New Life Begins
"Ry, gue janji bakalan buat lo bahagia. Lo tau banget kan, kalo gue cinta banget ama lo. Please, Ry, lakuin ini, ya."
Kalimat itu terngiang jelas di telinga gadis yang sesaat lagi akan menyandang status istri. Ya, bukan istri yang seperti yang dijanjikan bahagianya oleh seseorang yang menjanjikannya kemarin sore. Kata-kata manis Denis, kekasihnya.
Saat ini, ia tengah bersanding dengan seorang laki-laki yang akan membimbingnya kelak. Seorang CEO muda yang tampan lagi berbakat. Dengan gaun pengantin khas wanita konglomerat, dia amat cantik, senyuman indah nan palsu ia tampilkan. Membuat terpukau semua tamu undangan, dan juga Arsen sang CEO yang notabenenya kini adalah suaminya.
"Senyumnya nggak usah lebar-lebar, Mba. Saya jadi makin bingung harus gimana? Kalo Mba senyum, ini tamu-tamu pada ngeliatin saya mulu," bisik Arsen sambil tersenyum menanggapi beberapa tamu undangan yang ikut tersenyum padanya dan Chery.
Chery hanya menghela napas pasrah lantas ikut berisik, "lo mau duduk? Apa kita langsung ke kamar ajah gimana?" tawar Chery seraya mengalihkan pandang ke arah Arsen. Chery tersenyum getir, saat ia lihat dahi kiri Arsen yang masih terbalut kapas beraroma alkohol tersebut. Seketika tangannya gemetar, lalu ia benarkan poni Arsen. Sengaja menutupi perban suaminya tersebut. "Gimana mau balik? Masih pusing kan, lo? Kecelakaan kemarin emang diluar nalar, sih?!" detik kemudian Chery tertawa. Cukup paksa membuat Arsen yang mendengarnya merasa gelisah.
"Kalian kenapa?" Ibu mertua Arsen mendekat dengan raut khawatir.
Arsen dan Chery hanya membalas senyum, lalu mereka duduk di kursi pengantin.
Sang Bunda juga ikut mendekat, lantaran dia juga masih khawatir sebab kondisi Arsen yang kurang fit. "Mau istirahat ajah kah, Nak? Kamu keliatan pucet banget." Bunda Arsen-Lily mengusap pelan pipi kanan Arsen, yang cukup membuat Arsen terkesiap perihal mendapati perlakuan manis dari Sang Bunda.
Arsen menggeleng keras, dia tersenyum samar. "Nggak, Bun. Arsen cuma--"
"Yaudah ayo kita masuk kamar ajah. Kamu tadi bilang ke aku pusing. Malu ya kalo bilang pusing ke Bunda. Takut dibilang anak Mami, ya. Hehehe...."
Arsen melotot ke arah Chery yang dengan entengnya memotong sekaligus menyudutkannya.
Bunda dan Ibu Chery hanya terkikik geli.
"Yaudah, Bu, Bunda. Kita pamit ke kamar dulu yaaa, hehehe. Tamu undangan biar Bunda ama Ibu, ya, yang ngurus."
Arsen dan Chery pun meninggalkan altar dengan bergandengan tangan. Tak lupa suara riuhnya sahutan dan tepuk tangan mengiringi langkah mereka yang kini sudah tepat berada di depan pintu. Mereka berbalik, tersenyum ala kadarnya, lalu kembali berbalik hendak menarik pintu gedung pernikahan tersebut.
Kriekkk
Arsen dan Chery cukup tersentak, pintu yang akan mereka tarik justru bergerak ke dalam--seseorang mendorongnya dari luar.
Seseorang itu menampakkan diri.
Pemuda tampan yang auranya sebelas dua belas dengan Arsen tersebut muncul dengan wajah mengintimidasi Arsen dan Chery bergantian.
Chery membuang muka. Arsen menelan ludah kaku. Pemuda itu, Denis, kemudian tersenyum miring mendapati Chery yang cuek padanya.
Denis menawarkan tangannya pada mereka, masa bodoh siapa yang akan menanggapinya, Denis hanya berkata. "Selamat ya udah berumah tangga ajah si, Lo, Sen. Baru rasanya kemarin kita lulus SMA, ya," lantas tersenyum, membuat Arsen yang hendak mengulurkan tangannya untuk menanggapi tangan Denis terhenti, setelah Pemuda tampan itu melanjutkan perkataannya, yang membuat Chery terlonjak kaget. Menatap murka Denis yang tersenyum sarkas setelahnya, "dan baru ajah kemaren rasanya gue liat, lo udah mati. Tapi sekarang idup lagi. Anjirrr banget gak sih?!"
"Omongan lo!" Chery yang murka lantas maju, namun Arsen menahannya dengan gayanya yang tenang.
"Arsen orang yang kelewat tenang. Mau dicaci. Diprovokasi, bahkan dia pernah digebukin ajah, dia tuh orangnya slow banget. Tapi kerennya Arsen, dia selalu lebih lebih daripada lawannya."
Arsen memunggungi tubuh ramping istrinya. Dia menyunggingkan senyuman jijik. Ya, tentunya pasti jijik ketika melihat lawan yang jelas-jelas kalah, tapi masih saja tak mau mengakui kekalahan tersebut. Ditambah lagi, Denis adalah seseorang yang sangat menjengkelkan.
Kepala Arsen mendekat, sengaja untuk membisikan sesuatu, yang benar saja membuat Denis terdiam. "Apa pengen banget ya liat gue mati? Apa pengen banget ya gue kasih pengumuman ke orang-orang siapa yang hampir buat gue mati?"
Chery tentu bisa mendengarnya.
Chery tersenyum lega.
Setidaknya, Manusia Jelmaan Arsen--katanya ini cukup pintar.
"Sen, ayo kita ke kamar." Ajak Chery sambil mengambil salah satu tangan Arsen lalu menggandengnya.
Mereka pun bersiap untuk pergi, tapi lagi-lagi kepergian mereka harus tertahan.
Denis memang yang kalah akan adu argumen dengan Arsen, dia pun mencekal salah satu tangan Chery, lalu berbisik, "jangan lupa rencana kita, ya, Ry. Aku percaya sama kamu."
Najis!
Jijik!
Ingin rasanya Chery menampar pipi mulus Denis itu.
Tapi apalah daya. Biar saja!
Biar saja, lelaki bajingan itu masih menganggapnya, kalau Chery adalah wanitanya. Ah, salah ..., yang benar itu budaknya.
Dia pikir, Chery masih belum tahu, kalau dirinya diduakan oleh lelaki bajingan itu.
Ya, sehari sebelum pernikahan ini terjadi, status Chery dan Denis adalah sepasang kekasih. Status Denis dan Arsen adalah sepupu.
Pernikahan antara Arsen dan Chery hanyalah sebuah bisnis keluarga. Namun, siapa pun tahu, bahwa Arsen benar-benar tulus mencintai Chery yang selalu saja menolaknya.
Tapi karena paksaan dari Denis, bahwasannya Chery harus menikahi Arsen, membuat Chery mau tak mau harus menikahi Arsen. Denis berpesan pada Chery, bahwa dia harus mengambil keuntungan dari pernikahannya ini dengan Arsen.
Iya, keuntungan untuk modal mereka bersama saat status Chery sudah menjanda nanti.
Tapi yang terjadi, saat ia mampir di sebuah Coffee Shop, Chery tak sengaja memergoki Denis tengah bersama wanita lain. Chery sengaja mendudukan dirinya di dekat Denis tanpa lelaki itu sadari. Alhasil, wajah kedua Denis terungkap. Rasa kekecewaan dirasakan Chery detik itu juga. Saat Denis mengatakan, "Chery itu bego. Dia itu taunya cuman cinta doang. Jadi, entar pas aku udah dapet kekayaan Chery yang secara cuma-cuma dia dapet dari Arsen, ayo kita tinggalin negara ini. Kita buat sejarah bahagia di Eropa, gimana, Ra?"
Dan naasnya. Hari itu juga, disaat Chery menyadari betapa tulusnya Arsen, tepat di hadapannya, Arsen mengalami kecelakaan mobil.
Chery masih ingat betul, bagaimana kondisi hancurnya mobil mewah favoritnya itu. Mobil yang selalu Arsen pakai, karena Chery mengatakan kalau Arsen--yang selama ini Chery anggap sebagai sahabat--sangat cocok memakai mobil sedan berwarna merah.
Chery masih ingat betul, disaat terakhirnya pun, Arsen masih saja mengkhawatirkan dirinya. Hati Chery mulai terbuka untuk Arsen, namun justru dari Arsen, lelaki itu pergi meninggalkan dirinya.
"Ry. Jaga dirimu kamu baik-baik. Maaf selama ini aku bohongin kamu. Aku bukan laki-laki yang kamu maksud, Ry. Maafin aku, Ry."
Sampai sekarang, Chery masih belum paham apa yanh diucapkan Arsen di detik-detik terakhirnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments