Terlihat di kawasan elit, berdiri sebuah rumah besar bak istana dongeng. Dari luar tampak megah, namun di dalam hanya pemandangan kosong tanpa adanya makhluk hidup berkaki dua. Mungkin hanya lalat dan nyamuk yang berlalu lalang dan terbang di dalam sana.
"Bibi!" Seketika suara lantang melengking di rumah yang tadinya sepi mencekam itu.
Seorang wanita tua berpakaian maid tergopoh-gopoh keluar dari dapur dan menghampiri sang penghuni rumah.
"Ya, Nyonya. Ada apa memanggil saya?" tanya Bik Odah. Asisten rumah itu. Dengan langkah elegan nan sombong, majikan wanitanya itu menuruni anak tangga.
"Di mana dia?" Ia mencari anak tirinya. Bukan seorang perempuan, namun pria tampan yang cuma beda dua tahun dengannya. Walau umurnya lebih tua dari anak tirinya, wajahnya masih terlihat muda.
"Kenapa kau mencariku, Aletta?" sahut Gerry yang datang dari luar. Berjalan dengan ekspresi datar. Sedangkan Aletta berlari cepat ke arahnya kemudian ia membuka kedua tangannya. Namun Gerry menghindar, tak mau dipeluk.
"Ihh, kau dari mana saja?" tanya Aletta memeluk tangan Gerry.
"Lepaskan!" Tepis Gerry tidak suka dipegang - pegang.
Aletta mencebikkan bibirnya. "Gerry, kau tahu, malam ini ulang tahun anak kembar Edgar, apa kau tidak mau menghadiri pesta meriah mantan Bos mu itu?" tanya Aletta.
"Kalau kau mau, temani aku membeli gaun sekarang, mumpung kau ada waktu." Aletta memohon manja.
Bik Odah pun perlahan mundur. Dia sedikit kurang suka melihat tingkah Aletta yang memang berharap dapat diperistri oleh anak tirinya itu, namun Gerry begitu sulit meliriknya. Jangankan itu, niat memanggil 'mama' saja tidak pernah dilakukan Gerry. Tentu ketua Hexion itu sebenarnya ingin sekali menendang Aletta, tapi sebelum ayahnya meninggal, ia diberi amanat untuk menjaga wanita itu. Hanya sebatas menjaga, bukan untuk dinikahi, sebab Gerry sudah beristri dan sekarang masih sibuk mencari keberadaan istri kecilnya itu. Lagi pula, Gerry tidak berselera pada bekas ayahnya itu.
"Pergilah sendiri, aku punya urusan lebih penting daripada harus menemanimu mencari gaun." Gerry berjalan menaiki anak tangga.
"Ger! Berhenti!" pekik Aletta geram, tiap hari selalu tidak dihargai.
"Kalau kau tidak mau, aku akan lompat dari atap rumah ini. Biar ayahmu bangkit dari kuburannya dan menghantuimu!"
Gerry memutar bola mata malas kemudian berbalik badan. Melihat kesal pada Aletta yang sedikit - sedikit mengancam.
'Sial, kalau saja ayah tidak memberi amanat, aku sudah pasti menjadikan mu santapan ikan piranha .' Gerry mendecak tidak karuan seatap dan satu keluarga dengan Aletta yang banyak maunya.
"Kenapa kau ingin sekali menghadiri pesta itu?" tanya Gerry. Aletta pun mendekat dan menjawab cepat.
"Sebagai nyonya besar di keluarga Brandon, aku dan kau patut datang ke sana. Jadi pasangan ke sana juga boleh, kok." Aletta terkekeh. Tapi bagi Gerry, itu tidak lucu sama sekali.
"Pergilah, aku tidak mau hadir!" tolak Gerry.
"Jangan begitu, Ger. Kau harus datang, siapa tahu ada wanita yang membuatmu tertarik di sana. Menjadikannya istri."
Gerry tersentak kaget. 'Tumben dia bicara begitu, ada apa dengannya?' pikir Gerry heran.
'Ck, walau di sana nanti ada banyak wanita, hanya satu yang boleh di samping Gerry, dan itu adalah aku.' Aletta tersenyum picik.
"Sudahlah, kau jangan lagi memikirkan istri untukku." Gerry tetap menolak.
"Gerry, kalau kau menolak, aku tidak segan - segan menembakkan kepalaku."
Gerry mendesis, tambah kesal melihat Aletta mengeluarkan pistol dan mencoba menembak kepalanya di depan matanya.
"Okeh, pergilah ke mobil. Aku akan segera menyusul." Gerry menyerah, tidak bisa menolak jika terus diancam seperti itu.
"Serius? Kau mau datang bersamaku?" tanya Aletta senang. Ini adalah kesempatannya menggandeng tangan Gerry.
"Hmm.."
"Akhhh, makasih, kau memang anak yang berbakti. Ayahmu pasti bangga di alam sana melihatmu membahagiakan istri mudanya."
"Ck, tidak usah pegang - pegang!" Gerry mendorong Aletta. Ia mengambil benda itu kemudian cepat ke arah kamarnya.
"Yeah, akhirnya aku bisa menaklukkan pria itu." Aletta bergegas keluar, berjalan riang ke arah mobil. Sedangkan Bik Odah hanya geleng - geleng melihat Aletta. Istri kedua yang ditinggal mati sepuluh tahun lalu. Usia Aletta sudah 34 thn, namun tingkahnya seperti anak kecil dan sangat menginginkan Gerry menjadikannya seorang istri bukan seorang Ibu tiri lagi. Sementara Gerry, sudah 32 thn. Terlihat berwibawa seperti Ibunya dan tampan seperti ayahnya.
Gerry yang masuk ke dalam kamarnya pun menuju ke arah meja. Ia membuka laci dan mengambil buku nikahnya. Tercetak foto seorang gadis jelita enam tahun lalu yang dia jadikan istri. Walau usia beda jauh, keduanya terlihat serasi.
"Cih, padahal aku menikahinya untuk kujadikan wadah benihku, tapi dia malah pergi. Sekarang bagaimana kabarmu, kucing liar?" Gerry menghembus nafas berat.
"Apa kau masih hidup atau sudah mati?"
Tol tok tok
Gerry meletakkan buku itu dan menoleh ke arah pintu.
"Tuan, Nyonya Aletta memanggil anda." Bik Odah datang menyuruh Gerry turun secepatnya. Gerry tanpa menjawab segera keluar. Berjalan santai-santai ke arah mobilnya. Setelah duduk, ia pun menuju ke toko pakaian mewah dan berkualitas. Tempat yang juga didatangi oleh Gema dan Gempi bersama Ibunya untuk memilih baju yang cocok dipakai ke pesta malam nanti.
"Mama! Lihat itu ..." Gempi menunjuk sesuatu. Chiara yang sedang memilah baju untuk Gema, ia pun menoleh. Kedua matanya pun membulat sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@lies
alur ceritax g jls sih tor
2023-02-08
0
Rizky prasetyor862@gmail.com
mau mau nya lah Gerry di ancam gitu aja lansung luluh,
2023-01-03
2
Suky Anjalina
kau akan ketemu anak anakmu ger
2023-01-03
0