Berteman

Selesai jam sekolah, tanpa menunggu lagi Lisa langsung menuju ruang klub taekwondo. Bahkan dia tak menunggu Jeslyn yang masih ada kepentingan di ruang guru.

Semuanya bukan hanya menyangkut cinta, tapi juga hidupnya. Lisa tidak ingin mati muda dengan alasan konyol seperti diburu oleh dewa.

Beruntung Jeslyn mengenal wakil ketua klub dan sudah mengatakan tentang keinginan Lisa yang ingin ikut bergabung.

Kini ditengah jam latihan tiba-tiba saja Lisa datang sambil membuka kedua pintu lapangan latihan lebar-lebar. Membuat semua orang yang berlatih disana menatapnya aneh.

Lisa hanya memasang senyum canggung sambil sedikit memberi salam. Matanya bergegas mencari keberadaan Yessi untuk mengurus keikutsertaannya.

"Kamu pasti Lisa ya?" Tanya seorang perempuan berkulit putih dengan pipi cabi yang sekarang memakai sabuk hitam.

"Iya, aku Lisa. Kamu Yessi, kan?"

Yessi mengangguk. "Ayo ikut aku. Kita urus keanggotaanmu."

"Apa yang kamu lakukan disini?" Lisa berhenti saat mendengar suara tak asing menyambut telinganya. Dia tak berani berbalik. Pasti sekarang Juna memasang wajah marah.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Yerin bergantian menatap keduanya.

"Tidak."

"Tidak." Ucap keduanya bersamaan.

"Tidak. Aku tidak mengenalnya." Tambah Juna menegaskan yang membuat Yessi tersenyum curiga.

Yessi semakin penasaran dan merasa mungkin ini akan menarik. "Benarkah? Kalau begitu aku perkenalkan dia padamu." Yessi membalikkan badan Lisa untuk menatap ke arah Juna.

"Namanya Lisa dan dia akan bergabung bersama klub taekwondo kita."

"Tidak, aku menolaknya bergabung."

Melihat Lisa yang terus menunduk di depan Juna dan melihat bagaimana ketuanya itu bersikeras menolak Lisa, Yessi semakin ingin memasukkan Lisa ke dalam klub.

Kapan lagi kan Yessi bisa melihat Juna ekspresif seperti sekarang. Karena sebelumnya laki-laki itu hanya akan bertampang dingin. Bahkan saat marahpun wajahnya datar-datar saja. Sepertinya dengan adanya Lisa akan membuat klub taekwondo ini lebih hidup. Setidaknya membuat ekspresi wajah Juna lebih hidup.

"Tidak bisa. Kita harus menerima Lisa. Klub kita benar-benar kekurangan anggota perempuan dan sebentar lagi akan ada pertandingan. Kita bahkan tidak memiliki anggota perempuan diangkatanmu. Aku tidak mau kita tidak bisa ikut serta hanya karna kurangnya anggota."

"Silahkan masukkan orang dari manapun sesukamu, tapi apa kamu yakin dia bisa taekwondo?"

Yessi semakin yakin kalau ada sesuatu diantara keduanya. Atau jangan-jangan Lisa ini mantan pacarnya Juna?

"Bagaimana kalau begini. Kita tes Lisa sekarang."

Lisa langsung menatap tajam ke arah Yessi. Yessi yang ditatap seperti itu langsung paham kalau Lisa keberatan dengan usulannya. Sepertinya Lisa belum mahir taekwondo.

"Aku akan jadi lawannya."

"Tidak. Karena dia pemula, kita hanya akan menguji tendangannya saja. Siapa yang mau menahannya?"

Bambam mengacung tinggi. Dia mengambil sebuah benda berbentuk persegi panjang dan langsung menuju ke arah mereka.

"Baik. Begitu lebih baik, kalau begitu aku akan mengantar Lisa berganti pakaian." Ucap Yerin setuju.

"Tidak perlu, lagian dia juga sudah memakai pakaian Olahraga." Tahan Juna. Dia tak ingin waktu latihan mereka jadi banyak terbuang hanya karena satu tendangan. Lisa mengangguk mengerti. Kemudian berjalan ke tengah lapangan bersama Baim.

Sebenarnya Yessi ingin memberikan sedikit masukan tentang taekwondo pada Lisa, tapi sepertinya dia gagal memiliki kesempatan itu.

Lisa berdiri kikuk dihadapan Baim. Nyatanya dia tak tahu apapun tentang taekwondo. Bodohnya dia. Seharusnya sebelum kesini dia mencari tahu sedikit tentang dasar-dasar bela diri ini

"Tendang saja di benda ini." Ucap Baim lirih sambil menggerakkan bantalan hitam yang dia pegang.

Lisa mengangguk mengerti. Dia mulai melakukan ancang-ancang untuk menendang. Dia bahkan sedikit melompat karena Bamlim meletakkan bantalan itu cukup tinggi. Mungkin Baim lupa jika sekarang dia tidak sedang berlatih dengan teman-temannya yang lain.

Tak disangka, Lisa yang mereka sangka mungkin hanya melakukan tendangan lemah. Nyatanya kini berhasil membuat Baim terdorong mundur hingga beberapa meter. Membuat semua orang yang berada disana berdiri dan menatap Lisa takjub. Yessi sampai harus menutup mulut dengan kedua tangannya saking terkejutnya.

Tidak hanya mereka, bahkan Lisa juga terkejut dengan dirinya sendiri. Dia langsung menghampiri Baim dan membantu laki-laki itu berdiri.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud.. apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Lisa khawatir.

Bukannya marah, Baim malah memberinya dua jempol. "Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu bisa taekwondo?"

"Aku.. aku tidak.."

Baim kembali berdiri dan kemudian menatap ke arah teman-temannya. "Siapa yang setuju kalau Lisa ikut bergabung?"

Semua orang yang ada disana mengacungkan jari, kecuali Juna. Kalau begini Juna tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya.

"Mau kemana?" Tanya Yessi menahan tangan Juna yang akan pergi dari sana.

"Apa maumu?"

"Aku yang harusnya bertanya kamu mau kemana? Latihan belum selesai dan kamu memiliki anggota baru."

"Kenapa bukan kamu saja yang melatihnya?"

"Tidak bisa. Kamu jauh lebih baik dari aku saat melatih. Apalagi Lisa masih pemula. Melihat bagaimana dia menendang tadi, tentu Lisa bisa jadi bibit unggul di tim kita. Jadi dia tidak bisa dilatih sembarangan."

"Aku tidak akan melatihnya. Apa kamu tidak dengar?"

"Kamu berani melawan kakak seniormu?" Tanya Yessi mulai kesal. Kalau sudah begini Yessi hanya bisa memakai kartu seniornya. Tentu saja hal itu selalu berhasil pada Juna. Lihat sendiri bagaimana sekarang Juna berhenti menyela.

"Kalau begitu aku percayakan Lisa kepadamu." Ucap Yessi menepuk bahu Juna dan kemudian berjalan ke ruangan untuk mengambilkan Lisa baju seragam.

"Ikut aku." Ucap Juna yang langsung disanggupi oleh Lisa. Susah payah Lisa terus menahan degub jantungnya agar lebih tenang. Lisa hanya takut jika Juna akan melakukan hal yang sama seperti kemarin.

"Apa maumu? Kenapa mengikutiku sampai seperti ini?"

"A-aku tidak mengikutimu. Siapa yang mengikutimu? Dasar narsis!" Ucap Lisa setengah takut setengah berani.

"Apapun maumu cepat katakan sekarang. Aku tak ada waktu untuk bermain-main."

"Aku juga tidak datang kesini untuk bermain."

"Apa kamu menyukaiku?"

Pertanyaan Juna langsung membuat wajah Lisa berubah ngeri. "Lalu apa?" Tanya Juna yang menyadari penolakan dari raut wajah Lisa.

"Kenapa kamu ketus sekali sih? Apa begini caramu berterima kasih pada penyelamatmu?"

Brak...

Tiba-tiba saja tubuh Lisa terdorong sampai membentur pintu loker. Lisa berdesis karena sekarang punggungnya sangat sakit. Lagi, Juna mendorongnya lagi seperti kemarin. Lagi-lagi Juna mengunci tubuhnya.

"Siapa saja yang tahu?"

"Hisss.. ini sakit banget. Lepasin dulu tanganmu."

Jangan banyak bicara cepat katakan siapa saja yang tahu?" Lagi-lagi Juna mendorong tubuh Lisa. Mungkin sekarang pintu loker di belakangnya akan penyok.

"Siapa lagi? Tentu saja aku dan Jennie. Kita berdua kan orang yang menolongmu."

"Kamu menceritakan hal ini pada orang lain?" Lisa menggeleng kecil. Mendengar itu Juna melepaskan tubuh Lisa.

"Kamu ingin aku mengganti kerugian karena telah menyelamatkanku?"

"Bukan begitu, aku hanya ingin menjadi temanmu."

Kening Juna mengerut. Membuat wajah dinginnya terlihat berkali lipat lebih menyeramkan. "Itu tidak akan berhasil."

"Kenapa?" Tanya Lisa tak terima. Apa Juna memandang rendah dirinya karena tak selevel dengannya?

"Pokoknya tidak bisa, sebaiknya kamu menyerah." Ucapnya setelah itu pergi meninggalkan Lisa.

#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!