Bab 2. Kamu hebat Mentari

Setiap perjuangan akan membuahkan hasil, jangan pernah menyesal untuk lelah yang sudah lewat

-Takdir Mentari-

...****************...

Cahaya matahari membias ke dalam lubang-lubang dinding kamar Tari. Tidur siangnya cukup lelap bersama Senja. Hari yang melelahkan tapi masih banyak tanggung jawab yang harus dikerjakan. Tari menyapu di kamarnya, tanah coklat itu cukup bersih. Jadi Tari tidak memerlukan banyak waktu untuk membersihkan kamarnya. Di Kamar kecil itu ada 2 dipan, 1 untuk orang tuanya dan di sebelahnya Tari dan Adiknya. Kasurnya tidak empuk tapi lumayan nyaman.

Kemudian dia menyapu halaman rumah, halaman rumahnya cukup luas, sampah dari daun pohon nangka dan pohon jambu air memenuhi halaman rumah Mentari. Tetapi kedua pohon besar itu membuat halaman menjadi rindang dan tidak panas. Mentari mengumpulkan dedaunan itu dan Senja mengambilnya memasukkan ke dalam ember tempat sampah. Mereka berdua menyapu halaman bersama. Dilanjutkan menyapu di sanggah turus lumbung (tempat sembahyang umat Hindu dari batang pohon dadap).

Setelah itu mengambil air ke sumur di sungai. Di sungai ada tempat untuk mengambil air bersih seperti sebuah mata air di sumur alami. Mereka harus mengambil air untuk digunakan oleh Bu Murni memasak dini hari.

Untuk mencari air Tari harus menyeberangi sungai. Sumur itu kadang airnya sangat sedikit karena terlalu banyak yang mengambil air disana. Kadang Tari harus menunggu cukup lama sampai air sumur terisi. Tari selalu mengajak adiknya, Senja hanya bisa mengikutinya, dan menunggu di sebrang sungai sambil melihat Tari mengambil air dengan ember hitam kecil. Ember itu ditaruh di kepalanya. Kalau goyang airnya akan tumpah dan membasahi tubuhnya.

Tari mengambil air cukup 2-3 ember sehari, tergantung seberapa banyak ibunya menggunakan air di dapur.

Kehidupan seperti ini sudah biasa dilakukan oleh anak-anak kampung Karet. Mereka biasa berduyun duyun membawa ember mencari air bersih, sambil mandi di sungai. Tari biasanya langsung mandi di pengambilan air terakhir.

Setelah mandi, barulah dia bisa beristirahat di kamar sambil belajar. Jika Tari belum mandi sampai orang tuanya datang, sudah pasti ibunya akan marah-marah. Jadi dia berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu, sebelum orang tuanya datang.

Tari mendengar keributan di luar, lagi-lagi pertengkaran orang tuanya. Entah apa yang mereka ributkan, pertengkaran ini sudah biasa di dengar oleh Tari.

"Uang, uang, dan uang saja yang kamu permasalahkan!" bentak Pak Dana kepada istrinya.

"Uangku sudah habis, kamu tidak punya uang? kita sudah tidak dikasi lagi ngutang di warung" jawab Bu Murni dengan suara gemetar

"Kalau tidak ada uang tidak usah belanja, masak yang ada saja, kalau ke Pura tidak perlu yang mewah, bawa canang sari saja kalau tidak ada uang" sahut Pak Dana ketus.

Terdengar suara tangisan Bu Murni.

Mentari kemudian menutup telinga adiknya.

" Kak, ibu kenapa?" Senja bertanya sambil memandangi kakaknya yang juga ikut menangis.

"Sudah malam, ayo tidur" Kata Tari sambil mengusap air matanya, kemudian menyelimuti adiknya dan memeluknya. Tari berusaha menutup mata dan telinganya, tidak mau melihat dan mendengar apa yang terjadi di luar sana.

Bu Murni dan Pak Dana memang pasangan yang aneh. Mereka bertengkar malam ini dan besok paginya seolah tidak ada masalah.

****

Tari sedang belajar di sebuah meja kecil dengan cahaya lampu minyak. Pak Dana mendekatinya dan membawa sepasang sepatu berwarna hitam dengan hak sekitar 3cm.

"Tari besok pake ini ya" bapak Tari menyodorkan sepasang sepatu baru.

Baru kemarin malam Tari mendengar orang tuanya bertengkar karena masalah uang. Tari menjadi berpikir dialah penyebab uang bapaknya habis, ternyata untuk membeli sepatu baru buat dirinya.

"Makasi Pak" Tari memeluk bapaknya dengan penuh kebahagiaan. Tari tidak mau bertanya tentang pertengkaran orang tuanya. Baginya itu adalah masalah orang dewasa.

Sepatunya memang sudah tidak layak dipakai, apalagi besok Tari ada pentas membaca puisi di hari perpisahan anak kelas 6.

Walaupun kurang perhatian dengan anak-anaknya ketika di rumah, tapi bapak Tari sangat sayang pada anak-anaknya. Kalau masalah belajar Tari memang lebih suka bercerita dengan sang bapak. Apalagi waktu Tari bercerita akan pentas membaca puisi, bapak Tari sudah mempersiapkan sepatu baru untuk Tari. Bapaknya hanya perlu mengukur kaki Tari dengan Jarinya, dan ya "Sepatunya pas pak" kata Tari sambil berjalan berlenggak lenggok di depan bapaknya. "Udah jangan kebanyakan gaya" kata Ibu Tari tersenyum sambil sibuk membuat canang sari. (Sarana persembahyangan umat Hindu).

****

Mentari datang lebih awal, ibu Guru merias wajahnya dengan make up tipis. Dia sudah siap di belakang panggung menunggu giliran. Atasan putih dengan rompi merah lengkap dengan dasi dan rok merah selutut membalut tubuhnya yang kurus. Sepatu baru hadiah dari bapaknya dengan hak 3cm itu serta kaos kaki putih menghiasi kakinya yang panjang membuat Mentari menjadi lebih percaya diri. Rambut panjang dikepang dengan pita merah putih membuat gadis dengan kulit sawo matang itu tampak cantik.

Mentari berdiri di depan, di belakangnya para penyanyi kur lagu Terima kasih Guruku ciptaan Sri Widodo itu sudah siap. Tari membacakan puisi dengan hikmat. Murid kelas 6 banyak yang terlihat menangis dan ada yang saling ejek karena menangis mendengar lagu perpisahan dengan puisi itu.

Para guru juga tampak berkaca kaca, karena anak didiknya yang mereka ajak selama 6tahun akan segera meninggalkan sekolah.

Trima kasihku ku ucapkan pada guruku yang tulus

Ilmu yang berguna slalu di limpahkan

Untuk bekalku nanti

Setiap hari ku di bimbingnya

Agar tumbuhlah bakatku

Kanku ingat slalu nasehat guruku

Trima kasihku guruku

Hu

Hu

Setiap hariku di bimbingnya

Agar tumbuhlah bakatku

Kanku ingat slalu nasehat guruku

Trima kasihku ku

Mentari membungkukkan badannya, riuh penonton bersorak memberikan tepuk tangan. Penampilan Mentari sangat memuaskan.

Para guru juga memberikan tepuk tangan yang meriah, mereka semua tersenyum puas menyaksikan penampilan Mentari dan teman-temannya.

Selanjutnya dibacakan pengumuman kejuaraan di setiap kelas. Mentari dengan bangga menerima peringkat pertama di kelas 4SD. Kepala sekolah menyerahkan piagam penghargaan.

"Selamat ya Tari, dipertahankan ranking kelasnya" kata Bu Kepsek sambil memberikan hadiah yang dibungkus kertas coklat itu. Isinya 3 buku tulis dan sebuah pulpen. Sedangkan juara 2 akan mendapat 2 buah buku, dan juara 3 mendapat 1 buah buku.

Mentari selalu menantikan hadiah juara kelas karena dengan hadiah buku dan pulpen setidaknya untuk tahun ajaran baru berikutnya Mentari tidak perlu membeli banyak buku.

Dengan hadiah dari sekolah ini dia merasa bisa meringankan beban orang tuanya.

"Selamat ya Tari, kamu hebat" puji dirinya sendiri

1997

Episodes
1 Bab 1. Mentari dan Senja
2 Bab 2. Kamu hebat Mentari
3 Bab 3. Penghuni Baru di rumah Mentari
4 Bab 4. Dunia baru Kampung Karet
5 Bab 5. Kehidupan Kampung Karet
6 Bab 6. Mentari terakhir di Sekolah Dasar
7 Bab 7. Kamar Baru Mentari
8 Bab 8. Mentari merasakan cinta monyet
9 Bab 9. Menghasilkan uang sejak kecil
10 Bab 10. Lagi...penghuni baru di rumah Mentari
11 Bab 11. Lagi lagi lagi Penghuni Baru
12 Bab 12. Bumi dan Mentari
13 Bab 13. Janji Mentari kepada Bumi
14 Bab 14. Sungai kampung karet
15 Bab 15. Mentari di SMA
16 Bab 16. 12 orang di rumah Mentari
17 Bab 17. Hadiah istimewa dari Bapak
18 Bab 18. Mentari dan teman baru di dunia maya
19 Bab 19. Mentari punya teman SMS an
20 Bab 20. Nama di balik kata sandi
21 Bab 21. Bumi dan Diary Mentari
22 Bab 22. 3 Jam Bumi dan Mentari
23 Bab 23. Mentari yang tidak bersinar
24 Bab 24. Good Bye Mentari 2005
25 Bab 25. Selamat Datang Mentari 2006
26 Bab 26. Happy sweet seventeen Mentari
27 Bab 27. Ingin masuk universitas
28 Bab 28. Kabar buruk dari Bumi
29 Bab 29. Mentari bersedih
30 Bab 30. Bumi akan meninggalkan Mentari
31 Bab 31. Puisi Bumi kepada Mentari
32 Bab 32. Jawaban Bumi pada Mentari
33 Bab 33. Janji Bumi pada Mentari
34 Bab 34. Katanya Cinta Tak Harus Memiliki
35 Bab 35. Pantai Dajuma
36 Bab 36. Mentari dan Saka
37 Bab 37. Bumi menikah
38 Bab 38. Ujian Mentari
39 Bab 39. Mentari sakit
40 Bab 40. Kenangan di SMA
41 Bab 41. Mentari di Ubud
42 Bab 42. Menjadi anak titipan
43 Bab 43. Buku Mentari
44 Bab 44. Perasaan menjadi anak titipan
45 Bab 45. Mentari ingin pulang
46 Bab 46. Teman baru
47 Bab 47. Belanja ke Pasar
48 Bab 48. Mentari tidak mau pulang
49 Bab 49. Ingin meninggalkan istana
50 Bab 50. Gaji Pertama
51 Bab 51. Minta restu bapak
52 Bab 52. Berbagi kamar kost
53 Bab 53. I Love Ubud
54 Bab 54. Bahagia dengan ketidak adilan.
55 Bab 55. Selamat tinggal 2006
56 Bab 56. HP dari Kak Raka
57 Bab 57. Tamu tak diharapkan
58 Bab 58. Berkenalan dengan Bintang
59 Bab 59. Memberi kesempatan kepada Bintang
60 Bab 60. Masih memilih Bumi daripada Bintang
61 Bab 61. Memori Perahu Karet
62 Bab 62. Mentari dan Bintang
63 Bab 63. Lagu di Radio
64 Bab 64. Kenanganku bersamamu
65 Bab 65. Resep obat dari dokter cinta
66 Bab 66. Mentari mencoba menggapai Bintang
67 Bab 67. Menerima Bintang
68 Bab 68. Pindah tempat kerja
69 Bab 69. Motor Baru dari Bapak
70 Bab 70. Kost Baru
71 Bab 71. Melepaskan Bintang
72 Bab 72. Hari terakhir bersama Tina
73 Bab 73. Merasakan Cinta Bintang
74 Bab 74. Lagu Cinta Pertama
75 Bab 75. Perasaan yang dipermainkan Tuhan
76 Bab 76. Bercermin dari kisah orang lain
77 Bab 77. Aku dan Salju
78 Bab 78. Puisi dan janji pada Tuhan
79 Bab 79. Peran antagonis dalam diri Mentari
80 Bab 80. Cinta Buta
81 Bab 81. Jadikan aku kekasih gelapmu
82 Bab 82. Tentang Yuli
83 Bab.83 Malam bersama Bumi
84 Bab 84. Semua berawal dari SMS
85 Bab 85. Cinta yang bodoh
86 Bab 86. Bertahan atau Melupakan?
87 Bab 87. The End tapi bukan akhir
88 Bab.88 Hidup Baru Mentari
89 Bab.89 Menghindari kenangan
90 Bab.90 Cinta masa kecil
91 Bab.91 Tentang Langit
92 Bab 92. Mengikuti alur
93 Bab.93 Kenanganku Bersamamu
94 Bab. 94 Takdir dan Pilihan
95 Bab.95 Hadiah Terakhir dari Bumi
96 Bab.96 Menuju Langit
97 Bab.97 Takdir Mentari
98 Bab.98 Pilihanmu adalah takdirmu
99 Bab.99 Apakah ini yang namanya Takdir ?
100 Bab.100 Bahagia itu kita yang ciptakan.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Mentari dan Senja
2
Bab 2. Kamu hebat Mentari
3
Bab 3. Penghuni Baru di rumah Mentari
4
Bab 4. Dunia baru Kampung Karet
5
Bab 5. Kehidupan Kampung Karet
6
Bab 6. Mentari terakhir di Sekolah Dasar
7
Bab 7. Kamar Baru Mentari
8
Bab 8. Mentari merasakan cinta monyet
9
Bab 9. Menghasilkan uang sejak kecil
10
Bab 10. Lagi...penghuni baru di rumah Mentari
11
Bab 11. Lagi lagi lagi Penghuni Baru
12
Bab 12. Bumi dan Mentari
13
Bab 13. Janji Mentari kepada Bumi
14
Bab 14. Sungai kampung karet
15
Bab 15. Mentari di SMA
16
Bab 16. 12 orang di rumah Mentari
17
Bab 17. Hadiah istimewa dari Bapak
18
Bab 18. Mentari dan teman baru di dunia maya
19
Bab 19. Mentari punya teman SMS an
20
Bab 20. Nama di balik kata sandi
21
Bab 21. Bumi dan Diary Mentari
22
Bab 22. 3 Jam Bumi dan Mentari
23
Bab 23. Mentari yang tidak bersinar
24
Bab 24. Good Bye Mentari 2005
25
Bab 25. Selamat Datang Mentari 2006
26
Bab 26. Happy sweet seventeen Mentari
27
Bab 27. Ingin masuk universitas
28
Bab 28. Kabar buruk dari Bumi
29
Bab 29. Mentari bersedih
30
Bab 30. Bumi akan meninggalkan Mentari
31
Bab 31. Puisi Bumi kepada Mentari
32
Bab 32. Jawaban Bumi pada Mentari
33
Bab 33. Janji Bumi pada Mentari
34
Bab 34. Katanya Cinta Tak Harus Memiliki
35
Bab 35. Pantai Dajuma
36
Bab 36. Mentari dan Saka
37
Bab 37. Bumi menikah
38
Bab 38. Ujian Mentari
39
Bab 39. Mentari sakit
40
Bab 40. Kenangan di SMA
41
Bab 41. Mentari di Ubud
42
Bab 42. Menjadi anak titipan
43
Bab 43. Buku Mentari
44
Bab 44. Perasaan menjadi anak titipan
45
Bab 45. Mentari ingin pulang
46
Bab 46. Teman baru
47
Bab 47. Belanja ke Pasar
48
Bab 48. Mentari tidak mau pulang
49
Bab 49. Ingin meninggalkan istana
50
Bab 50. Gaji Pertama
51
Bab 51. Minta restu bapak
52
Bab 52. Berbagi kamar kost
53
Bab 53. I Love Ubud
54
Bab 54. Bahagia dengan ketidak adilan.
55
Bab 55. Selamat tinggal 2006
56
Bab 56. HP dari Kak Raka
57
Bab 57. Tamu tak diharapkan
58
Bab 58. Berkenalan dengan Bintang
59
Bab 59. Memberi kesempatan kepada Bintang
60
Bab 60. Masih memilih Bumi daripada Bintang
61
Bab 61. Memori Perahu Karet
62
Bab 62. Mentari dan Bintang
63
Bab 63. Lagu di Radio
64
Bab 64. Kenanganku bersamamu
65
Bab 65. Resep obat dari dokter cinta
66
Bab 66. Mentari mencoba menggapai Bintang
67
Bab 67. Menerima Bintang
68
Bab 68. Pindah tempat kerja
69
Bab 69. Motor Baru dari Bapak
70
Bab 70. Kost Baru
71
Bab 71. Melepaskan Bintang
72
Bab 72. Hari terakhir bersama Tina
73
Bab 73. Merasakan Cinta Bintang
74
Bab 74. Lagu Cinta Pertama
75
Bab 75. Perasaan yang dipermainkan Tuhan
76
Bab 76. Bercermin dari kisah orang lain
77
Bab 77. Aku dan Salju
78
Bab 78. Puisi dan janji pada Tuhan
79
Bab 79. Peran antagonis dalam diri Mentari
80
Bab 80. Cinta Buta
81
Bab 81. Jadikan aku kekasih gelapmu
82
Bab 82. Tentang Yuli
83
Bab.83 Malam bersama Bumi
84
Bab 84. Semua berawal dari SMS
85
Bab 85. Cinta yang bodoh
86
Bab 86. Bertahan atau Melupakan?
87
Bab 87. The End tapi bukan akhir
88
Bab.88 Hidup Baru Mentari
89
Bab.89 Menghindari kenangan
90
Bab.90 Cinta masa kecil
91
Bab.91 Tentang Langit
92
Bab 92. Mengikuti alur
93
Bab.93 Kenanganku Bersamamu
94
Bab. 94 Takdir dan Pilihan
95
Bab.95 Hadiah Terakhir dari Bumi
96
Bab.96 Menuju Langit
97
Bab.97 Takdir Mentari
98
Bab.98 Pilihanmu adalah takdirmu
99
Bab.99 Apakah ini yang namanya Takdir ?
100
Bab.100 Bahagia itu kita yang ciptakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!