Jangan mengambil tanggung jawab orang lain, karena Tuhan sudah memberi kita tanggung jawab masing-masing.
-Takdir Mentari-
...****************...
Setelah kelulusan kelas 6, saatnya libur sekolah. Mentari menginjak kelas 5SD. Libur sekolah yang sangat ditunggu tunggu oleh anak-anak seusianya, malah akan menjadi hal buruk bagi Mentari. Harinya akan terasa lebih panjang dan akan sangat melelahkan.
Walaupun libur Mentari harus tetap bangun jam 5.30 pagi. Sama seperti biasanya. Tapi kali ini bangun pagi langsung membersihkan tempat tidur, menyapu halaman, membantu ibunya mencuci piring, mebanten saiban.
Hujan deras terus mengguyur beberapa hari terakhir, rumah Mentari yang halamannya tanah liat membuat semakin susah berjalan. Padahal sudah diisi batu kerikil, setidaknya sandal tidak putus kalau tenggelam diantara tanah liat itu, karena batu-batu kerikil itu bisa menjadi tempat berpijak yang lebih keras.
Namun karena sebagian batu sudah tenggalam karena tanah liat yang trus meninggi. Itu artinya liburan sekolah kali ini lagi-lagi mengisi batu kerikil di halaman rumah menjadi PR besar bagi Mentari. Liburan 2 minggu ini akan terasa sangat melelahkan. Tari menghembuskan nafas panjang.
"Jangan lupa isi batu di halaman ya Tari, ajak adikmu juga, kamu punya banyak waktu untuk mengisinya" perintah Pak Dana saat berjalan menuju kebun.
"Ya pak.. sudah tau" kata Mentari sambil mencuci piring.
...****************...
Sepulang Mentari dari sungai, di kepalanya ada ember berisi pakaian yang sudah dicuci. Gadis kecil ini berlenggak lenggok dan tubuh kurusnya hanya dibalut handuk sedada. Sambil sesekali satu tangannya memegang handuk dan tangan satunya memegang ember cucian.
Dia langsung menuju tempat untuk menjemur pakaian, di sebelah kandang kambing. Ya Mentari dan keluarganya memiliki 3 ekor kambing betina, dan 1 ekor kambing jantan. Juga ada 1 sapi, dan beberapa ekor bebek dan ayam bahkan ada 1 ekor babi juga. Sepertinya rumah ini dipenuhi dengan binatang peliharaan.
Setelah selesai menjemur pakaian, Mentari langsung menuju kamar, berganti pakaian kemudian langsung duduk di bale bengong (sebuah bangunan tempat beristirahat).
Dari kejauhan tampak beberapa orang tidak asing menuju rumahnya. Ada kakek dan neneknya berjalan menuju rumah. Tapi ada seseorang yang tidak dia kenal juga datang. Siapakah mereka?
"Pak ada kakek dan nenek...!" Mentari berteriak menuju kamar memanggil orang tuanya.
Mereka langsung menuju bale bengong. ( tempat mengobrol di halaman rumah )
"Kamu sudah besar Tari, Senja juga makin cantik" seseorang yang asing menyapa mereka berdua.
Tari hanya tersenyum tipis.
"Dia pamanmu dari Sulawesi, dan ini istrinya, trus 2 anaknya siapa tadi namamu?" Bapak Tari bertanya lagi karena lupa dengan nama mereka.
"Namanya Raka lengkapnya Made Raka Amerta. Bisa dipanggil Made ataupun Raka, dan adiknya Nyoman Rai Amerta boleh panggil Nyoman ataupun Rai " kata Paman Tari menjawab. Sambil menunjuk kedua anaknya.
Mereka kemudian berbicara sesama orang dewasa.
Tari dan Senja kembali ke kamar. Raka dan Rai mengikuti dibelakang. Mereka saling berkenalan karena ini adalah kali pertama mereka bertemu.
"Gimana kak kamu suka di Bali?" Tari bertanya kepada Raka. Usia Raka 3 tahun lebih tua daripada Tari.
"Suka sih, dan aku juga akan tinggal disini bersama kakek dan nenek" jawabnya.
"Kok mau tinggal jauh sama orang tua? Nggak kangen nanti Sulawesi kan jauh kak?" Tari penasaran.
"Aku suka disini, aku nggak mau balik lagi ke Sulawesi, Bapakku galak" bisik Raka ke Mentari takut orang tuanya mendengar perkataannya.
"Tapi bapakku juga galak" jelas Mentari menakuti
"Nggak akan segalak bapakku" bisiknya lagi.
Sementara Mentari mencoba menginterogasi calon kakak angkatnya, Senja dan Rai asik bermain dan mengobrol entah apa yang mereka bicarakan, mereka tampak akrab, bercanda dan tertawa bersama.
"Men adikmu juga ikut tinggal disini?" tanya Mentari
"Nggak, yang tinggal aku aja, kalau adik sangat disayang sama bapak dan ibu. Kalau aku nggak, aku sering dipukul, dimarahi, pernah juga aku dilempar di sawah sama bapak, pokoknya bapakku sangat galak" jelasnya lagi.
"Kalau jadi anak pertama kan emang gitu, harus mengalah ke adik. Bukan berarti mereka nggak sayang sama kita, tapi karena adik kita memang memerlukan kasih sayang yang lebih baik karena mereka lebih kecil" Mentari mencoba menghibur.
" Nggak, mereka berbeda, pokoknya aku nggak mau ikut ke Sulawesi, aku mau tetap di Bali, dan sekolah disini, walaupun bapakmu juga galak kan ada nenek dan kakek yang akan belain aku, setidaknya ada orang di sekitarku yang bisa aku cari ketika dimarahin. Kalau di Sulawesi nggak ada yang belain aku kalau bapak marah, ibu nggak berani karena nanti ibu bisa kena sasaran kemarahan bapak juga"
"Pasti kamu nakal, nggak ada orang tua yang marahin anaknya padahal dia baik" kata Mentari lagi.
"Hmmm ya mungkin bagi orang tuaku aku anak yang nakal" desah Raka.
Kemudian mereka bergabung bercanda bersama Senja dan Rai.
"Dann, aku titip anakku Raka untuk tinggal sama kamu" Kakak kandung Pak Dana itu mulai bicara.
"Kenapa? Apa bli (panggilan kakak laki-laki) nggak sanggup ngurus 2 anak disana? Bukankah bli sudah diangkat menjadi guru disana?" tanya Pak Dana penasaran dengan sikap kakaknya.
"Bli kan belum sah jadi guru, lagian bapak yang minta supaya ada cucu laki-lakinya tinggal di Bali, ya kan Pak?" Sambil memandang ke arah kakek Mentari.
"Ya Dana, bapak yang minta supaya Raka ditinggal di Bali, kamu kan nggak punya anak laki-laki jadi kamu bisa jadikan Raka sebagai anak angkatmu" Kakek usia 60an itu berusaha memberikan pengertian kepada Pak Dana.
"Kalau kamu nggak sanggup menyekolahkan Raka, bapak yang akan bantu, kamu nggak usah khawatir."
"Ya sudah kalau memang itu yang terbaik, aku akan menerima Raka sebagai anak angkatku."
"Kamu bisa mendidik dia seperti anakmu sendiri, kamu harus menyayangi dia seperti kamu menyayangi Senja dan Mentari, aku percaya kamu bisa mendidiknya, karena jujur Raka anak yang nakal." Sahut Pak Merta.
"Anak-anak sini...!" Pak Dana memanggil mereka yang sedang asik bermain dengan batu-batu kecil.
Mereka segera berkumpul mendekat,
"Lusa Paman dan Bibi akan balik ke Sulawesi, Rai juga balik, tapi Raka akan tetap tinggal disini bersama kamu Mentari dan Senja, Paman titip Raka sebagai kakak laki-laki kalian, yang nanti akan bisa menjaga kalian dan juga orang tua kalian, tolong sayangi Raka seperti kakak kandung kalian ya." Kata Pak Merta dan tak terasa matanya berkaca-kaca
Mentari dan Senja hanya mengangguk dan tersenyum. Kemudian suasana malam itu diisi canda tawa keluarga sambil menikmati kopi dan pisang goreng hangat yang disiapkan oleh Bu Murni.
...****************...
Entah ini kabar baik atau buruk. Bagi Tari menghidupi 2 orang anak orang tuanya sudah sangat kelelahan bekerja sampai tidak punya waktu untuk mereka. Bagaimana dengan bekerja untuk 3 anak?
Tari sudah membayangkan bahwa hidupnya akan semakin susah setelah kedatangan orang asing ini. Tapi Tari juga berpikir pentingnya kakak laki-laki. Nanti kalau dia ada kesulitan dia punya kakak dan adik yang akan membantunya. Setidaknya ada tambahan orang baru untuk diajak mengangkut Batu di sungai, dan halaman ini akan penuh lebih cepat. Walaupun kerupuk barokah yang biasanya di bagi 2 pastinya akan dibagi 3 gara gara ada dia.
Tari menghela nafasnya 😪
Mentari 1997
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
2024-04-13
2