5. Denis dan Clara

"Ry, kamu ganti baju dulu deh. Biar Arsen aku yang tungguin," ucap Denis sembari mengelus kedua bahu Chery yang kini terduduk di samping bangsal Arsen dari belakang.

Wajahnya sejak tadi tak berpaling sesentipun dari Arsen yang masih belum sadarkan diri. Sungguh, Archery seperti akan trauma Rumah Sakit.

Baru saja kemarin dia menyaksikan kepergian Arsen asli, dan kini dia juga harus menyaksikan Arsen keduanya yang tengah terbaring lemas. Wajah dan hidung Arsen tertutupi masker oksigen. Selang infus dan beberapa kabel pendorongnya meliliti tubuhnya. Memang dokter mengatakan kondisi Arsen tidak membahayakan. Tapi tetap saja, Archery takut.

Takut, kalau-kalau saja Arsen meninggalkannya ..., lagi.

Persetan dengan keadaan.

Si Brengsek Denis yang tak Chery harapkan justru ada di sini. Di sampingnya! Terlebih lagi, kondisi Arsen yang tak sadarkan diri, membuatnya takut kalau-kalau saja Denis mencelakai Arsen ..., lagi.

Iya. Benar. Denis si Brengsek ini yang membuat Arsen asli pergi. Jadi, wajar saja jika Chery merasa takut, kalau Denis berbuat hal jahat bukan?

Lagi pula, kenapa pula Denis berkunjung ke rumahnya?

Ah, ya. Alibinya mengantarkan Roland berkunjung. Hanya saja, dia sedang berada dalam panggilan, dan mencari tempat sepi untuk menerima panggilan tersebut. Alhasil, dia justru sok ikut campur.

Menyebalkan bukan?!

Chery tentu saja menggeleng, lalu ia ambil tangan Arsen yang tak berinpus. Ia genggam lembut, membuat Denis yang melihatnya langsung mengerutkan kening.

"Sejak kapan kamu peduli ama Arsen? Segala pegang tangannya lagi. Kamu tau kan aku ada di sini. Aku cemburu loh, Ry," sindir Denis.

Chery tersenyum samar. Senyuman jijik tentunya. Lantas ia pun menengok. Hanya sebentar saja, lalu kembali fokus pada wajah Arsen. "Maaf gue lupa, kalo ada lo di sini, Nis. Tapi gimana, ya. Kayaknya gue mulai care ama Arsen. Secara, dia udah suka gue dari lama."

Sungguh, Denis merasa risih mendengar Gue-Lo yang dibunyikan Chery.

"Kamu lagi kenapa sih, Ry? Kamu lagi marah ama aku, ya?" Tanya Denis, lalu ia balikkan secara paksa kursi Chery, agar wanita cantik ini mau menatapnya.

"Marah kenapa? Ah, iya. Gue lupa bilang, kalo kita putus ajah, ya," katanya enteng, lalu melipat tangan di depan dada. Dengan wajah datar tentunya.

Wajah Denis tiba-tiba pucat, dan ia mulai panik.

Tidak! Tidak mungkin kan?! Kalau iya mereka putus, rencana Denis tentunya akan berantakan.

Iya, harusnya sedikit lagi berhasil.

Chery tidak boleh putus dengannya.

"Kamu kenapa sih, Sayang hmmm?" Lalu Denis pun berjongkok. Mensejajarkan tubuhnya dengan Chery, lalu memeluknya.

Chery tak membalas. Wajahnya masih datar. Sungguh tak berminat meladeni sandiwara murahan mantan kekasihnya ini.

"Aku masih nungguin kamu menjanda, Ry. Percaya ama aku. Kamu kan tau. Aku cinta kamu, kamu cinta aku. Kamu nggak cinta ama Arsen yang emang tergila-gila ama kamu, Ry. Inget itu, Ry. Kamu cintanya--"

Ucapan Denis terpotong, lantaran Chery yang mendorong dadanya cukup kuat.

Archery muak!

"Lo tau, Nis. Gue kayaknya bangsat banget tau nggak, kalo ngambil kekayaan Arsen, terus ninggalin dia. Arsen pasti mau-mau ajah ngasih hartanya buat gue," Chery lagi-lagi teringat. Kata-kata Arsen dulu. Sewaktu masih sehat. Masih setia mengejar Archery yang bodohnya malah jatuh ke pelukan Denis yang Bajingan.

"Jangan percaya Denis. Dia Bajingan yang nggak berhak dapetin kamu, Ry."

"Kamu jangan ngelawak dong, Sayang. Nggak mungkin, kan, kamu tiba-tiba jadi tulus ama Arsen, gara-gara dia baik doang. Bukannya kamu juga tau, kalo dari dulu Arsen emang baik. Tapi kamu tolak dia terus kan. Karena kamunya emang nggak cinta ama Arsen."

Chery terdiam. Lagi-lagi ia tersenyum getir.

Dirinya yang dahulu sungguh bodoh!

Chery bahkan jijik dengan dirinya sendiri.

"Gue yang bego waktu itu. Gue baru rasain juga, kalo selama ini gue juga punya perasaan buat--"

Tok! Tok! Tok!

Pintu pun bergeser, menampilkan seorang perawat yang mendorong meja yang berisikan banyak obat.

Archery pun beranjak dari duduknya, membiarkan perawat tersebut memeriksa segala ***** bengek alat-alat kedokteran yang tak ia pahami.

"Ayo kita omongin di luar, Ry. Serius, nggak enak ada orang yang denger," Denis pun menarik paksa tangan Chery, membawa keluar dari ruangan Arsen.

Srettt!

Chery menepis tangan Denis. "Udah jelas ya. Kita putus. Sekarang kita nggak ada hubungan lagi!" Final Chery, lalu berbalik.

Tap!

Denis masih berjuang akan sandiwara. Dia mencekal tangan Chery, membuat mau tak mau, Chery harus menatap wajah busuknya lagi. "Kayaknya kamu perlu waktu sendiri dulu deh. Yaudah, aku kasih kamu waktu ya. Sekarang aku pulang, biar kamu bisa mikir-mikir lagi. Tolong inget, ya. Kalo aku cinta kamu, dan kamu itu punya aku."

Chu!

Denis mencium punggung tangan Chery lembut, lalu tersenyum amat manis, yang sungguh membuat Chery ingin muntah detik itu juga.

"Aku pamit pulang, ya."

Chery yang masa bodo pun, kembali ke ruangan Arsen. Saat ia hendak menggeser pintu, sudah tergeser lebih dulu. Chery memundurkan langkah, membiarkan perawat itu lebih dulu keluar bersama meja dorong yang dia bawa tadi.

Mereka saling membungkuk satu sama lain.

Deg!

Kedua mata Chery membelalak, lalu dia berbalik. Menatap detail perawat yang kini berjalan cukup tergesa setelah berpapasan dengan Archery. Dia cukup familier, membuat Archery takut dengan pikirannya sendiri.

Sampai benar-benar perawat itu hilang dari penglihatannya, Archery baru sadar, kalau perempuan yang menyamar sebagai perawat tadi, dia adalah wanita yang saat itu ia pergoki sedang bersama Denis.

"Arsen!"

Cepat-cepat, Chery masuk ke dalam. Perasaan takut kembali menggerogoti hati Chery

Deg!

Benar saja.

Tubuh Arsen mengejang, suara monitor mulai berbunyi tak karuan.

Chery yang kalang kabut, segera menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.

"Denis brengsek!" Teriak Chery.

Ingatan saat Arsen meninggalkannya tiba-tiba saja berputar. Sungguh hatinya merasa sakit.

"Sen, jangan tinggalin aku lagi." Chery pun mulai terisak, saat ia lihat mulut Arsen yang mulai mengeluarkan busa putih. Memenuhi masker oksigennya. Archery pun membatu.

Tak berselang lama pun, dokter dan perawat berdatangan.

Secepat mungkin mereka melakukan pertolongan.

Lain tempat yang tak penuh dengan ketegangan.

Tawa menggelegar di dalam mobil yang berpenghuni dua sejoli tak tahu diri.

"Makasih ya sayang, udah bantu aku," Denis memeluk perempuan yang masih memakai baju perawat, yang belum sempat perempuan itu lepas.

Perempuan itu pun membalas pelukan Denis. "Sama-sama, Sayang. Aku rela kok, ngotorin tangan aku buat kamu. Asalkan kamu nggak ninggalin aku ajah," katanya, lalu menarik tubuh. Menatap penuh gairah lawan jenis yang berada di hadapannya. "Abis Arsen mati, dan aku ngontrol si Bego Chery, aku janji bakal nikahin kamu, dan kita hidup bahagia." Ucap Denis penuh keyakinan.

"Aku sayang kamu, Denis,"

"Aku juga sayang kamu, Clara."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!