Bab 5

Sekeluar dari ruangan ayah ya, Elan segera menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur, ia begitu lelah hari ini karena sudah menjadi buron anak buah ayahnya sendiri.

Setelah pelarian panjangnya akhirnya ketangkep juga, tapi paling tidak hari ini ia terbebas dari les pelajaran tambahan dari orang tuanya.

“Pasti nih gara-gara si brokoli, makanya ayah tahu persembunyian gue! Emang dasar ya kalau berhadapan sama tukang ngadu!” gerutunya kesal.

Ia tahu jika ini ulah adik perempuannya yang bernama Keysa, mereka selama ini memang jarang akur.

Apalagi setelah adiknya menjadi kesayangan semua orang membuat Elan semakin kesal.

Hihihiiiiiii …..

Elan meremas bantalnya dan melemparnya begitu saja, ia segera bangun dari tidurnya saat ponselnya berdering.

"Siapa lagi yang gangguin!?" gumamnya kesal tapi tetap saja ia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas punggung berwarna coklat itu,

"Hahhh, bang Gara lagi!?" gumamnya terlihat khawatir. "Pasti kena omel lagi nih!?"

Elan pun perlahan menggeser tombol terima dan menempeljan benda pipih itu di daun telinga sebelah kanan,

"Ya bang!?"

"Aku sudah mendengar soal nilai ujianmu dari Tante Nadin!?" ucap di seberang sana dengan suara beratnya.

"Itu hanya pemanasan bang, nanti saat ujian akhir sekolah Elan juga juara satu!"

"Jangan sombong, Abang nggak akan pikir panjang kalau kamu tetap seperti itu, Abang akan benar-benar bertindak!"

"Ya elah bang, Elan ini sebenernya otaknya sebelas dua belas sama Abang, hanya saja Elan memang belum nunjukin aja! Moms Ara tahu itu!"

"Jangan bawa-bawa mammy ya, ini urusan laki-laki! bikin malu aja,"

"Kayak kak Naya nggak gini aja dulu!?" gumam Elan tapi masih bisa di dengar oleh orang yang ada di seberang sana.

"Kamu laki, Lan. Punya tanggung jawab besar, jangan semaunya sendiri."

"Iya bang, ya udah lah, Elan ngantuk. Di sambung besok ya!?"

Elan pun mematikan sambungan telponnya secara sepihak, ia tahu apa konsekwensinya kalau sampai abangnya itu marah. Ia bisa membawanya ke Prancis dan sekolah di sana, dan ia yakin aturan Gara Tidka jauh beda dengan aturan ayahnya.

Hehhhh ....

Elan kembali menghela nafas dan melempar ponselnya begitu saja di atas tempat tidur.

Ia kembali teringat janjinya pada sang ayah, jika ujian kemarin saja ia mendapat urutan ke seratus dari seratus lima siswa, bagaimana ujiannya selanjutnya.

“Salah ngomong deh kayaknya gue sama ayah! Sama bang Gara juga!” ucap Elan sambil memegangi kepalanya.

“Salah ngomong apa?” tanya seseorang yang sudah entah sejak kapan berdiri di pintu kamarnya, dia adalah Nadin, bunda nya.

“Bunda!” pekik Elan yang cukup terkejut.

Bundanya pun masuk ke dalam kamar sambil mata menatap tajam padanya meminta penjelasan pada putranya itu.

"sini!” ucap Nadin sambil melambaikan tangannya pada Elan dan Elan sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Bun_, sebenernya itu Elan lagi ada urusan makanya Elan pergi nggak ijin dulu sama bunda, sungguh!” ucap Elan sambil menakupkan kedua tangannya di depan dada.

Dan Nadin pun mengubah ekspresi wajahnya, ia tersenyum,

“Emang bunda mau ngapain, bunda nggak ngapa-ngapain!”

Nadin pun mengembangkan kedua tangannya bersiap menerima pelukan sang putra dan Elan pun dengan cepat mendekati bundanya hendak memeluk,

"Eitsss, tapi tunggu dulu!?" Nadin kembali menahan kelapa putranya agar tidak mendekat,

"Apa lagi bund?" tanya Elan sambil mengerutkan keningnya.

Dan dengan cepat tangan Nadin beralih ke daun telinga Elan, menjewernya hingga Elan mengeluh kesakitan.

"Sakit Bun, lepasin dong!?"

Brukkkk

Dan sekali lagi, Nadin memukul bahu anak cowoknya itu, rasanya begitu gemas dengan putranya itu, mencubit hidungnya hingga Elan terus saja mengaduh,

“Auhhggg …, bunda! Sakit …., seneng banget mukul Elan!” keluhnya saat sang bunda sudah melepaskan cubitannya.

“Siapa suruh kabur-kaburan! Tahu Nggak, itu bikin bunda khawatir!” dan sekali lagi sang bunda menarik daun telinganya dengan jeweran mantapnya.

“Bundaaaaa …, kok di jewer lagi sih!?" keluhnya, "ini beneran sakit banget, bund! Lepas ya bun, pliiissssss …!” ucap Elan memohon agar bundanya melepaskan jeweran di daun telinganya.

“Ini jadi pelajaran buat anak yang bandel kayak kamu!”

“Elan nggak mau belajar sama guru itu, bun!”

“Sekarang mau alasan apa lagi, Bu Riska sudah guru privat kamu yang ke lima belas, dan kamu masih nggak mau! Bunda malu Elan …, bunda ini ketua yayasan, tapi kamunya malah nggak bisa jadi teladan anak-anak yang lain!”

“Bundaaaaa ….! Lagi pula Elan nggak berada di urutan terakhir kan Bun!?”

“Elaaaaaaan …, sudah banyak banget catatan merah kamu, bolos, berantem, ikut tawuran sana sini dan nilai kamu, ya ampun Elan, nilai kamu di urutan sepuluh siswa terakhir!"

"Elan ini anak cowok bund, itu sudah biasa!?"

"Tapi ayah kamu_!"

"Ayah kan beda, Elan mana bisa di samakan sama ayah!?"

"Sama, kalian sama-sama keras kepalanya! Jadi jangan berdebat lagi sama bunda. Lihat deh adik kamu, Keyra itu selalu dapat juara kelas, kelas musiknya juga mendapat prestasi!”

Inilah yang paling tidak si sukai oleh Elan, ia paling ebnci jika di banding-bandingkan dengan adik perempuannya.

“Bunda, Elan nggak suka ya bunda sama ayah banding-bandingin aku sama si brokoli!” ucap Elan kesal karena selalu di banding-bandingkan dengan adiknya.

Ia kembali duduk di tepi tempat tidur meninggalkan bundanya yang masih berdiri di tempatnya, bundanya kembali melipat kedua tangannya di depan dada menandakan kalau dia tidak mau di bantah.

"Jangan banyak alasan ya Elan, jangan kira bunda akan luluh! Kesalahan Elan sudah cukup banyak, jadi_!"

"Elan tahu!?" Elan dengan cepat memotong ucapan bundanya, "Elan akan dapat nilai bagus nanti saat ujian kelulusan sekolah!?"

Elan segera merabahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menutup kepalanya dengan bantal. Melihat kelakuan putranya itu, Nadin semakin gemas saja. Ia segera menghampiri Elan dan mengusap kepalanya yang tidak tertutup bantal.

“Bunda nggak maksud buat banding-bandingin kalian sayang! Dia itu adek kamu!” ucap Nadin. Walaupun bagaimanapun ia tetaplah seorang ibu yang tidak bisa melihat anaknya terluka.

‘Elan capek, Elan mau tidur, bun!” ucap Elan yang enggan mendengarkan bundanya. Ia semakin menyusupkan wajahnya ke sela-sela bantal.

“Ya sudah …, selamat malam ya sayang, bunda sayang kalian!” ucap Nadin, ia tidak ingin putranya sampai berpikir kalau dia memihak.

Cup

Nadin meninggalkan kecupan di puncak kepala putranya yang tidak tertutup bantal,

"Bau acem Lan, mandi dulu gih!"

"Besok pagi aja, bund. Elan beneran ngantuk!"

"Baiklah, selamat malam!" dan Nadin pun segera berdiri dari tempatnya, ia meninggalkan kamar putranya, mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur.

“Maafin Elan, bun! Elan cuma nggak mau di kekang!” ucap Elan setelah terdengar pintu di tutup dari luar. Ia sebenarnya merasa bersalah karena telah membuat bundanya khawatir, tapi ia ingin membuat cara didik ayahnya yang menurutnya terlalu keras itu sedikit lunak.

Elan bukannya tidak pintar, terbukti dari sekolah dasar hingga menengah pertama, Elan selalu mendapatkan juara pertama, bahkan ia sering masuk tiga besar juara paralel. Ia bahkan sering di kirim untuk mewakili sekolah dalam setiap kegiatan cerdas cermat.

Tapi semuanya segera berubah saat ia memasuki sekolah menengah atas, ia mulai menyadari ada yang salah. Ia tidak ingin hidupnya terlalu di atur seperti Gara atau Naya. Ia ingin menentukan masa depannya sendiri suatu saat nanti, tidak hanya berputar di lingkaran yang sama dan sama.

Meskipun Divta keras, tapi ia demokratis terhadap anak-anak nya, ia ingin ayahnya juga melakukan hal itu. Meskipun jauh, buktinya Divta mengijinkan Divia menempuh pendidikan di Korea. Yang jelas-jelas tidak sesuai dengan keinginan keluarga besar mereka.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

hariyani

hariyani

tapi kamu salah julan nak... protes boleh sama orang tua mu tapi jangan hacurkan ahlak dan prestasimu... sayang sekali jika ada anak yg protes seperti elan

2023-05-14

0

Nuris Wahyuni

Nuris Wahyuni

kelg dokter ganteng blm disebut elan yee

2023-03-19

0

Candrarini Setyanto

Candrarini Setyanto

knp kabur"an..karena pas ahmil elan bunda Nadin juga kabur"an

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!