Setiap orang tua memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak-anaknya
-Takdir Mentari-
Tari sangat bahagia karena adanya listrik, paling tidak malam setelah belajar malam Tari bisa menonton TV. Tari masih kagum dengan adanya layar yang bisa menghasilkan gambar itu, biasanya dia hanya menonton layar tancap di lapangan kampung karet itupun hanya setiap 6bulan sekali di hari-hari besar saja.
Tari masih ingat ketika diajak menonton layar besar itu, Tari juga heran, layar besar itu bisa menghasilkan suara dan gambar.
Atau hanya bisa mendengarkan radio setiap pagi, hiburan para orang tua kampung karet. Hampir setiap jam 4 pagi Tari mendengar Mak lampir tertawa lewat radio, sampai sampai itu adalah alarm bagi Mentari. Film Mak Lampir cukup terkenal karena hanya siaran itu yang bisa mereka dengarkan dengan sangat jernih di radio.
Mentari juga memiliki kebiasaan baru sekarang dia bisa ikut Pak Dana untuk mematikan dan menghidupkan desel untuk listrik kampung karet. Mentari suka diajak berjalan jalan di tempat mesin besar itu. Pak Dana seorang mekanik yang bertanggung jawab atas listrik yang ada di kampung karet.
Di tempat desel itu juga ada pabrik pengeringan kopra ( kelapa yang dikeringkan ) juga ada pengeringan kakao. Perkebunan kampung karet sangat luas, perkebunan puluhan hektar itu penuh dengan perkebunan karet, perkebunan kelapa, kakao, dan juga cengkeh.
Karyawan kampung karet tidak banyak sekitar 100 orang. Lelaki dan perempuan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menjadi pemanjat pohon kelapa, ada yang memetik kakao, ada juga yang bekerja di perkebunan karet yang harus bangun pagi pagi buta, mereka harus mencari getah karet setiap jam 2 pagi, karena jika kesiangan mereka hanya akan mendapat sedikit getah. Semakin pagi adalah waktu yang sangat bagus untuk mencari getah karet.
Kalau kelapa mereka akan mengolah kelapa tersebut, yang sudah kering dibuka, serabutnya di jual dan kelapanya di keringkan, batok kelapa juga dikeringkan dijual menjadi arang.
Kehidupan kampung karet sebenarnya cukup makmur penuh dengan lahan untuk mencari uang, hanya saja mereka dibayar sangat murah setiap bulan, sehingga mereka harus mencari pekerjaan tambahan dengan memanfaatkan hasil bumi kampung karet.
...****************...
Mentari sibuk dengan persiapan ujian, sebentar lagi ujian sekolah dasar tiba. Walaupun ujian akan segera tiba tidak akan merubah kegiatan sehari-hari Mentari. Tetap fokus pada pekerjaan rumah, mencari pakis di hari libur, dan di sela sela waktu senggang di rumah membuat canang sari, dan jejahitan (alat upacara umah Hindu ) untuk dijual.
Mentari tidak pernah meminta uang di orang tuanya untuk membeli buku-buku yang dia inginkan. Tetapi jika orang tuanya meminta uangnya untuk membeli sesuatu seperti waktu membeli Televisi Mentari rela memberikan uangnya yang disimpan di ruas bambu yang dilubangi itu.
Celengan buatan Pak Dana itu full dengan uang hasil kerja Mentari selama ini. Pak Dana membuatkan anak-anaknya celengan dari ruas bambu. Bagian ujungnya dilubangi sebesar koin. Disana lah Mentari ataupun Senja dan juga Raka menyimpan uang mereka.
Diantara mereka Mentari yang paling hemat. Celengannya selalu berisi lebih banyak daripada Raka ataupun Senja.
Mentari merasa sangat bangga bisa meringankan beban orang tuanya untuk membeli televisi itu. Setidaknya dia bisa melihat hasil jerih payahnya selama ini.
...****************...
Hari Minggu waktunya ke 3 anak Pak Dana mencari pakis. Raka juga ikut walaupun dia anak laki-laki tapi dia juga bisa mencari pakis. Disamping itu Mentari dan Senja akan merasa aman jika Raka ikut bersama mereka.
Pukul 5.30 mereka berangkat menuju perkebunan karet. Melewati jalan setapak yang belum begitu terang karena Matahari belum sepenuhnya memperlihatkan cahayanya.
Embun pagi di rerumputan membuat celana panjang yang mereka kenakan basah, tetapi mereka tidak akan merasakan kedinginan seolah semangat mencari uang lebih membara ditubuh anak-anak kecil itu.
Satu persatu pakis dipetik dikumpulkan hingga banyak.
"Senja jangan jauh-jauh."kata Mentari mengingatkan adiknya.
"Pastikan kalian tetap saling lihat ya, jangan sampai hilang nanti."Raka menambahkan.
"Ya sudah Kak Raka di jalur barat, aku di timur biar Senja di tengah-tengah" kata Mentari.
Mereka kemudian melanjutkan mencari pakis yang tumbuh subur karena hujan, sambil sesekali saling melirik supaya tidak keluar jalur.
Setelah cukup banyak terkumpul, mereka pulang membawa pakis-pakis itu. Mereka tidak boleh mencari terlalu banyak karena nanti akan sulit membawanya pulang. Apalagi Senja, dia sangat mahir dan cepat tapi dia tidak bisa mengangkut semuanya pulang sehingga harus ditinggalkan sebagian itu membuat perjuangannya sia-sia. Jadi mereka memutuskan untuk mencari secukupnya saja sekuat mereka membawanya nanti.
Sampai di rumah, mereka harus mengikat pakis-pakis itu dan kemudian diserahkan kepada pengepul. Akan sangat senang setelah menerima uang dari hasil penjualan pakis.
Pekerjaan yang tidak terlalu lama, karena jam 9 saja mereka sudah sampai rumah. Sisa waktu di hari libur bisa digunakan untuk menonton acara kesukaan dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.
Sebelum tidur Mentari tidak lupa belajar untuk ujiannya besok.
Anak-anak kampung karet yang sekelas dengan Tari belajar di rumah Mentari. Mereka berkumpul di bale bengong, cahaya lampu dan sinar bulan menjadi saksi keseriusan anak-anak itu belajar. Suara jangkrik turut serta seolah menjadi nyanyian penyemangat mereka.
Anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah di tengah keterbatasan perekonomian keluarga. Yang masih harus ikut berjuang mencari rumput untuk makanan sapi-sapi, mencari dedaunan untuk makanan kambing, ataupun mencari makanan untuk babi mereka.
Memiliki binatang peliharaan adalah tabungan wajib untuk penghuni kampung karet.
...****************...
"Aku yang kasi pertanyaan kalian jawab ya?"kata Mentari kepada teman-temannya
3 orang siswa kelas 6 itu menjawab kompak "Siap bu guru..." sambil tersenyum.
Mereka belajar sambil bercanda, bersenda gurau supaya tidak setres menghadapi ujian besok.
...****************...
Mentari bersiap ke sekolah untuk ujian. Tidak lupa dia berdoa di Merajan ( tempat sembahyang umat Hindu) berharap ujiannya berjalan lancar. Dia bangun lebih awal dan membuka kembali soal soal ujiannya. Ujian Nasional ini akan menentukan kehidupan Mentari selanjutnya. Dia ingin diterima di sekolah yang dekat dengan kampung karet. SMP 01 yang letaknya hanya disebelah sekolahnya saat ini.
"Dibaca dengan teliti, jangan menyontek, dan dijawab ya anak anak. Cukup kasi tanda silang di jawaban yang menurut kalian benar"
Mentari dan teman-temannya yang dia ajak belajar kemarin saling pandang setelah melihat soal sekilas. Mereka tersenyum puas, sebagian dari yang mereka pelajari ada di deretan soal-soal itu.
"Tari... nanti malam kita belajar lagi ya" kata Putu dalam perjalanan pulang.
"Bu guru Tari memang hebat" temannya menambahkan.
Mereka berjalan menyisiri kampung karet, tertawa bersama membahas soal ujian tadi
Good Luck Mentari
1999
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments