Bab 5. Kehidupan Kampung Karet

Setiap orang tua memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak-anaknya

-Takdir Mentari-

Tari sangat bahagia karena adanya listrik, paling tidak malam setelah belajar malam Tari bisa menonton TV. Tari masih kagum dengan adanya layar yang bisa menghasilkan gambar itu, biasanya dia hanya menonton layar tancap di lapangan kampung karet itupun hanya setiap 6bulan sekali di hari-hari besar saja.

Tari masih ingat ketika diajak menonton layar besar itu, Tari juga heran, layar besar itu bisa menghasilkan suara dan gambar.

Atau hanya bisa mendengarkan radio setiap pagi, hiburan para orang tua kampung karet. Hampir setiap jam 4 pagi Tari mendengar Mak lampir tertawa lewat radio, sampai sampai itu adalah alarm bagi Mentari. Film Mak Lampir cukup terkenal karena hanya siaran itu yang bisa mereka dengarkan dengan sangat jernih di radio.

Mentari juga memiliki kebiasaan baru sekarang dia bisa ikut Pak Dana untuk mematikan dan menghidupkan desel untuk listrik kampung karet. Mentari suka diajak berjalan jalan di tempat mesin besar itu. Pak Dana seorang mekanik yang bertanggung jawab atas listrik yang ada di kampung karet.

Di tempat desel itu juga ada pabrik pengeringan kopra ( kelapa yang dikeringkan ) juga ada pengeringan kakao. Perkebunan kampung karet sangat luas, perkebunan puluhan hektar itu penuh dengan perkebunan karet, perkebunan kelapa, kakao, dan juga cengkeh.

Karyawan kampung karet tidak banyak sekitar 100 orang. Lelaki dan perempuan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menjadi pemanjat pohon kelapa, ada yang memetik kakao, ada juga yang bekerja di perkebunan karet yang harus bangun pagi pagi buta, mereka harus mencari getah karet setiap jam 2 pagi, karena jika kesiangan mereka hanya akan mendapat sedikit getah. Semakin pagi adalah waktu yang sangat bagus untuk mencari getah karet.

Kalau kelapa mereka akan mengolah kelapa tersebut, yang sudah kering dibuka, serabutnya di jual dan kelapanya di keringkan, batok kelapa juga dikeringkan dijual menjadi arang.

Kehidupan kampung karet sebenarnya cukup makmur penuh dengan lahan untuk mencari uang, hanya saja mereka dibayar sangat murah setiap bulan, sehingga mereka harus mencari pekerjaan tambahan dengan memanfaatkan hasil bumi kampung karet.

...****************...

Mentari sibuk dengan persiapan ujian, sebentar lagi ujian sekolah dasar tiba. Walaupun ujian akan segera tiba tidak akan merubah kegiatan sehari-hari Mentari. Tetap fokus pada pekerjaan rumah, mencari pakis di hari libur, dan di sela sela waktu senggang di rumah membuat canang sari, dan jejahitan (alat upacara umah Hindu ) untuk dijual.

Mentari tidak pernah meminta uang di orang tuanya untuk membeli buku-buku yang dia inginkan. Tetapi jika orang tuanya meminta uangnya untuk membeli sesuatu seperti waktu membeli Televisi Mentari rela memberikan uangnya yang disimpan di ruas bambu yang dilubangi itu.

Celengan buatan Pak Dana itu full dengan uang hasil kerja Mentari selama ini. Pak Dana membuatkan anak-anaknya celengan dari ruas bambu. Bagian ujungnya dilubangi sebesar koin. Disana lah Mentari ataupun Senja dan juga Raka menyimpan uang mereka.

Diantara mereka Mentari yang paling hemat. Celengannya selalu berisi lebih banyak daripada Raka ataupun Senja.

Mentari merasa sangat bangga bisa meringankan beban orang tuanya untuk membeli televisi itu. Setidaknya dia bisa melihat hasil jerih payahnya selama ini.

...****************...

Hari Minggu waktunya ke 3 anak Pak Dana mencari pakis. Raka juga ikut walaupun dia anak laki-laki tapi dia juga bisa mencari pakis. Disamping itu Mentari dan Senja akan merasa aman jika Raka ikut bersama mereka.

Pukul 5.30 mereka berangkat menuju perkebunan karet. Melewati jalan setapak yang belum begitu terang karena Matahari belum sepenuhnya memperlihatkan cahayanya.

Embun pagi di rerumputan membuat celana panjang yang mereka kenakan basah, tetapi mereka tidak akan merasakan kedinginan seolah semangat mencari uang lebih membara ditubuh anak-anak kecil itu.

Satu persatu pakis dipetik dikumpulkan hingga banyak.

"Senja jangan jauh-jauh."kata Mentari mengingatkan adiknya.

"Pastikan kalian tetap saling lihat ya, jangan sampai hilang nanti."Raka menambahkan.

"Ya sudah Kak Raka di jalur barat, aku di timur biar Senja di tengah-tengah" kata Mentari.

Mereka kemudian melanjutkan mencari pakis yang tumbuh subur karena hujan, sambil sesekali saling melirik supaya tidak keluar jalur.

Setelah cukup banyak terkumpul, mereka pulang membawa pakis-pakis itu. Mereka tidak boleh mencari terlalu banyak karena nanti akan sulit membawanya pulang. Apalagi Senja, dia sangat mahir dan cepat tapi dia tidak bisa mengangkut semuanya pulang sehingga harus ditinggalkan sebagian itu membuat perjuangannya sia-sia. Jadi mereka memutuskan untuk mencari secukupnya saja sekuat mereka membawanya nanti.

Sampai di rumah, mereka harus mengikat pakis-pakis itu dan kemudian diserahkan kepada pengepul. Akan sangat senang setelah menerima uang dari hasil penjualan pakis.

Pekerjaan yang tidak terlalu lama, karena jam 9 saja mereka sudah sampai rumah. Sisa waktu di hari libur bisa digunakan untuk menonton acara kesukaan dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.

Sebelum tidur Mentari tidak lupa belajar untuk ujiannya besok.

Anak-anak kampung karet yang sekelas dengan Tari belajar di rumah Mentari. Mereka berkumpul di bale bengong, cahaya lampu dan sinar bulan menjadi saksi keseriusan anak-anak itu belajar. Suara jangkrik turut serta seolah menjadi nyanyian penyemangat mereka.

Anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah di tengah keterbatasan perekonomian keluarga. Yang masih harus ikut berjuang mencari rumput untuk makanan sapi-sapi, mencari dedaunan untuk makanan kambing, ataupun mencari makanan untuk babi mereka.

Memiliki binatang peliharaan adalah tabungan wajib untuk penghuni kampung karet.

...****************...

"Aku yang kasi pertanyaan kalian jawab ya?"kata Mentari kepada teman-temannya

3 orang siswa kelas 6 itu menjawab kompak "Siap bu guru..." sambil tersenyum.

Mereka belajar sambil bercanda, bersenda gurau supaya tidak setres menghadapi ujian besok.

...****************...

Mentari bersiap ke sekolah untuk ujian. Tidak lupa dia berdoa di Merajan ( tempat sembahyang umat Hindu) berharap ujiannya berjalan lancar. Dia bangun lebih awal dan membuka kembali soal soal ujiannya. Ujian Nasional ini akan menentukan kehidupan Mentari selanjutnya. Dia ingin diterima di sekolah yang dekat dengan kampung karet. SMP 01 yang letaknya hanya disebelah sekolahnya saat ini.

"Dibaca dengan teliti, jangan menyontek, dan dijawab ya anak anak. Cukup kasi tanda silang di jawaban yang menurut kalian benar"

Mentari dan teman-temannya yang dia ajak belajar kemarin saling pandang setelah melihat soal sekilas. Mereka tersenyum puas, sebagian dari yang mereka pelajari ada di deretan soal-soal itu.

"Tari... nanti malam kita belajar lagi ya" kata Putu dalam perjalanan pulang.

"Bu guru Tari memang hebat" temannya menambahkan.

Mereka berjalan menyisiri kampung karet, tertawa bersama membahas soal ujian tadi

Good Luck Mentari

1999

Episodes
1 Bab 1. Mentari dan Senja
2 Bab 2. Kamu hebat Mentari
3 Bab 3. Penghuni Baru di rumah Mentari
4 Bab 4. Dunia baru Kampung Karet
5 Bab 5. Kehidupan Kampung Karet
6 Bab 6. Mentari terakhir di Sekolah Dasar
7 Bab 7. Kamar Baru Mentari
8 Bab 8. Mentari merasakan cinta monyet
9 Bab 9. Menghasilkan uang sejak kecil
10 Bab 10. Lagi...penghuni baru di rumah Mentari
11 Bab 11. Lagi lagi lagi Penghuni Baru
12 Bab 12. Bumi dan Mentari
13 Bab 13. Janji Mentari kepada Bumi
14 Bab 14. Sungai kampung karet
15 Bab 15. Mentari di SMA
16 Bab 16. 12 orang di rumah Mentari
17 Bab 17. Hadiah istimewa dari Bapak
18 Bab 18. Mentari dan teman baru di dunia maya
19 Bab 19. Mentari punya teman SMS an
20 Bab 20. Nama di balik kata sandi
21 Bab 21. Bumi dan Diary Mentari
22 Bab 22. 3 Jam Bumi dan Mentari
23 Bab 23. Mentari yang tidak bersinar
24 Bab 24. Good Bye Mentari 2005
25 Bab 25. Selamat Datang Mentari 2006
26 Bab 26. Happy sweet seventeen Mentari
27 Bab 27. Ingin masuk universitas
28 Bab 28. Kabar buruk dari Bumi
29 Bab 29. Mentari bersedih
30 Bab 30. Bumi akan meninggalkan Mentari
31 Bab 31. Puisi Bumi kepada Mentari
32 Bab 32. Jawaban Bumi pada Mentari
33 Bab 33. Janji Bumi pada Mentari
34 Bab 34. Katanya Cinta Tak Harus Memiliki
35 Bab 35. Pantai Dajuma
36 Bab 36. Mentari dan Saka
37 Bab 37. Bumi menikah
38 Bab 38. Ujian Mentari
39 Bab 39. Mentari sakit
40 Bab 40. Kenangan di SMA
41 Bab 41. Mentari di Ubud
42 Bab 42. Menjadi anak titipan
43 Bab 43. Buku Mentari
44 Bab 44. Perasaan menjadi anak titipan
45 Bab 45. Mentari ingin pulang
46 Bab 46. Teman baru
47 Bab 47. Belanja ke Pasar
48 Bab 48. Mentari tidak mau pulang
49 Bab 49. Ingin meninggalkan istana
50 Bab 50. Gaji Pertama
51 Bab 51. Minta restu bapak
52 Bab 52. Berbagi kamar kost
53 Bab 53. I Love Ubud
54 Bab 54. Bahagia dengan ketidak adilan.
55 Bab 55. Selamat tinggal 2006
56 Bab 56. HP dari Kak Raka
57 Bab 57. Tamu tak diharapkan
58 Bab 58. Berkenalan dengan Bintang
59 Bab 59. Memberi kesempatan kepada Bintang
60 Bab 60. Masih memilih Bumi daripada Bintang
61 Bab 61. Memori Perahu Karet
62 Bab 62. Mentari dan Bintang
63 Bab 63. Lagu di Radio
64 Bab 64. Kenanganku bersamamu
65 Bab 65. Resep obat dari dokter cinta
66 Bab 66. Mentari mencoba menggapai Bintang
67 Bab 67. Menerima Bintang
68 Bab 68. Pindah tempat kerja
69 Bab 69. Motor Baru dari Bapak
70 Bab 70. Kost Baru
71 Bab 71. Melepaskan Bintang
72 Bab 72. Hari terakhir bersama Tina
73 Bab 73. Merasakan Cinta Bintang
74 Bab 74. Lagu Cinta Pertama
75 Bab 75. Perasaan yang dipermainkan Tuhan
76 Bab 76. Bercermin dari kisah orang lain
77 Bab 77. Aku dan Salju
78 Bab 78. Puisi dan janji pada Tuhan
79 Bab 79. Peran antagonis dalam diri Mentari
80 Bab 80. Cinta Buta
81 Bab 81. Jadikan aku kekasih gelapmu
82 Bab 82. Tentang Yuli
83 Bab.83 Malam bersama Bumi
84 Bab 84. Semua berawal dari SMS
85 Bab 85. Cinta yang bodoh
86 Bab 86. Bertahan atau Melupakan?
87 Bab 87. The End tapi bukan akhir
88 Bab.88 Hidup Baru Mentari
89 Bab.89 Menghindari kenangan
90 Bab.90 Cinta masa kecil
91 Bab.91 Tentang Langit
92 Bab 92. Mengikuti alur
93 Bab.93 Kenanganku Bersamamu
94 Bab. 94 Takdir dan Pilihan
95 Bab.95 Hadiah Terakhir dari Bumi
96 Bab.96 Menuju Langit
97 Bab.97 Takdir Mentari
98 Bab.98 Pilihanmu adalah takdirmu
99 Bab.99 Apakah ini yang namanya Takdir ?
100 Bab.100 Bahagia itu kita yang ciptakan.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Mentari dan Senja
2
Bab 2. Kamu hebat Mentari
3
Bab 3. Penghuni Baru di rumah Mentari
4
Bab 4. Dunia baru Kampung Karet
5
Bab 5. Kehidupan Kampung Karet
6
Bab 6. Mentari terakhir di Sekolah Dasar
7
Bab 7. Kamar Baru Mentari
8
Bab 8. Mentari merasakan cinta monyet
9
Bab 9. Menghasilkan uang sejak kecil
10
Bab 10. Lagi...penghuni baru di rumah Mentari
11
Bab 11. Lagi lagi lagi Penghuni Baru
12
Bab 12. Bumi dan Mentari
13
Bab 13. Janji Mentari kepada Bumi
14
Bab 14. Sungai kampung karet
15
Bab 15. Mentari di SMA
16
Bab 16. 12 orang di rumah Mentari
17
Bab 17. Hadiah istimewa dari Bapak
18
Bab 18. Mentari dan teman baru di dunia maya
19
Bab 19. Mentari punya teman SMS an
20
Bab 20. Nama di balik kata sandi
21
Bab 21. Bumi dan Diary Mentari
22
Bab 22. 3 Jam Bumi dan Mentari
23
Bab 23. Mentari yang tidak bersinar
24
Bab 24. Good Bye Mentari 2005
25
Bab 25. Selamat Datang Mentari 2006
26
Bab 26. Happy sweet seventeen Mentari
27
Bab 27. Ingin masuk universitas
28
Bab 28. Kabar buruk dari Bumi
29
Bab 29. Mentari bersedih
30
Bab 30. Bumi akan meninggalkan Mentari
31
Bab 31. Puisi Bumi kepada Mentari
32
Bab 32. Jawaban Bumi pada Mentari
33
Bab 33. Janji Bumi pada Mentari
34
Bab 34. Katanya Cinta Tak Harus Memiliki
35
Bab 35. Pantai Dajuma
36
Bab 36. Mentari dan Saka
37
Bab 37. Bumi menikah
38
Bab 38. Ujian Mentari
39
Bab 39. Mentari sakit
40
Bab 40. Kenangan di SMA
41
Bab 41. Mentari di Ubud
42
Bab 42. Menjadi anak titipan
43
Bab 43. Buku Mentari
44
Bab 44. Perasaan menjadi anak titipan
45
Bab 45. Mentari ingin pulang
46
Bab 46. Teman baru
47
Bab 47. Belanja ke Pasar
48
Bab 48. Mentari tidak mau pulang
49
Bab 49. Ingin meninggalkan istana
50
Bab 50. Gaji Pertama
51
Bab 51. Minta restu bapak
52
Bab 52. Berbagi kamar kost
53
Bab 53. I Love Ubud
54
Bab 54. Bahagia dengan ketidak adilan.
55
Bab 55. Selamat tinggal 2006
56
Bab 56. HP dari Kak Raka
57
Bab 57. Tamu tak diharapkan
58
Bab 58. Berkenalan dengan Bintang
59
Bab 59. Memberi kesempatan kepada Bintang
60
Bab 60. Masih memilih Bumi daripada Bintang
61
Bab 61. Memori Perahu Karet
62
Bab 62. Mentari dan Bintang
63
Bab 63. Lagu di Radio
64
Bab 64. Kenanganku bersamamu
65
Bab 65. Resep obat dari dokter cinta
66
Bab 66. Mentari mencoba menggapai Bintang
67
Bab 67. Menerima Bintang
68
Bab 68. Pindah tempat kerja
69
Bab 69. Motor Baru dari Bapak
70
Bab 70. Kost Baru
71
Bab 71. Melepaskan Bintang
72
Bab 72. Hari terakhir bersama Tina
73
Bab 73. Merasakan Cinta Bintang
74
Bab 74. Lagu Cinta Pertama
75
Bab 75. Perasaan yang dipermainkan Tuhan
76
Bab 76. Bercermin dari kisah orang lain
77
Bab 77. Aku dan Salju
78
Bab 78. Puisi dan janji pada Tuhan
79
Bab 79. Peran antagonis dalam diri Mentari
80
Bab 80. Cinta Buta
81
Bab 81. Jadikan aku kekasih gelapmu
82
Bab 82. Tentang Yuli
83
Bab.83 Malam bersama Bumi
84
Bab 84. Semua berawal dari SMS
85
Bab 85. Cinta yang bodoh
86
Bab 86. Bertahan atau Melupakan?
87
Bab 87. The End tapi bukan akhir
88
Bab.88 Hidup Baru Mentari
89
Bab.89 Menghindari kenangan
90
Bab.90 Cinta masa kecil
91
Bab.91 Tentang Langit
92
Bab 92. Mengikuti alur
93
Bab.93 Kenanganku Bersamamu
94
Bab. 94 Takdir dan Pilihan
95
Bab.95 Hadiah Terakhir dari Bumi
96
Bab.96 Menuju Langit
97
Bab.97 Takdir Mentari
98
Bab.98 Pilihanmu adalah takdirmu
99
Bab.99 Apakah ini yang namanya Takdir ?
100
Bab.100 Bahagia itu kita yang ciptakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!