“Sial..” umpat Preston, tapi sayangnya umpatan itu masih terdengar di telinga Lion.
Dor...
Mereka kaget mendengar suara tembakan yang memekakkan telinganya. Mereka menundukan kepalanya dalam, tau siapa yang melakukannya.
Srek...Srek..
Mereka mendongak menatap ke arah pintu dan shock melihat berkas di tangan Lion di robek.
Lion tersenyum miring melihat mereka yang kaget dan shock. Dia melangkah kembali mendekati mereka semua. Menatap mereka datar dan dingin.
“Kalian ingin berkas ini bukan, ambil ini. Aku tak sudi lagi bekerja sama dengan penjilat seperti kalian semua.” Tukas Lion melemparkan berkas di tangannya yang sudah dia robek di bagaian namanya.
Elard memang sengaja menyimpan namanya paling ujung di lembar berkas di tangannya. Agar memudahkan dia merobek bagiannya.
“Tuan, jangan seperti ini. Tuan Lion. .. Tuan.”
Elard terus melangkah lebar keluar dari ruang VIP dimana dia dan ke empat rekan bisnisnya bertemu. Bukan rekan bisnis, tapi mantan rekan bisnisnya mulai malam ini. Elard sudah lama ingin mengakhiri kerja sama ini. Dia sudah tau bagaimana mereka berempat hanya memanfaatkan nya saja. Itu sebabnya, dia sengaja meminta mereka berkumpul di sini dan mengakhiri semua kerja samanya.
Gara-gara mereka dia rugi hampir ratusan juta dolar. Sebelumnya dia sudah tau sejak mereka bekerja sama selama tiga bulan. Tapi dia diam saja, dia membiarkan mereka berbuat sesukanya. Dia pikir itu adalah kesalahan kecil dan selisih yang tak sengaja. Tapi tak lama kemudian Elard baru sadar jika mereka memang licik dan sedang memanfaatkan nya.
Di depan, seorang wanita memakai pakaian sangat seksi berdiri dan berpose menggoda. Elard tak perduli dengan wanita yang berdiri menghadangnya. Dia mendorong wanita yang nyaris tak memakai pakaian ditubuhnya.
“Tuan..”
Click..
“Menyingkir atau ku ledakkan kepalamu.” Ancamnya pada wanita yang berdiri di depannya.
Sedangkan wanita di depan Lion beringsut mundur ke belakang saat melihat sebuah senjata api mengarah padanya.
“Sial..” Umpat Elard melangkah lebar keluar dari club malam dan berjalan menuju parkiran.
Brak..
Elard masuk ke dalam mobilnya dan menghembuskan nafasnya perlahan. Mencoba mengatur emosinya, agar tak menghancurkan tempat ini.
Tak lama kemudian, Jefri masuk ke dalam kursi kemudi dan menginjak pedal gasnya meninggalkan club. Setengah jam berkendara, Jefri melirik ke belakang dimana tuannya duduk.
“Tuan bagaimana dengan pestanya.” Tanya Jefri yang menyetir mobil tuannya. Dia pikir tuannya lupa dengan pesta malam ini.
Elard melirik ke arah asistennya, dia menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan nya mengendurkan dasi yang di pakaiannya yang seperti mencekik lehernya.
Jefri hanya diam saja saat tak mendengar jawaban tuannya. Kakinya masih menginjak pedal gas mobil yang dikendarai. Sesekali matanya melirik ke arah kaca spion.
“Aku membencinya.” Gumam Elard lirih. Ya Elard sangat membenci sebuah pesta. Apalagi pesta itu di lakukan di dalam mension mewahnya.
Elard sebelumnya tak tau, mereka membuat pesta di mension mewahnya. Karna tiga hari yang lalu dia pergi ke kota Tiongkok dan baru pagi tadi dia kembali pulang.
Dan siapa sangka sampai di Las Vegas, dia mendengar jika di mension mewahnya, malam nanti akan ada pesta. Dan semua itu tanpa sepengetahuannya.
Dert.. Dert..
Elard mengeraskan rahangnya mendengar ponselnya yang bergetar. Itu pasti dari pamannya, Robin siapa lagi. Hanya pria tua itu yang selalu merusuh nya.
Jefri hanya melirik kearah tuannya melalui kaca spion. Dia tau saat ini, tuannya sedang menahan emosi.
Elard mengambil ponselnya dan mematikan ponselnya. Telinganya panas mendengar ponselnya terus berdering.
Hingga satu jam berkendara, mobil yang di tumpangi Elard sampai di sebuah apartemen mewah. Disinilah jika Elard ingin menyendiri. Dia akan tinggal di apartemen mewahnya dari pada kembali ke mension mewahnya. Padahal itu mension mewahnya sendiri. Tapi Elard lebih nyaman tinggal di apartemen mewahnya dari pada di mension. Selain di sini tenang dan sunyi, di apartemen ini juga tak ada yang mengganggu nya.
Apalagi saat ini, di mension mewahnya ada pesta, Elard dan dia sangat membencinya.
Elard melangkah lebar memasuki pintu lift dan naik ke lantai paling tinggi di mana apartemen mewahnya berada. Tak sampai beberapa menit pintu lift terbuka dan Elard kembali melangkah beberapa langkah dan dia sudah sampai di apartemen mewahnya.
Jefri membuka pintu apartemen untuk tuannya. Dia kembali menutup pintunya setelah dirinya juga ikut masuk ke dalam.
“Tuan bagaimana dengan berkas yang dari Tiongkok.” Ucap Jefri melihat Elard melangkah lebar masuk ke dalam kamarnya.
Elard berbalik lagi dan mengambil berkas di tangan Jefri, kemudian kembali melangkah ke dalam kamarnya. Sampai di kamarnya, Elard menyimpan berkas di tangannya dan melangkah ke dalam kamar mandi. Setengah jam di kamar mandi, Elard keluar dengan wajah segarnya. Dia melangkah mendekati lemari pakaian yang tersimpan di pojok kanan.
Elard mengambil setelan formal berwarna hitam dan memakainya. Tangannya membuka laci dsn mengambil salah satu koleksi jam mahal miliknya dan memakainya.
“Tuan_”
“Kita akan pergi Jef... Aku tak ingin terlihat buruk di hadapan semua orang.” Sahut Elard.
Jefri menganggukan kepalanya mengerti. Dia berdiri di depan pintu kamar tuannya.
*
Di mension utama..
“Apa kau sudah menelpon Lion.?” Tanya Robin pada salah satu wanita yang sedang berkumpul bersama dengan para sahabatnya.
Airin Zemira, dialah wanita yang paling mencolok di antara mereka. Wanita paling cantik dan seksi blasteran Amerika Belanda, bertubuh tinggi semampai dan tentunya sangat seksi. Wajah sedikit tirus, hidung mancung dan bibir seksinya yang banyak menyihir kaum adam. Sayangnya, wanita cantik ini sudah menjatuhkan hatinya pada seorang pria yang di cintainya. Padahal banyak pria yang tergila-gila dengannya.
Wanita cantik dan bertubuh seksi ini juga berprofesi sebagai model dan aktris. Wajar saja dia menjadi incaran dan pujaan banyaknya kaum adam. Dia juga menjadi wanita yang paling di puja oleh para pria.
Tapi Airin sudah menjatuhkan hatinya pada pria yang di puja nya. sayangnya orang yang paling di pujanya sama sekali tak pernah menoleh ke arahnya.
“Ya..” jawab Airin menoleh ke arah pria paruh baya yang berdiri menghampirinya. Robin menganggukan kepalanya mengerti, dia berbalik kembali dan melangkah mendekati para tamu undangan.
Sementara Airin mengedarkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka lebar. Apa Lion tak kembali pulang ke mension lagi.
“Apa kau yakin dia pulang malam ini, Sesil.?” Tanyanya pada wanita di sampingnya, yang menjadi asisten nya.
“Iya nyonya.” Jawab Sesil menundukkan kepalanya.
“Kau memang beruntung Ai, bisa mendapatkannya pria dingin itu.” Ucap salah satu sahabatnya yang berdiri di sampingnya. Dan yang lain menganggukan kepalanya mengiyakan.
Airin tersenyum manis, dia bahagia mendengar pujian para sahabatnya yang sama seperti dirinya menjadi artis dan juga model. Satu lagi sahabatnya berdiri tak jauh dirinya, dia adalah putri dari anak pejabat negara.
“Tentu saja, aku bisa menaklukkan nya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Renny Utama
nona? apa nyonya?
2023-11-30
0
Kayanamikhayla
elard ne tempramen kyk luis
2023-01-02
0
Dwi Trisna
masih nyimak alurnya...
2023-01-01
0