Bab 5| I Love You

Setelah acara selesai, semua tamu sudah pulang, Orang tua Stella juga sudah pulang lebih awal karena Daddy nya ada pertemuan bisnis mendadak, mau tidak mau Mommy nya juga harus pulang karena sudah lelah.

Jack terlihat menghampiri pria paruh baya berbadan sedikit lebih berisi tetapi aura ketampanannya masih sangat jelas terlihat.

Stella melihat sahabatnya yang memeluk bahagia Daddy nya yang memang sangat jarang sekali mereka bertemu, setelah itu Stella melihat Pria gagah di sebelah Jack dan Daddy nya yang saling berpelukan. Dia terlihat seperti seorang anak dan kakak yang bahagia melihat adik dan Ayahnya berpelukan. Senyumnya sangat hangat.

Stella tidak akan berfikir bahwa mereka saudara, karena Jack dan pak Boy dua orang berbeda, meskipun mereka berdua kadang-kadang terlihat mirip namun tetap saja, yang Jack menyenangkan dan Pak Boy menyebalkan.

Tapi sialnya hati Stella memilih orang menyebalkan itu.

"Apa kau juga merasa kalau mereka bertiga sedikit mirip?" Ucap Anggi yang berdiri disamping Stella dengan minuman kotak ditangannya.

"Aku juga merasa seperti itu, tapi tentu saja tidak mungkin, karena kalau benar, tidak mungkin Jack tidak memberi tahu kita, lagi selama ini dia sangat anti dengan pak Boy kan?" Jelas Stella mematahkan keraguan merekaazc

"Kau benar, kalau benar tidak mungkin dia di hukum dan mereka juga tidak pernah terlihat datang bersama apalagi berbincang bersama".

Stella dan Anggi sibuk dengan obrolan mereka mengenai dua mahluk tampan di sekolahnya dan tidak menyadari bahwa salah satu di antara mereka sedang mendekat.

"Jangan bilang kalian menggosipiku". Jack datang dengan senyumanya dan mencubit pipi Stella.

"Jack....." ..."Sayang..." Jack dan Stella bersamaan. Stella kesal sambil menggosok kedua pipinya.

"Mana Joshua?" Jack celigak celinguk mencari keberadan temannya.

"Dia sudah pulang, urusan mendadak katanya". Jack hanya mengangguk mengerti, tidak ada Joshua sebenarnya tidak masalah, asal Stella ada.

"Masih ada aku disini. Jadi jangan melupakanku". Ketus anggi melihat tatapan memuja Jack ke Stella.

"Pulanglah...bukankah kau harus istrahat karena semalam begadang". Perkataan Jack membuat atensi Stella beralih menatapnya tajam.

"Semalam kalian bersama?" Selidik Stella.

Jack hanya menggangguk sambil melihat ekpresi Stella. Stella hanya mencebikkan bibir kemudian mengangguk acuh.

Anggi yang melihat itu hanya tertawa. Membuat Stella semakin bingung. "Kenapa? Jack berbohong?" tanya Stella

"Tentu saja..."

"Tidak..."

"Ish kalian...." Stella berbalik dan meninggalkan Anggi yang masih tertawa.

"Kau kenapa? Jangan bilang kau cemburu?" Jack mengejar Stella dan berjalan beriringan melewati gerbang sekolah.

Jarak sekolah dan rumah Stella memang tidak jauh, jadi tiap harinya Stella berjalan kaki dari rumah ke sekolah. Sedang Jack memang sangat hobby mengantar gadisnya. Dan dimana Jack tinggal? Tentu saja dirumah Joshu, jarak rumah Joshua dan Stella juga tidak terlalu jauh. Jadi tiap hari Jack akan melewati rumah Stella menuju sekolah. Kalau ditanya Joshua dan Jack apakah ada hubungan keluarga, tentu saja tidak. Orang tua Joshua bekerja dirumah utama keluarga Jack di kota. Jadi tidak masalah kalau Jack menginap bersama Joshua.

"Siapa bilang aku cemburu, kalian memang cocok". Stella semakin mempercepat langkahnya. Dia tidak cemburu. Hanya kesal karena mengegahui Jack dirumah Anggi semalam, padahal belum lama Jack mengungkap perasaannya. Ah sangat menyebalkan.

"Aku berbohong, bagaimana mungkin aku bersama gadis lain saat malamku dipenuhi wajah cantikmu".

Stella hanya memutar mata malas, sahabatnya ini sekarang terlalu pandai membuat kata-kata manis.

"Tadi aku lihat Pak Boy sangat akrab dengan daddymu".

"Tentu saja akrab, akan sangat aneh kalau mereka tidak saling menyukai". Jawab Jack enteng.

"Kau benar juga".

"Memang apa yang kau fikirkan?" Tanya Jack

"Tidak ada...lupakan saja, setelah ini kau akan lanjut dimana?

************

Ditempat lain, Boy tengah sibuk dengan ponselnya, dia sudah kembali kerumahnya setelah memastikan semua anak-anak didiknya tidak ada yang tertinggal di aula..terlebih setelah melihat Stella dan Jack pulang.

"Ah sial...kenapa tidak di angkat?" dia berdecak kesal karena sedari tadi nomer yang di tujunya, tersambung tetapi tidak ada tanda-tanda akan di jawab.

"Dimana adikmu..? Tanya pria paruh baya itu sambil menyesap perlahan teh hangatnya.

"Dimana lagi kalau bukan di rumah gadisnya". Boy kesal sendiri saat menyebut adiknya memiliki gadis pujaannya. Walauoun dia yakin mereka belum menjalin kasih.

Tuan William tergelak, anak bungsunya sudah memiliki kekasih sedangkan yang sudah cukup usia menikah belum memiliki tambatan hati

"Jangan tertawa Dad...".

"Oke..Bagaimana kalau liburan ini kita adakan pertemuan makan malam dengan Tuan Jonas? Dia memiliki anak gadis gang sudah siap menikah, Daddy yakin kalian akan cocok".

Menghela nafas...kemudian Boy mengangguk, mungkin memang sudah waktunya dia memiliki kekasih, menikah dan punya anak.

Setelah beberapa minggu terlewati, hari ini tiba juga, semua siswa dinyatakan lulus dan sudah menerima sertifikat kelulusan. Sekolah diliburkan, untuk menerima siswa baru di bulan mendatang.

Disinilah Stella sekarang disebuah taman. Dia duduk dengan gelisah. Meremas tangan. Sesekali dia mengelap tetesan keringat yang timbul di dahinya, rambut coklatnya dikuncir setengah.

Dia gelisah. Sudah setengah jam dia duduk namun yang ditunggu sepertinya memang enggan untuk menemuinya. Stella menghela nafas panjang dan berdiri. Dia beranjak dari bangku taman dengan lunglai.

"Kau mau kemana?"

'Deg

Jantung Stella berdebar sangat cepat sekarang. Dia tidak mengira akan semengerikan ini bertemu berdua. Jantungnya seperti akan melompat.

Stella mengangkat wajah, dan tersenyum kikuk. Kemudian kembali menunduk dan meremas jemarinya. Boy memperhatikan gadis didepannya dengam lamat, mulai dari ujung kaki ke ujung kepala. Boy Lebih terlihat gagah saat ini. Walaupun biasanya juga tampilannya selalu menggoda. Tetapi dengan celana kain dan kemeja putih yang di bagian lengannya digulung seperti ini membuat siapa saja akan lengket.

"Bapak datang?" Stella masih menunduk. Suaranya pelan namun masih bisa didengar.

"Tentu saja, ada anak kecil yang meminta datang, jadi aku kasian, terpaksa datang". Jawabnya sambil mebatap tajam Stella yang masih menunduk.

"Katakan.. Apa yang ingin kau sampaikan sampai memanggilku datang? Bukankah seharusnya kau yang datang? Suaranya tenang tetapi terdapat nada tidak suka.

"I love you".

'Deg

Seketika atmosfer disekitar mereka berubah, sunyi, dan sepi seolah tidak ada yang berani bersuara. Hanya tiupan angin yang berhembus lembut mengibarkan rambut Stella dengan halusnya.

"Huahahahahaha". Boy berdecak dan tertawa keras mendengar pengakuan Stella yang sangat berani.

"Kau..anak kecil ini, anak manja dan suka sekali tebar pesona mengatakan cinta padaku?".

Stella masih diam, dia merasa akan pingsan saat mulutnya tampa aba-aba mengakui perasaannya. Dan lagi dia merasa kecewa karena pengakuannya ditertawakan. Dia sangat sedih.

"Hah..kau sadar siapa dirimu hm? kita tidak akan bisa menjalin kasih seperti yang kau bayangkan. Karena aku tidak akan menjadi pengasuh anak manja sepertimu".

Tampa terasa air mata Stella mengalir ke pipinya yang putih.

"Setidaknya jika bapak menolak jangan mengataiku seperti itu". Stella menangis sesegukan.

"Ck, jangan menangis, kau terlihat semakin jelek dari biasanya".

Stella menghapus air matanya. Dia tersenyum getir dam berbalik akan pergi dan mengucaokan maaf karena telah membuang waktu gurunya. Hanya untuk mendengan pengakuan konyolnya "Maaf".

Stella melangkah menjauh sebelum suara berat itu menghentikannya "Buang perasaan itu darimu, masih belum terlambat, karena sampai kapanpun aku tidak akan menggapmu seperti wanita dewasa".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!