"Apa sih yang kalian lihat?" tanya Chia risih. Mereka pun duduk dan menggelengkan kepala. "Tidak lihat apa - apa kok, cuman kita heran saja, kenapa kau terlihat lusuh begini, Chi?" tanya mereka.
"Akhir - akhir ini, kau baik - baik saja, kan? Tidak diteror sama om - om, kan?" Mereka terus mengajukan pertanyaan sambil meneguk minumannya masing - masing. Mereka tahu bahwa Chia sangat cantik, dan gara - gara parasnya itu, kadang setiap pulang sekolah ada bapak - bapak atau sugar Daddy yang menawarkan tumpangan gratis padanya. Tapi Chia menolak semua.
'Bukan diteror, tepatnya gue udah jadi istri Om - om!' gerutu Chia dalam hati.
"Ngomong apa sih? Aku baik - baik saja kok," ucap Chia tersenyum. Cowok - cowok yang hadir seketika tambah terpesona. Senyum saja membuat mereka klepek - klepek, apalagi kalau diam, damage Chia membuat mereka seperti tersengat listrik 200 volt. Menembus bagai anak panah ke dalam hati mereka. Walau begitu, sebagian cewek yang hadir tentu ada yang iri dan benci pada Chia.
"Ck, jujur saja kau sedang gelisah karena tidak mampu lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya, hahaha … miskin," cemooh cewek - cewek itu.
"Modal paras aja belagu, tidak seperti Agnes, sudah cantik, tajir dan bukan yatim piatu. Calon mahasiswa pula." Mereka mengagumkan salah satu cewek di antara mereka, sang primadona ke ll dan berasal dari keluarga kaya tajir melintir tapi sayangnya, sifatnya sombong dan pelit. Serta haus pujian dan gila berjudi.
"Hei, diam kalian ya! Jangan seenaknya hina - hina orang. Ngaca, tol*l. Chia itu bukan cuma cantik, tapi otaknya juga jenius, nilainya lebih tinggi dari kalian!" ujar Susi, sahabat Chia.
"Udah, Si. Jangan ladeni mereka." Chia menenangkan Susi yang memang gampang marah, tidak sepertinya yang masih bisa sabar dan menahan kepalan tangannya yang gatal ingin menonjok satu - persatu cewek di meja itu.
"Benar, tuh. Kita lanjut makan - makan aja yuk," sahut yang lainnya.
Semuanya pun berjalan lancar sampai akhir dan di meja sebelah, nampak Agnes dan the gengnya itu pergi menuju ke sebuah bar. Sedangkan yang lain, memilih untuk pulang istirahat. Terutama Chia dan Susi pulang ****** kaki.
Tiba - tiba, mobil putih mewah menepi di pinggir jalan. "Cieee… kok jalan kaki sih? Panggil sugar Daddy kau dong, hahahaha…." tawa the geng Agnes.
"Kasihan, sang primadona nomor satu hanya bisa berjalan kaki. Pasti malam ini dia gak punya ongkos buat sewa taksi, upss, hahaha…." Mereka melaju pergi, tak lupa melemparkan kresek bekas berisi sampah - sampah mereka di depan kaki Chia.
"Woy, sini kalian, berengsek!" Susi meneriakinya dan menendang kresek itu.
"Udah, Si. Jangan emosi, kita abaikan saja mereka. Toh, ini hari terakhirku di kota ini. Mereka dan aku tidak akan pernah bertemu lagi," ucap Chia memungut kresek itu, membuangnya ke tong sampah.
"What? Maksudnya, kau mau meninggalkan aku?" Susi memegang dadanya yang berdetak dug - dug.
Chia membuang nafas kasar. Kemudian tersenyum seadanya. Chia juga tak tega meninggalkan sahabatnya itu, namun ia sadar kondisinya saat ini hanya akan menyusahkan Susi. Apalagi ia tidak bisa mengatakan statusnya itu. Sehingga ingin pergi untuk merahasiakannya..
"Maaf, Susi. Di kota lain sana, aku punya keluarga. Mereka memintaku ke sana dan menyuruhku lanjut kuliah di sana. Kau tidak usah sedih begitu. Kau jangan berniat ikut ya, awas!" kata Chia terpaksa bohong dan gemas melihat raut wajah Susi.
"Huaaa… Chia!" Susi memeluknya. "Seminggu lalu, kau membuatku cemas gara - gara tidak mendapat kabar darimu, tapi sekarang kau malah ingin pergi. Kau membuatku tambah sedih tahu."
Chia bergidik geli mendengarnya. "Udah deh, jangan lebay gini. Hubungan kita tetap lanjut kok, jadi pulang sana. Nanti aku hubungi kau setelah sampai di sana. Okeh?" Chia mencubit hidung Susi.
"Janji, ya! Hubungi aku kalau kau tiba di sana."
"Ya, janji." Chia tersenyum. Susi pun balas tersenyum kemudian menaiki bis. Meninggalkan Chia sendirian di pinggir jalan kota.
"Arghh, dasar bego!" umpat Chia masih berdiri di tempatnya.
"Bego banget sih kau, Chia! Susi adalah satu - satunya tempat kau bergantung, tapi sekarang kau melepaskannya. Malam ini, aku mau kemana? Sewa rumah kontrakan masih belum aku bayar, sewa listrik dan sewa air juga belum. Aku harus bagaimana, Tuhan?" Chia mendongak ke atas. Sedikit matanya kelilipan kala setetes air jatuh mengenainya. Langit di atas tampak diselimuti awan hitam. Tanda hujan tidak lama lagi akan mengguyur kota metropolitan itu.
"Apa aku jual diri? Toh, aku udah gak perawan lagi, kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mom Dian
Aduh jangan jual diri jual bunga online aja, kalau lo jual diri gak bisa bayangin lo selaris apa...ngeri deh
2023-01-09
3
Suky Anjalina
next
2023-01-01
0
sella surya amanda
lanjut
2023-01-01
1