Bab 2

Seorang wanita cantik dengan jilbab instannya yang begitu pas melingkar di kepalanya itu terus saja mondar mandi di depan rumah, ia seperti tengah menunggu seseorang.

“Kemana sih dia?” ucapnya dengan wajah panik. Sesekali ia juga melihat jam yang melingkar di tangannya, mengurung waktu yang seolah-olah berjalan begitu lambat.

Hingga seorang pria dengan jas rapi menghampirinya dan segera memeluknya dari belakang.

“Jangan cemas seperti itu!” ucap pria itu, meskipun perlakuannya hangat tetapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan wajah dinginnya.

“Gimana mas kalau Elan benar-benar nggak pulang?” tanya wanita itu,

Pria berwajah dingin itu segera memutar tubuh wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

Wanita berusia tiga puluhan tahun itu segera mendongakkan kepalanya mencoba menggapai wajah pria dingin yang sudah dua puluh tahun itu menjadi suaminya.

“Biarin aja, dia memang keras kepala!” ucap pria itu dengan santainya pastinya dengan nada dingin seperti biasanya, meskipun tampak cuek tapi pria dingin itu begitu menyayangi putranya.

Wanita itu bernama Nadin, ia menyebirkan bibirnya,

“Ya …, kayak kamu!” ucapnya ketus.

Nadin segera melepaskan pelukan suaminya dan meninggalkannya begitu saja.

"Sayang, jangan ngambek!?" ucap sang suami dengan suara sedikit tinggi tapi Nadin bahkan enggan untuk menoleh ataupun menghentikan langkahnya.

Ia berjalan cepat menuju ke ruang keluarga dan menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang itu, seakan cara itu bisa sedikit mengurangi rasa kesal dalam dirinya.

"Susah banget ngurusin dua orang yang sama-sama keras kepala, bapak sama anak sama aja, emang!?" keluhnya sambil memegangi kepalanya yang terasa pening.

Sang suami ternyata tidak mau kalah, ia mengikuti Nadin dan duduk di sampingnya.

"Ngapain ke sini? Sudah sana pergi!?" usir Nadin, ia memilih duduk membelakanginya dengan tangan yang melipat sempurna di depan dada.

“Jangan marah dong!" rayu sang suami sambil memegang kedua bahu Nadin, tapi dengan cepat Nadin menepisnya,

"Jangan pegang-pegang, awas ya pegang sekali lagi, aku potong tuh tangan!"

"Sadis banget!?"

"Makanya jangan macam-macam, awas aja kalau Elan nggak pulang, pokoknya mas nggak boleh tidur di rumah."

"Trus aku tidak di mana, sayang?"

"Terserah kamu dong, pikir aja ndiri!?" ucap Nadin acuh.

"Besok anak itu juga pulang sendiri kalau kehabisan uang saku! Jadi jangan khawatir ya.” rayu sang suami.

“Nggak …, aku maunya dia pulang sekarang! Kalau enggak_!" ancam Nadin lagi.

"Masak kamu lebih sayang Elan sih dari pada aku, sayang!?"

Nadin tidak suka dengan ucapan sang suami, ia pun segera membalik badannya, ia berdiri dan berkacak pinggang,

"Bisa-bisanya ya mas kamu ngomong kayak gitu, itu Elan loh mas, Elan anak kita! Kamu itu nggak tahu mas bagaimana susahnya nglairin anak! Taruhannya nyawa, kalau sampai terjadi apa-apa sama Elan gimana?!” omel Nadin membuat sang suami hanya bisa menelan Salivanya.

“Tapi aku tahu gimana di susahin saat hamil!” gumam sang suaminya tanpa berani mengeraskan suaranya takut jika istrinya semakin marah saja.

Hik hiks hiks

Tiba-tiba Nadin menangis histeris, membuat sang suami semakin panik,

"Sayang, kamu kenapa?" tanya sang suami.

"kamu keterlaluan mas, jadi selama ini nggak iklas jagain istri kamu yang sedang hamil? Iya?"

Yahhh salah bicara lagi ...., batin sang suami.

"Bukan gitu sayang!?"

"Ya udah kalau gitu nggak usah di hamili aja istrinya! Aku sudah hamil dua kali mas gara-gara kamu!”

Astaga …., dia pendendam sekali …., batin sang suami. Meskipun ia punya ratusan bawahan dan begitu di segani karena kedisiplinannya, tetap saja ia seorang pria, seorang suami yang nggak bisa menang melawan istri.

Karena keributan mereka terdengar sampai di depan, seorang gadis yang masih dengan seragamnya yang baru saja turun dari mobilnya tampak menajamkan telinganya,

"Itu suara orang nangis ya? Kayaknya suara bunda!?"

Dengan cepat gadis berusia enam belas tahun itu berlari ke dalam rumah, dan benar saja ia melihat bundanya menangis.

Ia segera menghampiri bundanya itu.

“Bun …, ada apa nangis?" tanyanya tapi Nadin masih terus menangis membuat gadis itu menoleh pada ayahnya,

Yahhhh tambah lagi nih salah fahamnya, pria itu segera menggelengkan kepalanya.

"Pasti gara-gara ayah ya?” tanya gadis itu yang sudah memeluk bundanya.

Kena lagi kan!? Memang laki-laki selalu salah ....

"Enggak Key, sungguh ayah nggak ngapa-ngapain bunda!?" pria itu membela diri.

"Ayah nggak usah ngeles ya!?" anak perempuan itu sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan sang ayah.

“Kenapa jadi aku yang di salahkan?” gumam pria itu lagi, ia memilih diam sampai semuanya tenang.

“Bun …, bunda kenapa?” tanya gadis itu pada Nadin. Dan Nadin pun segera menghentikan tangisannya, menatap putrinya sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

“Abang kamu kabur, Key …!” ucap Nadin, dan gadis yang di panggil Key itu malah tersenyum.

“Key tau dimana anaknya, bun. Nggak usah khawatir!” ucap Key dang santainya membuat ayah dan bundanya segera menatap padanya dengan penuh tanda tanya.

"Di mana?" tanya mereka berdua secara bersamaan,

Key pun hanya tersenyum,

"Key!?" panggil kedua orang tuanya,

“Baiklah akan key kasih tahu, tapi ada syaratnya!” ucap Keysa dengan penuh kemenangan. Itu yang di tunggu-tunggu dan ini saat yang paling tepat.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

arisa

arisa

tmbah seru ya,,,

2023-07-24

0

Alysha Apriliani

Alysha Apriliani

itu umur Nadin 30an sedangkan menikah sudah 20thn...itu gimana KK Tri.. hehehe
semangat terus up nya KK Tri

2023-01-26

0

Roroazzahra

Roroazzahra

aduhhhh Kay pake sarat segala nih🙈

2023-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!