Aku Punya Pacar?

        (KANAYA POV: Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apakah aku masih bermimpi? Tidak, jelas-jelas alarm suara bunda membangunkanku.)

        Suara bel berbunyi. Sekiranya ada empat orang pria yang pamit kembali ke kelas. Mereka adalah Leo, Gilang, Eski-tetangganya yang satu sekolah dengan Kanaya. Eski cukup populer di kalangan para siswi karena terkenal cerdas dan bijak. Kanaya sempat kagum dengan kedewasaan orang itu, tapi karena umurnya yang berada di bawah Kanaya, dia hanya berhenti pada perasaan kagum. Satu lagi Farhan, dia adalah ketua osis di sekolah saat Kanaya masih kelas satu. Orang yang paling berpengaruh di sekolahnya. Wibawanya tidak ada tandingannya, bahkan dia sangat diagungkan oleh para guru karena selalu berhasil memenangkan olimpiade Matematika.

        Sementara yang meminta tetap tinggal ada Keiylo, orang paling baik di kelasnya. Orang dengan hati lembut dan selalu berbicara dengan sopan. Kanaya juga sempat menyukai sikap Keylo yang penuh perhatian. Dia adalah satu-satunya teman SMA yang sering menyapa Kanaya. Padahal saat SMA Kanaya adalah orang introvert yang jarang menyapa balik orang yang menyapanya. Kanaya tahu betul kemampuan Keylo dan merawat orang lain adalah keahliannya. Dia adalah ketua PMR saat mereka kelas dua dan sekarang pun sedang memaksa untuk tetap menemani Kanaya. Padahal Kanaya sudah meminta Keylo untuk kembali ke kelas.

        Selain Keylo, ada juga Rendi dan Rangga. Rendi dan Rangga adalah senior Kanaya di Paskibra. Mereka berdua saudara kembar. Selain menjadi senior Kanaya di SMA dan di ekskul Paskibra mereka juga senior Kanaya saat masih SMP. Keduanya memang terkenal sangat perhatian pada orang lain. Mereka juga tidak ingin kembali ke kelas sebelum memastikan keadaan Kanaya benar-benar membaik.

        Kanaya tersenyum bahagia karena bisa bertemu dengan orang-orang yang pernah dia sukai dan kagumi. Terlebih mereka hadir dengan perasaan penuh perhatian padanya yang dulu mana bisa Kanaya berpapasan untuk menyapa mereka. Walaupun sangat senang, Kanaya bertanya-tanya Kenapa satu orang yang dulu sempat hampir menjadi pacar Kanaya tidak ada disisinya? Apakah semua pria ini dikirimkan untuk menggantikan orang yang dulu pernah sangat dekat dengan Kanaya?

        "Key, sekarang jam berapa?" tanya Kanaya sambil berusaha bangkit. Ketiga laki-laki di ruangan itu yang melihat Kanaya ingin bergerak langsung membantu Kanaya untuk duduk. "Padahal tiduran dulu aja, istirahat," Kata Rendi. Sebenarnya walaupun kembar, Rangga dan Rendi memiliki keunikan sendiri. Dalam nada bicara, karena Rangga lebih tua, suara bassnya dia sudah mulai terdengar jelas, berbeda dengan Rendi yang terdengar masih samar-samar. Selain itu, Rambut Rangga cenderung lebih rapi dibanding Rendi dan cara berpakaian keduanya juga terlihat memiliki selera yang berbeda. Rendi lebih fashionable dari pada Rangga yang biasa dengan pakaian yang semiformal.

        "Makin pusing kak kalau terus tiduran," jawab Kanaya. Dia tampak lebih berani berinteraksi dengan mereka, padahal jika itu adalah Kanaya di masa lalu, dia pasti tidak berani bersuara.

        "Sekarang jam 08.30 Nay, kenapa emangnya?" kata Keylo.

        Kanaya terdiam memikirkan sesuatu, waktu saat dia di lapang basket dengan ditempatnya saat ini tidak memiliki jarak waktu yang jauh, jadi dia masih belum bisa memastikan apapun yang terjadi saat ini, mungkin saja dia sedang dikerjai seseorang, apalagi tidak lama lagi Kanaya akan ulang tahun.

        "Kamu tenang aja Nay," Kanaya menghadap kepada Rangga yang bersuara, "Tadi aku udah minta izin ke guru wali kelas kamu, jadi kamu bisa istirahat dulu disini," lanjut Rangga.

        Kanaya semakin kehabisan kata-kata untuk memahami situasi saat ini, "Kak Rangga yang minta izin ke wali kelas aku?" Rangga mengangguk mengiyakan. Jujur saja, walaupun Kanaya tahu kalau Rangga adalah orang yang memang selalu perhatian pada orang lain, Rangga bukan tipe orang yang bisa melewati batas perhatiannya terhadap orang lain. Tentu, izin pada wali kelas pun sebenarnya bukan salah satu tanggung jawab Rangga.

        "Makasih banyak kak Rangga."

        Setelah mengucapkan hal itu suasana di dalam ruangan jadi hening. Karena pada dasarnya kepribadian Kanaya masihlah sama, tidak mudah membuka pembicaraan dengan orang lain, apalagi jika di depannya adalah pria-pria yang saat SMA selalu dia kagumi.

        Namun keheningan itu terhenti ketika seorang pria menerobos masuk UKS dengan keringat yang membasahi wajah dan otot lengannya. Pria itu mengenakan jersey basket dengan logo sekolah SMA-nya namun wajah itu adalah wajah yang melemparkan bola ke kepala Kanaya saat di lapang basket.

        "Kak Dimas!" panggil Kanaya. Dimas terlihat khawatir dan mengecek tubuh Kanaya, tangannya tanpa ragu mengelus kedua pipi Kanaya dan terlihat berusaha untuk memberikan kehangatan pada Kanaya. "Kamu nggak papa kan?" tanya Dimas. "Aku nggak papah kak," jawab Kanaya terlihat gugup. Seumur-umur, selama menjadi anggota klub basket di kampusnya dan menjadi bagian dari komunitas basketball Garuda Indonesia, Kanaya belum pernah bisa sedekat ini dengan Dimas. Sosok yang dia kagumi dan selalu di bayangkan akan menjadi kekasihnya.

        "Apa yang sakit Nay?" tanya Dimas masih terlihat khawatir pada keadaan Kenaya. Kanaya menggeleng, "Cuman sedikit pusing aja," jawab Kanaya.

        "Loh Dim, bukannya hari ini lo ada tanding basket sama SMA Negeri 1 Jakarta?" tanya Rendi. Kanaya semakin bingung karena Rendi mengenali Dimas. "Gue langsung pergi pas Leo ngabarin gue kalau Kanaya pingsan," jawab Dimas. Pengakuan itu membuat Kanaya tidak habis pikir dengan situasi yang sungguh membingungkan untuknya ini. Walaupun Kanaya tidak cukup dekat dengan Dimas, tapi Kanaya tahu betul kalau Dimas adalah tipe orang individualis yang tidak akan mengorbankan apa yang dia miliki untuk kepentingan orang lain.

        "Terus pertandingannya gimana?" Sekarang giliran Rangga yang bertanya.

        "Masa bodo Ngga! Pacar gue pingsan masa gue harus tetep tinggal di lapang pertandingan?" Ungkap Dimas dengan suara setengah kesal karena mendapat pertanyaan yang menurutnya gak masuk akal.

        "Pa,, pacar?" tanya Kanaya.

        Kanaya menata Dimas dengan tatapan tidak percaya. Karena selama hidupnya dia belum pernah memiliki pacar apalagi saat dia masih SMA. Lalu orangnya Dimas? Jelas-jelas Kanaya mengenal Dimas setelah dia berada di semester tiga masa kuliahnya.

        Kanaya berusaha untuk mengingat apa yang terjadi setelah dia terkena bola basket dan alasan dia berada ditempat ini. Namun dia hanya bisa mengingat bahwa setelah itu kepalanya sakit dan dia terjatuh dilapang basket. Dia sempat mendengar orang-orang berlari ke arahnya bahkan ada yang mencoba untuk melakukan pertolongan padanya, tapi dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dia ada di UKS sekolahnya bersama dengan sosok pria yang pernah dia kagumi di masa SMA.

        Jika Kanaya pergi ke masa lalu, seharusnya tidak ada Dimas dalam ceritanya. Tapi kenapa justru dia bisa menjadi pacarnya Kanaya dan begitu peduli padanya. Padahal, jika itu Dimas yang asli, pasti dia tidak akan sepeduli itu pada kondisi Kanaya. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?

TO BE CONTINUED

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!