"Pa,, pacar?" tanya Kanaya.
Pertanyaan itu membuat semua orang yang ada di ruangan menatap Kanaya penuh tanya. Apalagi Dimas yang terlihat tidak percaya Kanaya akan berkata seperti itu seolah tidak mengakui dirinya sebagai pacar Kanaya.
"Nay, jangan-jangan kamu lupa ingatan? Kamu nggak inget sama pacar kamu sendiri?" tanya Keylo.
"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Kanaya dengan ekspresi bingungnya.
Mendengar itu, Dimas menjauhkan kedua telapak tangannya dari wajah Kanaya, "Nay, aku Dimas, kita udah pacaran tiga bulan. Kamu,,," belum selesai bicara Kanaya malah memotong ucapan Dimas.
"Tiga bulan?" kata Kanaya. Tiba-tiba ingatan aneh yang sebelumnya tidak pernah ada muncul dalam pikiran Kanaya. Itu adalah momen-momen dimana Kanaya dan Dimas menghabiskan banyak waktu untuk bersama. Mulai dari ungkapan perasaan dari Dimas, kencan di taman kota, moment ketika jaketnya Dimas diberikan kepada Kanaya ketika sedang hujan, makan satu ice cream untuk berdua dan banyak lagi. Kanaya sama sekali tidak punya ingatan semacam itu bersama Dimas apalagi momen-momen itu kebanyakan disaat Dimas dan Kanaya menggunakan seragam SMA. Alhasil karena pusing melihat semua itu secara tiba-tiba kepala Kanaya menjadi sakit. Kanaya pun meringis kesakitan.
Keempat cowok yang bersama Kanaya terlihat semakin khawatir dan memutuskan untuk membawa Kanaya ke rumah sakit. Saat itu Dimas yang mengaku sebagai pacarnya Kanaya langsung menggendong Kanaya ke punggungnya, sementara Keylo meminta izin pada dokter UKS untuk membawa Kanaya ke rumah sakit. Begitu diberi izin mereka langsung pergi ke arah parkiran.
Sesampainya di tempat parkir, Rendi mengeluarkan sebuah kunci mobil yang ketika ditekan salah satu tombolnya terhubung dengan Mercedes-benz silver. Sementara itu Rangga membukakan pintu agar memudahkan Dimas untuk menempatkan Kanaya di kursi mobil.
"Kak Dimas, hati-hati yah bawa mobilnya," kata Keylo. Dimas mengangguk untuk menanggapinya. Setelah mendudukkan Kanaya di kursi depan, dia langsung mengambil kunci miliknya yang sempat dia titipkan kepada Rendi. Rendi, Rangga dan Keylo menatap kepergian mobil Dimas yang membawa Kanaya ke rumah sakit.
Diperjalanan, Dimas tidak henti-hentinya mengecek keadaan Kanaya selagi menyetir. Kanaya memang tidak pingsan tapi dari tadi terus memegang kepalanya yang sepertinya terasa sangat sakit hal itu membuat Dimas tidak berhenti merasa khawatir dengan keadaan Kanaya. "Tunggu yah Nay, kita ke rumah sakit sekarang." kata Dimas.
Bersamaan dengan suara yang keluar dari mulut dimas, Kanaya kembali mendengar suara bisikan, "20 Desember 2016."
"2016?" gumam Kanaya. Dimas melirik Kanaya sebentar, "Kenapa Nay? Ada yang sakit lagi?"
Kanaya menggeleng. Tanpa sengaja dia melihat polaroid yang tergantung di mobil Dimas. Foto selca dirinya dengan Dimas. Foto yang memancarkan kebahagian. Di foto itu tertulis tanggal 29 September 2016.
"Kak Dimas," panggil Kanaya masih sambil memegangi kepalanya yang kesakitan. "Iya, kenapa Nay?"
"Kak Dimas punya kalender tahun ini?"
Dimas menaikan satu alisnya, karena pacarnya itu malah menanyakan kalender disaat sedang sakit.
"Buat apa Nay?"
"Mau ngecek sesuatu kak."
"Di mobilku tidak ada kalender Nay, kamu mau lihat di ponselku?"
Kanaya mengangguk,"Iya, mau," kata Kanaya. Dimas menghentikan mobilnya terlebih dahulu dan mengambil tas sekolahnya di kursi belakang. Mencari benda persegi yang diminta Kanaya. Begitu ketemu, Dimas langsung memberikannya kepada Kanaya. Kanaya memperhatikan ponsel Dimas yang merupakan ponsel mahal. Ponselnya ini memang ponsel keluaran Samsung pada tahun 2016 dengan tipe S6 Edge Plus. Tapi itu belum bisa menjadi patokan bagi Kanaya kalau dugaan dia tentang dirinya yang kembali ke tahun 2016 itu benar.
Dimas hendak menyalakan mobilnya lagi tapi Kanaya menahan pergelangan tangan Dimas agar tidak melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah sakit. "Aku udah baikkan kok kak, kita nggak perlu ke rumah sakit."
"Tapi Nay?"
Kanaya tidak menjawab dia malah asik menyalakan handphone Dimas. Dengan mudahnya Kanaya membuka ponsel Dimas karena tidak diberi password atau sistem keamanan sistem lainnya. Kanaya sedikit melirik Dimas karena tidak menyangka Dimas akan se-percaya ini menyerahkan ponselnya kepada orang lain. Kanaya juga cukup kaget karena lagi-lagi dia melihat foto dirinya yang selfie dengan Dimas yang Dimas jadikan foto wallpaper di handphonenya. Di layar utama terlihat jelas tanggal saat ini adalah 20 Desember 2016. Sama dengan apa yang Kanaya dengar dari bisikkan tadi.
"Sekarang tanggal 20 Desember 2016 kak?" tanya Kanaya.
"Iya Nay, sekarang tanggal 20 Desember 2016. Bentar lagi udah mau tahun baru aja," ujar Dimas.
Kanaya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Kak Dimas bohong kan sama aku? Kak Dimas sama anak basket yang lain lagi ngerencanain apa sih sampai segitunya jailin aku? Aku salah apa kak?" Dimas terlihat bingung karena Kanaya tiba-tiba marah dan Dimas tidak mengerti apa maksud dari perkataan Kanaya.
"Jelas-jelas tadi kita ada di lapang basket lagi latihan, kok bisa tiba-tiba ada di sekolah SMA aku?"
"Akhh itu, aku emang ada di lapang basket karena mau tanding dengan SMA Negeri 1 Jakarta tapi aku langsung ke sekolah karena katanya kamu pingsan," jawab Dimas seadanya. Tapi ketika lagi-lagi itu yang Kanaya dengar, dia tampak tidak terima dan tidak puas dengan jawaban Dimas.
"Please kak jangan kayak gini!" mohon Kanaya.
"Kayak gini gimana Nay?"
Kanaya terlihat ingin menjawab tapi dia sendiri kelihatan bingung ingin mengatakan apa.
"Aku minta maaf kalau aku salah,,, tapi tepatnya apa yang salah dari aku? Aku nggak akan tahu kalau kamu nggak ngomong sama aku apa salah aku. Biar aku bisa mengerti dan bisa memperbaikinya," ucap Dimas. Tapi bukan itu yang Kanaya inginkan. Dia hanya ingin tahu tepatnya apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Selagi berpikir, Dimas meraih telapak tangan Kanaya, memegangnya erat, lalu tangan satunya Dimas gunakan untuk menempelkan punggung tangannya di Kening Kanaya. Hal itu membuat ingatan-ingatan aneh kembali bermunculan di kepala Kanaya. Ingatan yang benar-benar tidak pernah ada dalam hidup Kanaya sebelumnya.
"Aku sayang sama kamu Nay, aku nggak mau kita berantem, apalagi sekarang kamu lagi sakit, kamu juga demam. Sekarang kita ke rumah sakit dulu yah biar bisa di cek sama dokter." Kata Dimas.
"Kak Dimas sayang sama aku? Kok bisa?" Ceplos Kanaya yang dibalas senyuman oleh Dimas. Kini telapak tangannya beralih kepada kedua pipi Kanaya, "Udah berapa kali kamu tanyain itu ke aku Nay? Jawabannya pasti sama. Nggak ada alasan yang pasti kenapa aku bisa sesayang ini sama kamu dan sekarang aku lagi khawatir banget sama keadaan kamu. So, please, kita ke rumah sakit dulu yah? Setelah kamu diperiksa aku janji bakal jawab apapun yang pengen kamu tanyain," mohon Dimas yang akhirnya diangguki oleh Kanaya. Dimas tersenyum, dia pun menyalakan mobilnya lagi.
TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
AC Dekor
Dimas kayaknya tipe cowok sweet yah,,,
2023-02-13
1