"Hahaha, panggil saya Bos atau kamu bisa memanggilku Pak Bos. Lalu bagaimana saya harus memanggil namamu?" Pria itu mulai bicara dengan nada pelan.
"Tidak sudi! Mana sudi aku berlaku sopan pada komplotan penjahat seperti kalian! Cepat jelaskan lagi! Apa maksudnya kamu mengatakan jika aku disita?! Memangnya aku barang?!"
"Hahaha." Pria itu malah terbahak. Gadis di bekangnya telah membuat ia banyak bicara. Padahal, prinsip hidup pria ini adalah, "Sedikit bicara banyak bekerja, karena waktu adalah uang."
"Ck ck ck, dasar keras kepala. Baiklah, saya akan langsung menjelaskan inti permasalahannya. Saya berharap, kamu tidak pingsan setelah mendengarnya."
Lalu pria itu berbalik badan perlahan dan mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk untuk menatap gadis itu. Serena. Ya, gadis tersebut bernama Serena, gadis berparas cantik berusia 18 tahun. Putri pertama dari seorang pengusaha sukses bernama pak Wandira. Sayangnya, perusahaan pak Wandira telah bangkrut dan tidak bersisa. Sementara Serena, ia belum mengetahui jika ayahnya telah bangkrut. Ia tidak tahu jika saat ini, ia bukan lagi anak horang kayah.
Terjadilah pandangan pertama di antara keduanya. Bibir Serena menganganga, ia menatap wajah pria itu. Ternyata, pria jahat itu memiliki tampang yang tampan-rupawan. Dia seorang pria keturunan. Matanya indah, hidungnya estetis, bibirnya seksi, berkulit kuning langsat, tingginya di atas rata-rata, dan berpenampilan bak model profesional.
"Saya tidak suka ditatap lama-lama! Palingkan wajahmu Serena! Ingat, saya lebih tua sepuluh tahun dari kamu!"
"Dasar pria tua!" rutuk Serena sembari memalingkan wajahnya. Pria itu mengepalkan tangannya saat mendengar umpatan Serena. Lalu ia menyalakan liquid crystal display.
"Setelah melihat ini, saya yakin kamu akan menyesal. Ia memperlihatkan CV miliknya. Sedang menunjukkan pada Serena tentang identitas dirinya.
'Marvin Mahesa Jacob, CEO of International Development Bank.' Tertulis pada display.
"Anda pikir aku segan dengan nama itu?! Tidak! Aku tidak akan segan dan takut seujung kukupun!" Apa yang dikatakan Serena membuat pria itu marah. Ia membentak Serena dengan kalimat tidak terduga.
"Kamu itu istri saya, Serena! Lebih tepatnya, istri sitaan!" tandasanya.
"Apa?! Hahaha. Dasar gila!" teriak Serena.
Ia yakin pria di hadapannya adalah psikopat. Ia juga tidak yakin jika pria itu adalah Marvin Mahesa Jacob yang namanya sering disanjung-sanjung oleh ayahnya sebagai CEO muda yang hebat dan mengagumkan. Entah yang keberapa kali pria itu mengepalkan tangannya.
"Lihat baik-baik Serena! Ck, kamu sama saja dengan papa kamu! Sombong!" teriaknya. Lalu menekan tombol enter di laptopnya. Muncullah sebuah tayangan vidio pada LCD wall yang berada di hadapan Serena.
Vidio itu memperlihatkan seorang pria berusia sekitar 45 tahun sedang berjabat tangan dengan pria yang mirip dengan pria yang berada di hadapan Serena. Ada dua pria lain yang berada di antara mereka.
"Pa-Papa?!"
Serena tertegun. Ia begitu terkejut dengan vidio tersebut. Keterkejutannya kian menjadi saat pemeran pria berkata, "Saya terima nikah dan kawinnya Alsava Serena Wandira binti Albern Wandira dengan maskawin yang tersebut, tunai."
"Bagaimana saksi?"
"Sah."
"Sah."
"Ti-tidak mungkin," gumam Serena. Bibirnya sampai gemetar karena teramat bingung. Ia menggigit bibirnya untuk memastikan jika apa yang dilihatnya bukanlah mimpi.
"Awh," ia mengaduh. Ini bukan mimpi.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya. Ia kembali menatap pria di hadapannya.
"Tanyakan saja pada papamu," jawabnya dengan senyum licik menyeringai dari bibir seksinya.
"K-kamu pasti bohong! Papaku pasti sedang ngeprank! Ya, 'kan?!"
"Kalau aku bersumpah atas nama Tuhan, apa kamu akan percaya?" Malah balik bertanya.
"Mana bisa aku percaya sama penjahat! Cepat lepaskan aku! Aku harus bertemu dengan papaku! Cepaaat!" teriaknya lantang. Namun, kelantangannya tidak berlanjut. Serena tiba-tiba merasa kalut dan pusing. Dalam benaknya, ia ternyata ketakutan setelah melihat vidio itu.
Apa benar aku telah menikah dengan pria itu? Jika benar, kenapa? Kenapa aku harus menikah? Kenapa papa melakukannya?
Pertanyaan itu membuatnya bingung, kepalanya pusing, dan matanya berkunang-kunang. Lalu gelap melanda, dan kepalanya terkulai dengan sendirinya.
"Hei, Alsava! Serena! Alsava Serena!" Pria itu memanggil berulang. Namun Serena tidak merespon. Matanya terpejam. Gadis belia itu ... pingsan.
"Serena!" Ia mengambil tongkat golf untuk menyentuh pipi Serena. Tetap tidak merespon. Padahal, tentang pingsan itu hanya leluconnya. Namun tidak dinyana, Serena malah pingsan sungguhan.
"Hugo!"
"Edrick!"
"Boy!"
"Rian!"
Ia berteriak sambil melempar tongkat golf ke arah pintu. Terungkap sudah nama ke empat pria yang tadi membawa Serena.
"Siap, Bos!"
Mereka datang dengan cepat.
"Lihat! Dia pingsan! Cepat urus!" sentaknya.
"A-apa yang harus kami lalukan Pak Bos?" Ternyata, anak buahnyapun ada yang memanggilnya Pak Bos.
"Kembalikan gadis itu pada orang tuanya! Biarkan mereka menangani masalahnya!"
"Baik Pak Bos." Serena yang pingsanpun dibopong keluar. Pak Bos menatapnya hingga sosok semampai itu menghilang di balik pintu. Alisnya mengernyit.
Tunggu, apa sebelumnya aku pernah bertemu dengan gadis sombong itu? Kenapa aku merasa pernah melihatnya? Mungkin hanya perasan saja. Ia menyimpulkan asumsinya.
...***...
"Aaaa," teriak Serena. Ia terkejut dengan keadaan di sekelilingnya.
"Eren? Kamu sudah sadar sayang?" Seorang wanita dewasa berparas cantik segera memeluk Serena.
"Mama? Ma, kita ada di mana? Kenapa kita ada di tempat kumuh seperti ini? Jelaskan pada Eren, Ma."
"Sa-sayang, huuu." Wanita itu malah menangis.
"Mama, jangan membuat Eren bingung. Oiya, papa di mana, Ma? Eren harus menjelaskan dan menanyakan sesuatu pada papa." Sambil memijat kepalanya yang terasa pusing. Lalu Serena mengingat sesuatu. Tadi, saat ia setengah sadar, ia melihat ada soseorang yang menginfus dan memberinya obat.
"Eren." Seorang pria masuk.
"Papa? Pa, Eren dicu ---."
"Papa sudah tahu semuanya," selanya. Ia duduk di samping Serena. Lalu memasygul rambutnya kuat-kuat. Pria itu tampak putus asa.
"Papa sudah tahu kalau aku diculik?! 'Kok bisa? Apa Mama juga sudah tahu?"
"Mama juga sudah tahu."
"Apa?! Ini ada apa 'sih? Dan ini rumah siapa?! Kenapa sikap Mama dan Papa sangat aneh?!"
'PLAK.' Sebuah tamparan mendarat di pipi Serena.
"Papa!" teriak mama Serena.
"Pa-Papa?!" Serena terkejut. Serena memegang pipinya dan menangis. Ia benar-benar tidak mengerti dengan semua ini.
"Kamu pergi dulu, biarkan aku saja yang bicara pada Serena."
"Ta-tapi, Pa. Aku mamanya, aku juga memberi penjelasan pada Serena."
"Tidak perlu! Aku papanya. Aku kepala keluarga! Aku lebih berkuasa dari pada kamu!" Ia bahkan menarik tangan istrinya agar segera meninggalkan kamar. Serena hanya bisa terisak dan menatap keheranan.
"Eren, kamu sudah papa nikahkan dengan Bos Marvin," jelasnya tanpa basa-basi.
"A-apa?!" Serena melongo tidak percaya.
"Perusahaan Papa bangkrut, Eren. Kita jatuh miskin. Semua aset Papa habis. Satu-satunya barang berharga yang Papa miliki hanya kamu. Jadi, Papa menjaminkan kamu pada Bos Marvin untuk disita."
"Hahh?! A-apa?!"
Serena memegang dadanya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ternyata, Bos Marvin tidak menipu. Pria itu mengatakan kebenaran.
"Rumah kita disita, ini adalah tempat tinggal kita yang baru."
"Huuu." Tangisan Serena kembali pecah.
"Hanya kamu yang bisa menolong Papa, mamamu, dan adik-adikmu."
"Ta-tapi kenapa harus dengan cara menikah, Pa?! A-apa Papa tahu?! Bos Marvin menyebutku sebagai istri sitaan! Eren tidak mau, Pa! Dia pria yang menyeramkan! Lagi pula, Eren sudah punya pacar dan tidak mencintai pria itu!"
"Eren! Apa pantas kamu beteriak pada Papa! Ren, dengarkan, kamu dan Bos Marvin sudah menikah. Kamu harusnya bahagia karena Bos Marvin mau menerima tawaran Papa. Jika tidak, Papa bisa dipenjara, Ren. Apa kamu mau Papa jadi pesakitan?"
"Pa, aku mau tanya dulu. Kenapa perusahaan Papa bisa bangkrut? Apa yang diberitakan media itu benar? Apa benar papa berjudi?"
"Kamu tidak perlu tahu! Lakukan saja perintah Papa! Buat Bos Marvin jatuh cinta sama kamu dan tidur sama kamu!"
"A-apa?! Papa! Aku tidak mau!"
"Eren, coba berpikir logis. Jika kamu berhasil tidur dengan Bos Marvin dan bisa mengandung darah dagingnya, kehidupan kita tidak akan sulit lagi. Masa depan keluarga kita akan terjamin dan Papa bisa membangun kembali perusahaan Papa."
"Papa sudah gila ya?! Aku tidak sudi! Tega sekali menjualku! Aku tidak mau!"
"Serenaaa!" Pria itu mengepalkan tangannya. Giginya gemeretak, wajahnya memerah.
"Huks," Serena terisak.
"Baik! Silahkan kamu menolak pernikahan ini! Tapi Papa tidak menjamin bisa mengobati mama kamu!"
"A-apa?! Ma-maksud Papa apa?!"
"Lihat ini!" Ia mengeluarkan sebuah berkas dari tasnya. Lalu melemparkannya pada Serena. Serena mengambilnya dengan tangan gemetar. Ia membaca berkas itu, matanya membulat sempurna.
"Ti-tidak mungkin," gumamnya. Ia bersimpuh di lantai.
"Ke-kenapa Eren baru tahu, Pa?"
"Karena mamamu tidak ingin membuatmu khawatir."
"Huuks. Huuu. Aaargghh!" teriaknya, Serena dilema.
...~Next~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasiang serena, hidup menderita,
2023-09-23
0
indah77
góoooooóo
2023-02-08
0
indah77
semangat nyaaaiiii
2023-01-31
1