Didalam kamar tidur berukuran sedang, dengan dekorasi putih dan biru muda itu, Gadis bermata coklat itu, menghempaskan diri dengan kasar diatas kasur empuknya. Menutup muka dengan bantal dan sesekali mengayunkan kaki ke atas seperti berlari.
"Aaaaaahhhhgghh, Kau gila.." Diperjalanan pulang Stella terus saja mengumpat kesal.
"Kau itu sahabatku, tidak seharusnya kau lakukan hal bodoh seperti itu,...hiks..." Stella terisak, dia kesal, marah dan juga sedih.
Setelah beberapa menit menangis, Dia bangkit berdiri depan cermin dan melihat sosok aneh didalam. Mata bengkak, rambut panjang acak-acakan, dan maskara yang blepotan.
"Hei...Lihatlah aku terlihat seperti monster didalam, hwaa hahha". Stella mengatai dirinya dia terbahak. Kemudian dia kembali sendu.
Menghela nafas panjang, dia kembali duduk di pinggir kasur. "Aku berharap besok skan seperti biasa, aku harap kau hanya bercanda". Gumamnya penuh harap walaupun dia ragu, karena dia bisa melihat keseriusan jack tadi.
Tiba-tiba alat canggihnya berbunyi segera dia ambil alat canggih berbentuk pipih itu dan membuka satu pesan masuk dari sebuah nomer asing. Dia memincingkan mata karena tidak menegenal nomer tersebut tetapi yang membuat matanya membolak dan jantungnya berdetak adalah siapa pengirim lesan tersebut...
"Huwaaaaa.....dia..dia mengirim pesan untukku" Tampa sadar Stella berdiri, mencium dan berputar bahagia seperti mendapatkan uang jutaan dolar dalam sekali nafas. Berlebihan.
"Aku harus balas apa ya? Atau aku diamkan saja? Dia berfikir sambil mengetik huruf-huruf itu menjadi sebuah kaliat, tetapi kembali di hapusnya. Begitu seterusnya sampai pada akhirnya sehuah ucapan akhirnya terkirim "Terima kasih".
Hampir bermenit-menit dia menyusun kata tetapi yang terkirim hanya ucapan itu "Terima masih".
Stella gadis yang cerdad hanya saja sedikit ke kanak-kanakan, hanya sedikit. Tetapi terlalu sering mengamalkannya. Jadi seperti itulah dia.
__________
"Bagamana apakah kau berhasil mengungkapkan perasaanmu? Tanya Joshua teman yang selama ini selalu mendengar curhatan sahabatnya Jack.
"Sudah ku ungkapkan, tetapi belum ada jawaban". Jawabnnya menghela nafas berat.
"Setidaknya kau sudah berjuang mengungkapkannya, biarkan dia memutuskannya sendiri".
"Menurutmu apakah dia akan menerimaku? Tanya Jack agak ragu.
"Aku tidak ahli dalam hal tebak menebak, kau tunggu saja besok". Jawab Joshua berlalu meninggalkan temannya dalam kegelisahan.
"Brengsek, kalau aku tahu seperti ini aku tidak.akan mengungkapkannya tadi" Jack memang sedikit menyesal karena terlalu terburu mengungkapkan perasaannya, sebenarnya dia hanya takut kalau gadianya akan direbut pak Boy. Mengingat nama itu Jack pesimis sendiri.
"Harusnya Bapak tidak boleh masuk dalam kisah kami". Jack seperti berlebihan kalau menyangkut masalah perasaan, karena dia tahu sehabatnya itu menyukai pak Boy.
Dia mengingat bagaimana tatapan memuja Stella saat melihat guru bahasa mereka. Jack tentu tahu tatapan apa yang Stella perlihatkan. Entah guru mereka itu sadar atau tidak. Tetap saja Jack takut.
Keesokannya disekolah, sepertinya memang hari baik buat Stella karena bebas dari hukuman, walaupun tadi dia terlambat lima menit. Di dalam ruang kelas yang berisikan tiga puluh siswa itu hanya Stella saja yang tidak melakukan apa-apa seperti teman-temannya, yang berlari, bergosip, menyanyi dan lain-lain sembari menunggu guru masuk.
"Mikirin apa?" Tanya Joshua yang duduk didepan Stella, yang di angguki oleh Anggi juga.
"Mikirin Pak Boy,". Stella terkekeh kecil, mengingat nama pak boy saja, bisa dikatakan Stella sudah jatuh cinta, karena kemanaoun dia seperti melihat gurunya dimana-mana, di dinding, di pohon di langit.
Joshua dan Anggi hanya mendengus kesal. Selalu saja nama guru mereka yang galak itu menjadi bahan perbincangan stella. Entah kenapa temannya ini menyukai guru mereka yang galak, dan suka sekali menghukum walaupun mereka semua sadar Pak Boy memang tampan apalagi saat tersenyum.
"Heh, jangan coba-coba memikirkan calon suamiku". Stella memukul kepala Anggi yang tiba-tiba saja senyum-senyum sendiri.
"Aww....Stella". Pekik Anggi merasakan kepalanya sakit terkena buku tulis.
"Hei...kalian melupakanku?" Sapa Jack menghampiri teman-temannya. Jack ini sangat tampan lihat saja setiap hari rambutnya selalu terlihat acak-acakan tetapi tidak mengurangi ketampanannya. apalagi saat dia tersenyum.
"Kau terlambat Bro..kau tidak takut membersihkan seluruh kelas lagi?" Joshua sebenarnya tahu kenapa Jack terlambat tetapi dia harus mencairkan suasana apalagi saat melihat Stella tiba-tiba terdiam
"Selamat pagi sayang". Jack mengabaikan Joshua dan duduk disamping Stella dan mengacak-acak rambut yang tidak pernah terikat itu.
Tidak ada yang beran dengan panggilan itu, karena sejak dulu Jack memang suka memanggil Stella dengan sebutan itu. Mungkin saat itu Jack memang sudah menyimpan rasa untuk sahabatnya.
"Jack...kau merusak rambut indahku". Gerutu Stella dengan bibir mengerucut.
Setelah itu mereka semua terbahak, tertawa bersama sampai jam pelajaran tiba, guru yang mereka tidak harapkan masuk dengan beberapa buku ditangan. Suasana menjadi tegang, karena mereka tahu guru mereka ini terkesan mengintimisi.
Tapi tidak buat Stella, baginya kehadiran Pak Boy didalam Kelas bisa membuat moodnya berubah menjadi lebih banyak energi.
Semuanya menyimak dengan baik, tidak ada suara apapaun didalam kelas, hanya suara pak Boy saja yang terdengar didalam menggema dengan sangat merdu. Dan itu hanya bagi Stella tentunya.
Sesekali Jack menoleh ke belakang, melihat bagaimana lagi-lagi Stella menatap memuja ke arah pak Boy yang tengah memberi materi.
"Stella, apakah aku tidak pantas mendapat kan sedikit saja perhatianmu?" gumam Jack dalam hati dan kembali menatap pak Boy yang memang menurutnya memang tampa celah, tampan. pintar, dan mapan. Helaan demi helaan nafas yang Jack keluarkan agar fokusnya kembali.
Kegiatan belajar mengajar itu berlangsung dengan semestinya. Stella dan Jack kembali seperti biasa, sudah tidak canggung lagi, Jack sudah menyakinkan Stella bahwa dia tidak akan memaksakan perasannya, demi persahabatan mereka. Stella tidak sungkan untuk berbagi cerita ke Jack, bagaimana sikap pak Boy yang tiba-tiba baik dan tiba-tiba saja dingin. Semua Stella curahkan. Dia tidak memikirkan bagaimana reaksi Jack saat mendengar nama orang lain terucap dari bibir wanita yang di cintainya. Sakit. Tapi Jack akan menahannya.
"Stella, Pak bayu memanggilmu ke ruanganya". Beritahu Anggi duduk disamping Jack, jadi posisi mereka saat ini Stella sebelah kiri, Jack ditengah dan Anggi samping Jack.
"Aku..?" mengerutkan dahi, seingatnya dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun minggu-minggu ini.
"Hum, karena hanya kau yang bernama Stella di sekolah ini". Jawab Stella santai sambil memakan cemilan ditangan Jack, dia tidak melihat bagaimana tajamnya tatapan Jack tidak suka ada memakan makanan yang seharusnya untuk Stella
"Kau itu....bisa serius tidak". Malah Stella yang tidak serius sekarang. Lanjutnya "Kenapa menggilku, seingatku aku tidak melakukan kesalahan belakangan ini".
"Sudahlah, aku juga tidak tahu, kau ke ruangannya saja, disana juga ada Pak Boy mungkin saja dia mau melamarmu". Anggi tertawa membayangkan hal romantis yang tidak mungkin terjadi. Sementafa Stella dan Jack menatapnya aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments