"PULANGNYA SARI"

Setelah kejadian itu, ibu memutuskan untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga.

Namun walau dengan begitu kondisi kami belum juga kunjung berubah. Walau tinggal di desa kami hidup rukun dengan warga setempat. Gotong Royong antara warga desa memang masih sangat kental di sini,

namun banyak nya warga yang miskin seperti keluarga ku, membuat sebagian warga desa yang memiliki sawah, mereka memperkerjakan kami yang memang kesulitan ekonomi.

********

Ayah, Ibu. ikan nya sudah masak. ayo kita makan sekarang" panggilku pada dua malaikat ku.

Tak lama setelah ku panggil, Ayah dan Ibu datang menghampiri ku di dapur.

"Ayo kita makan sekarang" Ucap Ayah.

Kami bertiga pun makan dengan lauk ikan yang Ayah bawa tadi dari sawah. Kami makan dengan lahap nya. kebiasaan makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang. selalu Ayah menerapkan Ajaran Islam padaku dan Ibu.

Hari itu.......

Ku lihat salah satu Anak gadis di kampung tempat tinggal ku baru saja kembali setelah merantau di kota. dia pulang dengan penampilan yang sangat jauh berbeda. dengan tas yang ia tenteng, dan koper besar yang ia seret.

Dia memakai celana jeans ketat. dan kaos serta kaget jeans pula. penampilan nya sangat jauh berbeda, dia seperti orang kota. apalagi kaca mata besar yang ia pakai. seperti milik salah satu artis yang sangat fenomenal.

"Sari...." panggilku pada gadis yang tak lain pernah menjadi teman ku.

"Iya" jawabnya seraya membuka kaca mata besarnya.

"Ya ampun, kamu berubah. benar benar cantik dan bergaya" ucapku.

"Iya dong, aku kan kerja di kota. punya penghasilan untuk merawat diri dan membeli apapun yang mau aku beli" jawabnya.

"Eemm, enak gak tinggal di kota?" ucapku penasaran. karna sejujurnya aku pun ingin merasakan merantau seperti apa?.

"Enak lah, di sana itu banyak gedung gedung tinggi, mobil dan motor yang bagus bagus. pokonya enak deh" jawabnya.

Kini Sari sudah di dikerubungi banyak orang, rupanya bukan aku saja yang penasaran akan kehidupan di kota, beberapa muda mudi dan beberapa warga kampung juga merasa heran dengan perubahan pada diri Sari.

Sari yang dulu selalu memakai pakaian seperti ku, kini berubah drastis. penampilan nya sangat amat jauh berbeda.

"Sari, kamu berbeda sekali?"

"Ya ampun kamu tambah cantik"

"Wah Sari, kamu sudah sukses ya di kota?"

"Ceritain dong di sana itu seperti apa?"

"Wah Sari, banyak sekali barang bawaan kamu? pasti oleh oleh untuk orang tuamu banyak ya?"

Beberapa pertanyaan menghujani Sari, yang memang berpenampilan jauh berbeda.

Sepertinya Sari sudah sukses dan berhasil di kota. Aku jadi ingin merasakan tinggal di kota seperti apa?

Setelah Sari dan beberapa orang berjalan ke arah rumah nya Sari, aku pun berjalan kembali ke rumah ku. Pikiran ku terganggu akan kesuksesan yang berhasil di gapai oleh Sari,

"Assalamualaikum" ucap ku kala memasuki rumah.

"Waalaikumusallam" jawab ibu dan Ayah yang berada di ruang tamu.

"Lama sekali Nak, Warung nya Bu darmi sedang ramai?" tanya ibu padaku.

"Tidak Bu, Tadi Mila bertemu Sari yang baru pulang" jawabku seraya duduk di samping ibu.

"Sari? Eemm sari anak nya Bu Leha?" tanya ibu.

"Iya Bu, Dia tadi baru pulang merantau dan penampilan nya jauh berbeda, Sari bertambah cantik. dan dia membawa banyak sekali oleh oleh dan barang" jawabku antusias.

"Alhamdulilah, Kalau Sari sudah sukses" ucap Ayah seraya terus memandang TV tabung yang berukuran sangat kecil.

"Iya Yah, Eemm, Kalau Mila mau ikut kerja seperti sari boleh gak? biar Mila bisa membantu perekonomian Ayah dan Ibu?" ucapku sambil menunduk.

Tidak ada jawaban dalam beberapa saat. Ku lihat Ayah dan Ibu menatap ku lekat. membuat ku gugup.

"Kamu mau merantau Nak?" tanya ibu yang masih memandangku.

"Iya Bu, Mila ingin merantau ke kota seperti Sari, Kalau Mila merantau terus punya pekerjaan yang bagus. Mila bisa membantu perekonomian kita. Ayah dan ibu tidak perlu cape cape kerja lagi. cukup Mila yang kerja dan mengirim uang" jawabku panjang lebar.

Ayah tidak menjawab sama sekali ucapan ku. dia masih terus menatapku lekat. entah apa yang ada di pikiran Ayah saat ini padaku?

"Kamu yakin Nak, kamu yakin mau meninggalkan Ibu dan Ayah?" tanya ibu yang menahan bulir bening di sudut matanya.

Ku lihat mata ibu berkaca kaca. Apa ucapan ku menyakiti hati beliau?

Ya Allah, maaf kan Hamba jika aku secara tak sengaja menyakiti hati wanita mulia, yang telah melahirkan dan membesarkan ku.

"Bu, Ibu kenapa menangis? Maaf Bu Maafkan Mila. Mila tak bermaksud menyakiti Ibu" ucapku seraya duduk di hadapan ibu dan memeluk lutut nya.

Dan benar saja, tangis ibu benar benar tumpah. tak kuasa rasanya aku mendengar tangisan ibu. hatiku begitu sakit kala mendengar tangisan ibu benar benar pecah.

"Tidak Nak, kamu tidak menyakiti hati Ibu" jawabnya seraya memaksaku bangkit dari bawah.

"Lalu, mengapa Ibu menangis?" tanyaku.

"Ibu masih belum sanggup jika harus berpisah dengan mu Nak," jawabnya seraya menunduk.

Ku lihat Ayah pun ikut mengusap matanya. Rupanya bukan hanya Ibu, namun Ayah pun juga ikut menangis.

"Nak, Ayah tahu kamu sudah remaja, melihat teman mu sukses di kota pasti membuatmu juga ingin seperti dia. terlebih niat mu begitu mulia, kamu ingin membantu perekonomian keluarga kita yang memang di bawah rata rata. Namun Ayah masih sangat berat melepas mu pergi jauh dari pandangan Ayah. Maaf kan Ayah Nak, Maaf kan Ayah yang tidak mampu memberikan kehidupan yang layak untukmu. dan tidak bisa membahagiakan mu seperti yang di dapat Anak anak yang lain" ucap Ayah seraya mengusap air matanya.

Ku hampiri Ayah dan memeluk tangan nya.

"Tidak Yah, Ayah adalah Ayah terbaik di seluruh dunia. Mila begitu bahagia memiliki Ayah dan Ibu. Maaf kan Mila Yah, karna Mila terus mengatakan tentang merantau di kota. Mila janji, Mila tidak akan mengucapkan itu lagi" jawabku pada Ayah.

Jujur saja ada penyesalan yang teramat sangat dalam. kala melihat kedua orang tuaku menangis karna perkataan Ku.

"Tidak Nak, kamu sama sekali tidak salah dan berdosa. Ini semua salah Ayah. Ayah janji suatu saat nanti Ayah akan mengijinkan mu untuk merantau ke kota seperti yang kamu inginkan. tapi beri Ayah sedikit waktu. untuk mengumpulkan bekal untuk mu selama di sana. dan mempersiapkan diri untuk melepas dan jauh darimu Nak" ucap Ayah seraya mengusap air mataku.

Ku tatap manik Ayah, yang berusaha menahan kesedihan di sana. namun berusaha tetap tegar seperti biasanya.

"Tidak Yah, jika Ayah belum mengijinkan Mila untuk pergi, Mila tidak akan pernah pergi" jawabku meyakinkan diri

"Kamu yang sabar ya Nak, suatu hari nanti kami pasti mengijinkan mu untuk pergi merantau seperti Sari" ucap ibu seraya mengelus pucuk kepala ku.

Ku tatap wajah ibu. wajah wanita yang telah melahirkan ku, wanita yang mengurusku dengan penuh kasih sayang.

ku peluk kedua orang tua ku.

"Maaf kan Mila ya Yah,Bu. Ayah dan ibu tidak perlu memikirkan ucapan Mila. Mila tidak akan pernah mengulangi ucapan Mila yang tadi" ucapku.

Kami pun saling larut dalam kesedihan kami masing masing. sebenarnya kehidupan ku begitu teramat bahagia. memiliki kedua orang tua yang teramat sangat menyayangiku. tidak pernah memarahi dan berkata kasar padaku.

kami selalu hidup rukun bertiga.

Hanya, aku sangat ingin merasakan bekerja di kota. dan tujuan ku ingin sekali membantu perekonomian keluarga. aku juga ingin bisa memberikan gaji tiap bulan pada orang tuaku.

Namun aku tak boleh egois. jika Ayah dan ibu masih belum siap jauh dariku. maka aku tidak akan meninggalkan mereka....

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

☺🤝👍

2023-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!