Misi Rahasia Kanaya

Misi Rahasia Kanaya

Kembali Ke Masa Lalu

20 DESEMBER 2022

        Langit pagi ini sedikit berembun. Seekor kupu-kupu dari sebuah halaman rumah memasuki celah jendela kamar, sehingga menampilkan interior kamar Kanaya yang sederhana dengan cat berwarna putih polos dengan satu frame album graduation masa SMA-nya. Tidak ada vas bunga apalagi tempat belajar yang dipenuhi buku. Hanya ada satu buah komputer lengkap dengan jam weker disampingnya.

Tepat jam tujuh pagi, alarm di kamar Kanaya berbunyi sangat nyaring dengan nada dering yang berbunyi khas wanita paruh baya, "BANGUN! SUDAH SIANG! WAKTUNYA LATIHAN BASKET! JANGAN TERLAMBAT! JANGAN TERLAMBAT!" begitu mendengarnya, Kanaya langsung reflek bangun dan pergi ke kamar mandi karena nada dering itu adalah hasil rekaman yang diam-diam dia lakukan saat ibunya membangunkannya.

Setiap kali seisi rumah mendengar alarm itu, mereka bisa tertawa karena mengingat ungkapan Kanaya yang bilang, "Aku tidak ingin membuat suara ibu habis hanya untuk membangunkanku setiap pagi!" yah, Kanaya memang tipe orang yang susah bangun pagi, hal itu bukan tanpa alasan karena semalam dia selalu begadang untuk mengerjakan tugas ataupun menonton drama kesukaannya.

Tidak butuh waktu yang lama untuk Kanaya bersiap-siap setiap kali dia akan bepergian, karena Kanaya bukan tipe gadis feminim yang ketika keluar rumah dia harus berdandan, memilih pakaian terbaik dari pakaian terbaiknya. Biasanya dia hanya mengambil asal pakaian yang menurut dia nyaman saat digunakan hari itu. Terlebih Kanaya menganggap bahwa berdandan adalah salah satu yang menghambat waktunya. Dia tidak terbiasa merepotkan dirinya sendiri.

Setelah selesai siap-siap, seperti biasa dia sarapan dengan kedua orang tuanya dan juga seorang adik perempuan yang umurnya hanya berjarak lima tahun. Namanya Elisya. Mereka berdua sangat dekat bukan hanya sebagai adik dan kakak bahkan terlihat seperti sepasang sahabat dan terlihat seumuran. Itu karena adiknya Kanaya memiliki tinggi yang hampir mirip dengan Kanya dan dia orang yang mandiri serta suka berdandan.

Terkadang kedua orang tuanya kebingungan dengan sikap Kanaya dan adiknya yang bertolak belakang, seperti soal dandan adiknya Kanaya lah jagonya, tapi soal jajan dan makan-makan pasti Kanaya lah yang paling semangat. Walaupun begitu kedua orang tuanya tidak merasa kehilangan sama sekali, bagi mereka Kanaya dan adiknya sudah cukup saling melengkapi dan itu adalah hal paling berharga yang mereka punya.

Selesai sarapan Kanaya langsung pamit untuk pergi latihan basket. Sebenarnya basket adalah salah satu hobi Kanaya yang baru dia tekuni setelah menjadi seorang mahasiswa. Saat masih sekolah menengah, walaupun Kanaya memiliki ketertarikan terhadap basket, dia sama sekali tidak punya waktu untuk ikut di ekstrakulikuler basket.

Saat SMP Kanaya sudah disibukkan dengan persaingan akademik dan jadwal latihan ekskul wajib PMR sehingga dia tidak kepikiran untuk masuk ekskul lain. Sama halnya ketika Kanaya SMA, Baru hari pertama masuk sekolah, tepat setelah selesai masa orientasi siswa baru, Kanaya sudah bergabung dengan ekstrakulikuler Paskibra dan mulai dipersiapkan untuk pengibaran 17 Agustus. Dari pagi sampai menjelang magrib, dia hanya berada di lapang dengan teman satu ekskulnya.

Jadi bisa dibilang, basket menyelamatkan hobinya yang sempat pudar. Hanya saja setelah kuliah anehnya Kanaya malah muak dengan hobi membaca dan menulis yang biasanya menemani hari-harinya yang kosong karena menjadi sosok yang pemalu dan penakut. Padahal saat SMP dan SMA, ke perpustakaan adalah hal yang wajib untuknya. Mungkin karena setelah menjadi seorang mahasiswa Kanaya dituntut untuk memiliki banyak relasi dan berinteraksi dengan banyak orang sehingga waktu kosong yang biasanya dia habiskan di perpustakaan untuk membaca novel sudah tergantikan dengan obrolan-obrolan ringan dengan teman-temannya.

Kanaya sampai di tempat latihan basket dengan para anggotanya yang sudah memenuhi tengah lapang. Kanaya terlambat lagi. Alhasil Kanaya harus melakukan pemanasan mandiri di sisi lapang. Sambil melakukan pemanasan mata Kanaya mengamati sekelilingnya. Sepertinya tengah mencari seseorang. Benar saja, tatapannya berhenti pada seorang pria jangkung berkulit putih dengan otot yang membuat dirinya terlihat sangat tampan dua kali lipat dari semua pria yang Kanaya temui hari ini. Senyumnya mengembang.

Kanaya terlihat semakin semangat melakukan pemanasan, padahal yang lain tengah istirahat karena sudah melakukan pemanasan sejak lima menit yang lalu.

"Nay!" panggil Risa. Kanaya berbalik ke sumber suara dengan satu kaki yang masih diangkat ke atas karena sedang melakukan pemanasan. Akhirnya tubuh Kanaya tidak seimbang. Bukan hanya itu, bola basket yang tengah dimainkan seseorang memantul dari papan ring. Bola itu mengarah kepada Kanaya.

"AWAS!" teriak seorang pria yang tadi Kanaya tatap dengan tatapan penuh rasa kagum itu gagal melemparkan bola ke dalam ring.

Kanaya dan Risa terlihat kaget karena bola basket mengarah kepadanya dengan kecepatan tinggi sehingga Kanaya tidak memiliki kesempatan untuk menghindar dan akhirnya kepalanya terkena benturan bola basket yang membuat Kanaya langsung pingsan.

Seorang tenaga medis yang memang biasa disiapkan oleh klub basket di tempat itu segera menghampiri Kanaya dan mengecek keadaan Kanaya. Dokter yang menangani Kanaya terlihat kaget saat memeriksa denyut jantung Kanaya yang berdetak sangat lemah.

"Bagaimana dok?" tanya salah satu pelatih bernametag Rendra.

"Sepertinya dia syok berat dan jantungnya berjalan sangat pelan. Tolong siapkan kendaraan untuk membawa dia ke rumah sakit terdekat," ujar dokter itu sambil mencoba memberikan pertolongan pertama.

Salah satu dari mereka yang merupakan anggota senior segera menelepon supirnya yang memang biasa menunggunya, dan beberapa detik kemudian dia bilang, "Kendaraan sudah disiapkan dokter." kata salah satu senior Kanaya.

"Baik, bantu saya angkat dia. Kita harus segera membawa dia ke rumah sakit."

Beberapa pria mulai mengangkat tubuh Kanaya ke kendaraan yang disiapkan untuk membawa Kanaya kerumah sakit.

20 DESEMBER 2016

        Wajah Kanaya terlihat pucat pasi, jari-jarinya mulai bergerak tanda bahwa dia akan segera sadar. Perlahan matanya terbuka. Karena sedikit pusing Kanaya melihat teman-temannya memakai seragam SMA. Walaupun masih samar-samar, Kanaya yakin kalau orang-orang yang dia lihat itu persis menggunakan seragam SMA.*

Kanaya menggosok-gosok matanya berusaha untuk melihat dengan jelas orang-orang disekitarnya. Mereka semua laki-laki dan bukan teman-teman yang satu club dengannya di club basket. Melihat Kanaya yang sudah sadar orang-orang disekeliling Kanaya terus bertanya keadaan Kanaya dan rasa sakit apa yang sedang Kanaya rasakan saat ini. Tapi Kanaya sama sekali tidak menjawab. Dia berusaha bangun dan menyelidik tempatnya saat ini.

Ruangan ini terlihat tidak asing baginya. Salah satu ruangan yang pernah dia kunjungi satu kali saat masih SMA yaitu pada saat dia pingsan karena kelelahan setelah ujian praktek mata pelajaran Olahraga. Yah, benar! UKS SMA-nya. Tapi kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia ada di lapang basket atau mungkin seharusnya dia dirumah. Kenapa dia malah ada di SMA-nya?

        (KANAYA POV: Kenapa aku ada disini? Kenapa mereka ada disini? Mereka kan senior dan temanku saat aku masih SMA. Apa sebenarnya yang terjadi saat aku pingsan tadi?)

    *    Tiba-tiba sebuah suara mengatakan, "Kali ini kamu beruntung, karena pingsan ditembak bola basket, sehingga kamu bisa kembali ke masa SMA dipenuhi dengan orang-orang berkelas." Suaranya terdengar pelan tepat berada di belakang dirinya. Kanaya bangun dan menengok kebelakang, tapi disana tidak ada siapapun. Saat kembali menghadap kedepan dia melihat dirinya menggunakan seragam SMA. Kanaya yang semakin bingung bertanya pada orang-orang disekelilingnya kenapa dia ada disini, dan jawabannya "Tadi kamu pingsan karena terjedot pintu kelas, jadi aku membawamu kesini. Apa kamu sudah baikan?" ucap seseorang yang Kanaya kenal sebagai teman sekelasnya bernama Leo yang sempat dia sukai sejak masih satu SMP. Namun kedekatan mereka hanya saling sapa saja, itupun jika Kanaya beruntung berpapasan dengan Leo. Lagipula Kanaya tidak cukup berani untuk melangkah lebih jauh terhadapa perasaan pada seseorang yang Kanaya tahu juga disukai oleh sahabatnya.**

        Kanaya mengerutkan keningnya. Terjedot pintu? Jelas-jelas kepala Kanaya terbentur bola basket. Apa lagi alasan yang Kanaya dengar dari Leo terdengar terlalu konyol karena Kanaya pingsan hanya karena terjedot pintu.

        "Makanya lain kali hati-hati yah Nay," ujar pria lainnya. Kanaya melirik ke arah lain. Kanaya terkaget karena pria yang pernah dia kagumi saat dia kelas dua, seniornya yang jago dance memperhatikan dirinya.

*        "Kak Gilang?"  ujar Kanaya. Gilang tersenyum, dia mengelus puncak kepala Kanaya, "Lagian kamu ada-ada aja deh main lari-larian di kelas sampai terjedot pintu segala, untung lukanya nggak parah. Lihat tuh kening kamu benjol."*mendapat perlakuan itu seketika detak jantung Kanaya berhenti sejenak. Saat masih SMA, Kanaya hanya bisa membayangkan momen seperti ini. Momen manis yang biasa dia lihat di drama Korea. Yang takan pernah dia dapatkan dari seseorang sekeren kak Gilang.

        (KANAYA POV: Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apakah aku masih bermimpi? Tidak, jelas-jelas alarm suara bunda membangunkanku.)

TO BE CONTINUED

Terpopuler

Comments

AC Dekor

AC Dekor

Aku kalo kejedot pintu paling benjol thor, suka sama alurnya yang maju mundur, menantang banget

2023-02-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!