2. BAB 2 II Tidak Perawan

"Apa yang kalian lihat?" tanya Chia, nada suaranya sedikit meninggi karena risih. Seolah semua mata di meja itu menusuknya. Teman-temannya buru-buru menunduk, menggelengkan kepala.

"Enggak lihat apa-apa kok, Chi," ujar salah satu dari mereka, suaranya terdengar canggung. "Cuma, kamu kelihatan… beda. Sedikit pucat, mungkin?"

"Akhir-akhir ini kamu baik-baik saja, kan? Enggak ada om-om iseng yang gangguin kamu lagi?" Pertanyaan itu meluncur bersamaan dengan tegukan minuman soda dari gelas masing-masing. Mereka tahu betul bagaimana paras Chia yang menawan seringkali menarik perhatian "om-om" bermobil mewah atau sugar daddy yang menawarkan tumpangan. Tapi Chia selalu menolak, tanpa gentar.

Bukan diteror, kalian salah besar. Aku justru sudah jadi istri om-om itu! gerutu Chia dalam hati, pahit. Senyum dipaksakan merekah di bibirnya. "Aku baik-baik saja, kok. Kalian ini ada-ada saja."

Senyum Chia, walau tipis, memiliki daya magis yang kuat. Seketika, para cowok di meja itu seperti tersengat listrik. Mata mereka terpaku, seolah panah asmara menembus jantung. Kharisma Chia, bahkan dalam keadaan lusuh pun, tetap mampu memabukkan. Namun, tentu saja, tidak semua yang hadir mengaguminya. Beberapa gadis menatapnya dengan pandangan iri dan kebencian.

"Cih, jujur saja kamu gelisah karena enggak sanggup lanjut kuliah, kan?" cemooh suara melengking dari meja sebelah. Itu gengnya Agnes. "Hahaha… miskin."

"Modal paras aja sok belagu. Enggak kayak Agnes, udah cantik, kaya raya, bukan anak yatim piatu pula. Calon mahasiswi lagi!" Mereka dengan bangga memuji Agnes, gadis yang duduk di tengah mereka. Agnes, sang primadona kedua di sekolah, berasal dari keluarga super kaya, tapi sayangnya, ia adalah definisi kesombongan, pelit, haus pujian, dan punya hobi berjudi.

"Hei, diam kalian! Jangan seenaknya menghina orang!" Susi, sahabat karib Chia, mendesis marah. "Ngaca dulu, tolol! Chia itu bukan cuma cantik, otaknya juga jenius! Nilainya jauh lebih tinggi dari kalian semua!"

"Sudah, Si. Jangan diladeni." Chia menenangkan Susi, yang memang terkenal gampang terpancing emosi. Berbeda dengan Chia yang harus mengerahkan seluruh kesabarannya untuk menahan kepalan tangan yang gatal ingin mendarat di wajah-wajah sombong itu.

"Betul. Ayo kita lanjut makan saja," sahut teman yang lain, mencoba mencairkan suasana.

Malam kelulusan itu berjalan lancar hingga akhir. Dari meja sebelah, Agnes dan gengnya bangkit, melenggang santai menuju sebuah bar. Sementara yang lain memilih pulang untuk beristirahat. Chia dan Susi memutuskan berjalan kaki, menikmati udara malam yang sedikit sejuk.

Tiba-tiba, sebuah mobil putih mewah menepi persis di samping mereka. Kaca jendela terbuka, menampilkan seringai Agnes. "Cieee… kok jalan kaki sih? Panggil sugar daddy kamu dong, hahahaha…." Tawa mengejek mereka memenuhi jalan.

"Kasihan, sang primadona nomor satu cuma bisa jalan kaki. Pasti malam ini enggak punya ongkos buat sewa taksi, upss, hahaha…." Mobil itu melaju, meninggalkan jejak tawa dan, tak lupa, sebuah kantong plastik bekas berisi sampah makanan yang dilemparkan tepat di kaki Chia.

"Woy, sini kalian, brengsek!" Susi berteriak, kakinya menendang kantong sampah itu dengan geram.

"Sudah, Si. Jangan emosi, kita abaikan saja mereka." Chia memungut kantong sampah itu, membuangnya ke tong sampah terdekat. "Lagipula, ini hari terakhirku di kota ini. Mereka dan aku tidak akan pernah bertemu lagi."

"Apa?! Maksudmu, kamu mau ninggalin aku?" Susi memegangi dadanya, detaknya terasa berdegup kencang.

Chia menghela napas kasar, lalu tersenyum tipis, seadanya. Hatinya mencelos meninggalkan sahabatnya satu-satunya ini, namun ia sadar, kehadirannya di sini hanya akan menyusahkan Susi. Apalagi statusnya yang baru… mustahil bisa ia ceritakan. Pergi adalah satu-satunya cara untuk menjaga rahasia itu.

"Maaf, Susi. Di kota lain sana, aku punya keluarga. Mereka memintaku ke sana dan menyuruhku lanjut kuliah di sana." Chia terpaksa berbohong, merasakan perihnya kebohongan itu. "Kamu enggak usah sedih begitu. Dan jangan coba-coba ikut, awas!" Ia mencubit hidung Susi gemas, mencoba meredakan raut wajah sedih sahabatnya.

"Huaaa… Chia!" Susi langsung memeluknya erat. "Seminggu lalu kamu bikin aku cemas setengah mati karena enggak ada kabar, tapi sekarang kamu malah mau pergi. Kamu bikin aku tambah sedih, tahu!"

Chia bergidik geli mendengar rengekan Susi. "Sudah deh, jangan lebay gini. Hubungan kita tetap lanjut kok. Jadi, pulang sana. Nanti aku hubungi kamu setelah sampai di sana. Oke?"

"Janji, ya! Hubungi aku kalau kamu tiba di sana."

"Ya, janji." Chia tersenyum. Susi membalas senyumnya, lalu melambaikan tangan sebelum naik ke dalam bis kota. Meninggalkan Chia sendirian di pinggir jalan.

"Arghh, dasar bego!" umpat Chia, masih terpaku di tempatnya.

Beg0 banget sih kamu, Chia! Susi adalah satu-satunya tempat kamu bergantung, tapi sekarang kamu melepaskannya begitu saja. Malam ini, aku mau ke mana? Sewa rumah kontrakan belum kubayar, listrik, air… semua belum. Aku harus bagaimana, Tuhan?

Chia mendongak ke atas. Setetes air dingin jatuh mengenai matanya, terasa pedih. Langit di atas sana sudah diselimuti awan hitam pekat. Tanda hujan deras tak lama lagi akan mengguyur kota metropolitan ini.

Apa aku… jual diri? Toh, aku sudah tidak perawan lagi, kan?

Terpopuler

Comments

Mom Dian

Mom Dian

Aduh jangan jual diri jual bunga online aja, kalau lo jual diri gak bisa bayangin lo selaris apa...ngeri deh

2023-01-09

3

Suky Anjalina

Suky Anjalina

next

2023-01-01

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 1. BAB 1 II Bukan Pembuat Anak
2 2. BAB 2 II Tidak Perawan
3 3. BAB 3 II Seperti Simpanan
4 4. BAB 4 II Terlahir Sehat
5 5. BAB 5 II Istri Untukmu
6 6. BAB 6 II Mengintai
7 7. BAB 7 II Anak Orang
8 8. BAB 8 II Panggil Ibumu
9 9. Bab 9 II Bersama Ketua Hexion
10 10. BAB 10 II Tidak Butuh Ayah
11 11. BAB 11 II Anak Orang Lain
12 12. BAB 12 II Wanita Jelek
13 13. BAB 13 II Gempi Mau Pulang
14 14. BAB 14 II Harum Banget
15 15. BAB 15 II Dalam Masalah
16 16. BAB 16 II Akhh, Sakit
17 17. BAB 17 II Mama Kenapa?
18 18. BAB 18 II Papa Kalian
19 19. BAB 19 II Salah Sasaran
20 20. BAB 20 ll Ingin Menafkahinya
21 21. BAB 21 ll Bukan Anak Mu!
22 22. BAB 22 ll Jangan Sentuh Mamaku!
23 23. BAB 23 ll Papa Sudah Insyaf
24 24. BAB 24 ll Mau Berciuman
25 25. BAB 25 ll Jangan Aneh - Aneh
26 26. BAB 26 ll Suami Ketiga Mama
27 27. BAB 25 ll Kenapa Menangis?
28 28. BAB 28 ll Wanita Cerewet
29 29. BAB 29 ll Mendadak Sakit
30 30. BAB 30 ll Warisan
31 31. BAB 31 ll Selamatkan Mama!
32 32. BAB 32 ll Terjebak Berdua
33 33. BAB 33 ll Oiy, Nenek!
34 34. BAB 34 ll Papa, Ayo Pulang!
35 35. BAB 35 ll Di Sarang Musuh
36 36.BAB 36 ll Ngamuk - Ngamuk
37 37. BAB 37 ll Istri Cerewet
38 38. BAB 38 ll Lubang Pipis
39 39. BAB 39 ll Papa Sakit, Mama.
40 40. BAB 40 ll Wasiat Terakhir
41 41. BAB 41 ll Kenapa Harus Istri Orang?
42 42. BAB 42 ll Pucat Seperti Mayat
43 43. BAB 43 ll Mau Lihat Papa!
44 44. BAB 44 ll Menuduh Chia
45 45. BAB 45 ll Diserang
46 46. BAB 46 ll Mata-Mata Musuh
47 47. BAB 47 ll Pertarungan Tiga Mafia
48 48. BAB 48 ll Berbakat Dan Terlatih
49 49. BAB 48 ll Papa Jangan Sedih
50 50. BAB 50 ll Gempi Bukan Pempi
51 51. BAB 51 ll Panggil Om Suami
52 52. BAB 52 ll Malu - Malu Kucing
53 53. BAB 53 ll Berdebar - Debar
54 54. BAB 54 ll Jatuh Ke Pelukannya
55 55. BAB 55 ll Diculik
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. BAB 1 II Bukan Pembuat Anak
2
2. BAB 2 II Tidak Perawan
3
3. BAB 3 II Seperti Simpanan
4
4. BAB 4 II Terlahir Sehat
5
5. BAB 5 II Istri Untukmu
6
6. BAB 6 II Mengintai
7
7. BAB 7 II Anak Orang
8
8. BAB 8 II Panggil Ibumu
9
9. Bab 9 II Bersama Ketua Hexion
10
10. BAB 10 II Tidak Butuh Ayah
11
11. BAB 11 II Anak Orang Lain
12
12. BAB 12 II Wanita Jelek
13
13. BAB 13 II Gempi Mau Pulang
14
14. BAB 14 II Harum Banget
15
15. BAB 15 II Dalam Masalah
16
16. BAB 16 II Akhh, Sakit
17
17. BAB 17 II Mama Kenapa?
18
18. BAB 18 II Papa Kalian
19
19. BAB 19 II Salah Sasaran
20
20. BAB 20 ll Ingin Menafkahinya
21
21. BAB 21 ll Bukan Anak Mu!
22
22. BAB 22 ll Jangan Sentuh Mamaku!
23
23. BAB 23 ll Papa Sudah Insyaf
24
24. BAB 24 ll Mau Berciuman
25
25. BAB 25 ll Jangan Aneh - Aneh
26
26. BAB 26 ll Suami Ketiga Mama
27
27. BAB 25 ll Kenapa Menangis?
28
28. BAB 28 ll Wanita Cerewet
29
29. BAB 29 ll Mendadak Sakit
30
30. BAB 30 ll Warisan
31
31. BAB 31 ll Selamatkan Mama!
32
32. BAB 32 ll Terjebak Berdua
33
33. BAB 33 ll Oiy, Nenek!
34
34. BAB 34 ll Papa, Ayo Pulang!
35
35. BAB 35 ll Di Sarang Musuh
36
36.BAB 36 ll Ngamuk - Ngamuk
37
37. BAB 37 ll Istri Cerewet
38
38. BAB 38 ll Lubang Pipis
39
39. BAB 39 ll Papa Sakit, Mama.
40
40. BAB 40 ll Wasiat Terakhir
41
41. BAB 41 ll Kenapa Harus Istri Orang?
42
42. BAB 42 ll Pucat Seperti Mayat
43
43. BAB 43 ll Mau Lihat Papa!
44
44. BAB 44 ll Menuduh Chia
45
45. BAB 45 ll Diserang
46
46. BAB 46 ll Mata-Mata Musuh
47
47. BAB 47 ll Pertarungan Tiga Mafia
48
48. BAB 48 ll Berbakat Dan Terlatih
49
49. BAB 48 ll Papa Jangan Sedih
50
50. BAB 50 ll Gempi Bukan Pempi
51
51. BAB 51 ll Panggil Om Suami
52
52. BAB 52 ll Malu - Malu Kucing
53
53. BAB 53 ll Berdebar - Debar
54
54. BAB 54 ll Jatuh Ke Pelukannya
55
55. BAB 55 ll Diculik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!