"Haish, merepotkan saja! Serena!" Marvin mencoba menyadarkan. Kali ini menyentuh daun telinga Serena dengan tongkat golfnya.
"Ya ampun!"
Marvin terpaksa mengambil minyak hangat, lalu menghidukan minyak tersebut ke ujung hidung Serena. Marvin sebenarnya bisa saja memanggil seseorang untuk mengatasi Serena dan mengeluarkan istri sitaannya itu dari kamarnya. Namun, Marvin khawatir ada pelayan yang salah paham dan citra baiknya akan tercoreng gara-gara keberadaan Serena di kamarnya.
"Hatcim, uhhuk, uhhuk."
Serena mulai siuman. Ia membuka matanya dan menatap sekitaran.
"Sudah sadar? Kalau sudah bisa berjalan, cepat keluar dari kamarku! Oiya, dan jangan pernah katakan pada siapapun kalau kamu pernah masuk ke kamar saya! Paham?!"
Serena hanya mengangguk lemah sambil mengusap air mata yang meleleh ke pipinya. Ia berusaha bangun. Padahal, kepalanya masih terasa pusing.
"Kruwuuk."
Bising usus Serena kembali meronta, ia memegang perutnya seraya menatap ke arah kulkas. Serena ingat benar jika di dalam kulkas tersebut ada banyak makanan yang ia sukai.
"Kamu bisa meminta makan pada Manda. Pelayan di sini dapat jatah makan tiga kali sehari. Tidak ada ceritanya ada pegawaiku yang kelaparan," tegas Marvin.
"Ba-baik Pak Bos. Tapi, apa boleh aku meminta sedikit makanan yang ada di kulkasmu? Aku sangat lapar. Aku tidak yakin bisa keluar dari kamar Pak Bos kalau belum memakan sesuatu."
Serena memberanikan diri menatap Marvin, lalu menunjukkan tatapan mengibanya untuk mendapat belas-kasih dari pria itu. Tatapan permohonan dari mata indah milik Serena yang sebenarnya bisa meluluhkan hati siapa saja yang melihatnya. Tapi tatapan Serena tidak berfungsi pada Marvin, pria itu malah tersenyum sinis.
"Ambil saja," jelas Marvin singkat.
"Aku tidak kuat melangkah, Pak Bos. Apa Anda bersedia mengambilkannya untukku?" Aaaa, batin Serena sebenarnya sedang menjerit.
"Apa katamu?! Enak saja kamu menyuruh saya! Kamu adalah orang pertama yang berani menyuruh saya!" tolak Marvin, iapun bergegas ke sofa dan memainkan ponselnya di sana.
"Tidak masalah, tapi jangan salahkan aku kalau besok pagi nama Anda akan masuk berita," gumam Serena. Lalu ia merebahkan kembali tubuh lemasnya.
"Saya sudah sering masuk berita, saya bahkan punya media sendiri," sahut Marvin.
"Beritanya berita kriminal. Judulnya, 'Sesosok gadis cantik ditemukan tidak bernyawa di kamar milik Bos Marvin. Gadis itu mati karena kelaparan.' Nah beritanya seperti itu," timpal Serena. Matanya mendelik pada Marvin.
"Silahkan saja," kata Marvin. Ya ampun. Pikirnya, Marvin sangat tidak berprikelaparan. Dasar manusia jadi-jadian! Mentang-mentang kaya jadi seenaknya saja memperlakukan manusia.
"Baiklah, aku juga sudah ikhlas kalaupun harus mati kelaparan di kamar ini."
Serena juga tidak mau kalah. Ia mau tahu seberapa jauh manusia berhati batu itu membiarkannya. Pun dengan Marvin, ia ingin tahu seberapa lama gadis itu bisa bertahan. Sepuluh menit berlalu, Serena berusaha memejamkan mata, tapi tidak bisa karena perutnya lapar.
Sial!
Serena merutuki dirinya sendiri. Sebab, ia tiba-tiba ingin buang air kecil. Tahan, tahan ....
"P-Pak Bos ...," lirih Serena, ia tidak bisa bicara keras karena keinginannya kian mendesak.
"Apa! Ganggu saja!" ketus Marvin yang kali ini sedang mengecek sesuatu di laptop pribadinya.
"A-aku mau p i p i s ...." Tidak ada cara lain kecuali jujur.
"A-apa?!" Marvin spontan menutup layar laptopnya.
"A-aku mau p i p i s, to-tolong Pak Bos, a-ah ...," rintih Serena. Ia meringis sambil menggigit bibirnya. Suhu kamar yang dingin karena AC memperparah keadaan Serena.
"Serena! Kamu tidak serius, 'kan?! Jangan bergurau di hadapan saya! Atau papa kamu akan saya jebloskan ke penjara!" Marvin berdiri dan menatap tajam pada Serena.
"A-awh, ehm ... cepat bantu aku pergi ka kamar mandi Pak Bos, a ---."
"Tidak mau!"
"Atau aku akan p i p i s di atas kasur Anda." Serena bicara sambil melengking-lengking. Ia bahkan tidak memedulikan roknya yang tersingkap ke segela arah.
"Kamu!" geram Marvin, segera memalingkan wajah dan mengatur napasnya.
"Cepat lari ke kamar mandi selagi saya berbaik hati! Cepaaat!" teriak Marvin. Ia akhirnya membelakangi Serena agar tidak melihat kondisi Serena yang berantakan.
"Ja-jangankan berlari Pak Bos, berjalan saja aku tidak sanggup. Please Pak Bos, help me," ratap Serena.
"Kamu benar-benar merepotkan! Tahan saja, bisa 'kan?! Kalau kamu sampai mengotori kasurku! Kamu akan mati sungguhan!" ancam Marvin.
"Ka-karena kelaparan, a-aku jadi sangat lemah. Karena sangat lemah, aku bahkan tidak mampu menahan p i p i s," lirih Serena. Wajahnya mulai bekeringat, gadis itu benar-benar sedang menggunakan sisa-sisa tenaganya agar tidak sampai buang air kecil di tempat tidur milik Pak Bos.
"A-aku tidak tahan lagi, Pak Bos, a-aku mau ---."
"Serena jangan!"
"Aku mau ke ---." Pertahanan Serena nyaris habis.
"Sial! Awas kamu ya!"
Dengan gerakan cepat Marvin terpaksa membawa Serena ke kamar mandi. Karena kondisinya sangat genting, Serenapun refleks mengeratkan tangan di leher Marvin sambil memejamkan matanya. Ia tengah berusaha mati-matian agar tidak sampai mengotori tubuh Marvin dengan air seninya.
"Brak."
Untuk pertama kalinya Marvin menendang pintu kamar mandi sambil membawa seorang gadis di pangkuannya. Segera mendudukkan Serena di toilet duduk. Serena yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya menumpahkan semuanya. Ia buang air kecil dalam keadaan mesih memeluk Marvin dan tentu saja belum sempat melepas penghalangnya. Marvin bahkan bisa mendengar dengan jelas aliran air bersuara nyaring yang berasal dari Serena.
"Ahh ...." Serena merasa lega. Marvin membelalakan mata.
"Aaargghh! Lepas!" teriak Marvin. Ia baru tersadar jika ia dan Serena begitu dekat. Marvin melepas paksa tangan Serena yang melingkar di lehernya. Lalu berlari keluar dari kamar mandi sambil merutuki kebodohannya.
"Bisa-bisanya saya terprovokasi oleh gadis itu! Kalau dia benar-benar ngompol, bukankah saya bisa mengganti tempat tidurnya dengan yang baru? Siaaal!" Marvin meninju telapak tangannya. Lalu mengusap lehernya yang tadi dipeluk Serena.
"Pak Bos." Terdengar panggilan Serena dari dalam kamar mandi.
"Ada apa lagi?!" teriak Marvin.
"Rok dan celanaku basah. Anda tahu maksudku, 'kan?"
"Saya tidak mau membantu kamu lagi!" teriaknya. Ia menjauh dari kamar mandi.
"Apa kalau aku mati, kesalahan papaku bisa Anda maafkan?"
Marvin menghentikan langkahnya setelah mendengar ucapan Serena.
"Dengan kamu matipun, hutang papamu tidak akan terbayarkan! Nyawamu tidak cukup untuk membalas kebaikanku pada papamu!" jelas Marvin. Ia diam di tempat untuk mendengar jawaban Serena. Namun, sudah tiga menit berlalu, gadis itu tidak ada suaranya.
"Serena!" Mendekati kamar mandi. Tetap tidak ada jawaban.
"Serena!" Kali ini sambil mengetuk pintu kamar mandi. Masih sama. Tidak ada jawaban.
"Serena! Jangan bercanda! Cepat jawab!" teriak Marvin. Mulai kesal dan sedikit panik. Ia jelas tidak ingin gadis tersebut menimbulkan masalah untuknya.
"Serena!"
Akhirnya menendang pintu kamar mandi untuk kedua kalinya, dan Marvin terkejut karena ia tidak melihat Serena.
"Serena! Jangan bercanda! Atau kamu juga akan saya seret ke penjara!"
Marvin mengitari kamar mandi, dan terkejut seketika saat melihat tubuh Serena mengambang dengan posisi tengkurap di dalam bathupnya.
"Ya Tuhan! Serena!"
Ia berlari cepat, masuk ke dalam bathup dan segera membalikan tubuh Serena.
"Serena!"
Marvin Panik karena Serena seolah tidak bernapas. Cepat-cepat membaringkan Serena di sisi bathup dan bersiap untuk melakukan pertolongan pertama. Ia menduga Serena sengaja melakukan itu karena putus asa hingga ingin mengakhiri hidupnya.
"Serena! Kamu dilarang mati di tempat saya!" Sambil memosisikan diri. Marvin hendak memberikan napas buatan pada Serena. Dengan gerakan ragu, tangan Marvin perlahan meraih dagu Serena untuk membuka mulut gadis tersebut.
"Saya melakukan ini atas dasar kemanusiaan," tandasnya. Lalu memejamkan mata dan bersiap memberi napas buatan.
"Hahaha." Serena tiba-tiba membuka mata dan tertawa. Ia ternyata hanya berakting.
"K-kamu?!" Marvin terkejut.
"Hahaha, ternyata Pak Bos masih memiliki hati nurani. Hahaha, apa Anda berpikir aku akan bunuh diri?"
"Kurang ajar! Dasar gadis bodoh!"
Marvin kesal, dengan gerakan cepat, ia memangku tubuh Serena dan melemparkan kembali tubuh Serena ke dalam bathup. Namun karena kurang hati-hati dan dalam keadaan marah, tubuh Marvin jadi tidak seimbang hingga iapun tercebur ke dalam bathup dan menindih Serena.
"Aaa," teriak Serena.
Detik selanjutnya, bibirnya seolah kelu seketika saat ia bertemu pandang dengan mata Marvin. Untuk beberapa saat, mereka saling pandang dengan dada keduanya yang nyaris menempel dan bernapas bersamaan.
Deg.
Deg.
Deg.
Entah itu bunyi jantung milik siapa. Apa bunyi jantung milik Serena? Atau justru milik Pak Bos Marvin? Yang jelas, hingga detik ini, mereka masih saling menatap.
...~Next~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Zieya🖤
hahahaaaa
aku suka ceritanya thor...
tapi aku menyesal...
menyesal kenapa baru sekarang aku ketemu novel mu
🤭🤭🤭🤭
2023-12-09
2
indah77
serenaaaa..
taklukan pak bos dengan keunikan mu 😅😅😅
2023-01-31
0
indah77
suka sama karakter nya ereen
2023-01-24
0