3. Luka

"Bangun woy! Udah pagi,"

"Dihhh kebo banget sih?!"

"Woy! Sandi! Gila ya lo! Bangun goblok!"

Chery geram, lelaki berparas Arsen itu tak kunjung bangun. Sambil melipat kedua tangan di depan dada, wajah angkuh Chery mendekati wajah Arsen yang pucat. Dahi Chery mengerut melihat ekspresi wajah tidur Arsen yang terlihat gusar.

Peluh membanjiri, sontak Chery pun memegangi dahi Arsen. Matanya melotot saat mendapati panas yang berada di atas rata-rata tersebut. "Lo sakit?!" Lalu mengguncang tubuh Arsen, membuat sang Empunya membuka matanya paksa.

"Jangan pak! Sandi mohon pak!"

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Arsen terbatuk, Chery pun cekatan memberikan segelas air yang berada di nakas. "Kalo sakit ngomong dong! Jangan diem ajah, lo sakit tuh gue yang repot!" Omelnya. Namun ada sedikit rasa khawatir yang menghinggapi. Mau bilang, tapi gengsi.

Lelaki ini siapanya Chery?

Arsen menggeleng pelan. Menetralisir pusing yang tiba-tiba saja datang, lalu ia tersenyum semampunya. "Saya nggak sakit kok, Mba. Cuman kecapean ajah kemarin," katanya, membuat Chery termangguk-mangguk menanggapi.

"Yaudah mandi sana. Terus temuin tuh adek lo--maksudnya adeknya si Arsen. Kan kemarin dia nggak dateng, baru bisa dateng sekarang katanya," ucap Chery sembari melepas handuk yang meliliti kepalanya, lalu mendekati meja riasnya. Menyalakan pengering rambut lalu memakainya.

Chery tersenyum miring mendapati wajah cemas Arsen yang terpantul jelas di kaca besar di depannya. 'Kenapa bisa sih, Sen? Cowok ini mirip ama lo banget. Seriusan, lo dapet dari mana sih?!' senyuman Chery pudar saat sadar, kalau ia mulai merindukan sosok Arsen yang telah tiada.

"Apa langsung saya temuin ajah ya, Mba, itu adiknya Mas Arsen. Kayaknya kalo saya mandi dulu, nggak enak. Takut kelamaan." Dia pun turun dari ranjang tidur.

Chery lantas berbalik, lalu berjalan cepat untuk menghadang Arsen.

Tap!

Chery lebih dulu memegang kenop pintu, membuat Arsen menatapnya bingung.

"Kalo Arsen yang asli, dia nggak bakalan peduli adiknya mau nunggu dia seharian. Arsen terkenal rapih," Chery menatap sosok Arsen palsu di hadapannya. Dari ujung kaki sampai kepala. Arsen mengikuti laju netra Chery yang menatapnya. Lelaki ini paham apa maksud kalimat sarkas yang Chery lemparkan tersebut.

Apalah daya ... dirinya hanyalah lelaki kampung yang tak kenal kata mewah dan rapih?!

"Maaf mbak. Yaudah saya mandi dulu," Arsen pun berbalik, diikuti Chery yang kemudian melanjutkan kegiatannya tadi: mengeringkan rambut.

Sepuluh menit pun berlalu, Arsen keluar dari kamar mandi. Hanya dengan handuk yang melingkari pinggangnya untuk menutupi area sensitifnya, Chery yang ternyata masih memilah baju di sana pun terkejut melihat Arsen yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Lo gila ya!" Cepat-cepat Chery menutupi kedua matanya dengan tangan. Arsen yang ikut terkejut pun, langsung berlari. Kembali masuk ke kamar mandi. "Maaf mbak. Saya lupa bawa baju tadi mbak," teriak Arsen dari dalam. "ya, kirain dia udah keluar. Emang cewek kalo dandan selama itu, ya?" ucapnya pada diri sendiri.

Chery mendecih, lantas mengambil baju Arsen lalu memberikannya setelah mengetuk pintu kamar mandi, dan Arsen pun menerimanya.

Setelah siap, Arsen keluar. Chery terkesima sesaat melihat penampilan Arsen. Hatinya tiba-tiba terenyuh. Dia ..., teringat Arsen. Lelaki yang selalu mencintainya.

Sakit!

'Goblok banget sih, lo Archery. Bisa-bisanya lo baru sadar, kalo Arsen itu ganteng! Tapi ini bukan Arsen. Sadar goblok! Harusnya lo yang mati, Cher. Lo sia-siain Arsen buat si Bajingan Denis.'

"Mba? Kok ngelamun?" Arsen mengibaskan tangannya. Chery tersadar dari lamunan kemudian memasang wajah angkuh biasanya.

Ya! Dia harus angkuh. Hatinya tidak boleh goyah karena rasa bersalahnya yang menumpuk. Rasa cintanya kepada Arsen hanya sebatas terima kasih--dulu memang dia gadis yang bodoh. Sekarang pun. Masih!

Sekuat hati, Chery berusaha menghentikan pujian yang sudah menumpuk karena rupa Sandi yang sangat mirip dengan Arsen-nya. Rasanya akan jadi pengkhianat lagi penghinaan bagi mendiang Arsen, kalau-kalau saja Chery mulai menyukai Arsen palsu di hadapannya ini.

Tak mau terlalu lama bergelut, Chery berusaha mengalihkan fokusnya, dan ia teringat saat melihat tubuh polos Arsen yang ternyata memiliki bekas luka yang cukup parah.

"Luka di dada lo, keknya gede banget sih. Itu kenapa?" tanya Chery penasaran.

Arsen mengelus dadanya. Dia menghela napas sejenak. Sayatan lebar di dadanya, ia kira takkan ada yang akan melihatnya. Kecuali wanita yang akan menjadi istrinya kelak, tapi ya mau bagaimana lagi? Bagaimana pun juga, dia bukan seorang bujangan lagi. Dia sudah beristri, meskipun jalur teken kontrak.

"Bapak dulu punya gangguan mental mba. Kadang kalo lagi kumat dia suka ganggu warga. Waktu itu, dia hampir nyelakain perempuan yang lagi liburan di desa saya. Jadi saya halangin Mba. Syukurnya sih, saya yang kena."

Deg!

Chery terkejut bukan main. Bukan. Chery bukan terkejut mendengar Sandi yang ternyata punya sifat pahlawan. Chery hanya terkejut, dulu saat kecil, dia pun pernah diserang orang gila. Beruntungnya dia selamat, karena sosok Arsen kecil yang saat itu datang menyelamatkannya.

'Gobloknya gue, kenapa gue nggak pernah singgung kejadian itu pas Arsen masih idup. Sekarang gue malah kepo ama dadanya Arsen. Mungkin, lukanya Arsen juga bakalan separah luka Sandi.'

Dulu saat masih kecil, Chery berlibur ke sebuah pedesaan di sana. Bersama keluarganya dan keluarga Arsen. Karena memang, kedua keluarga ini selalu menghabiskan libur bersama, dan yang membuat Chery dan Arsen bisa menikah, ya karena dari kedua keluarga pun merasa cocok untuk bersaudaraan. Tanpa memikirkan perasaan anaknya masing-masing.

Kalau Arsen jangan ditanya. Dia sudah menyukai Chery sejak dulu. Saat kecil. Saat usianya lima tahun, dan kali pertama bertemu dengan Chery, Arsen sudah merengek pada orangtuanya, kalau dia ingin sekali menikahi Chery.

Lain cerita dengan Chery, wanita itu justru merasa risih dengan Arsen. Dia selalu acuh tak acuh, sampai kejadian saat dimana mereka sama-sama berlibur di pedesaan, saat dimana Chery justru menyasar. Dia masuk ke dalam pelosok desa, dan malah bertemu dengan Bapak-bapak yang sedang mabuk.

Bapak-bapak itu meminta uang kepada Chery, sialnya Chery saat itu tidak membawa uang. Dia tadi sedang berjalan dengan kakak laki-lakinya, tapi karena kakaknya itu sangat usil, sampai-sampai membuatnya tertinggal dan berakhir seperti ini.

Prankkk!

Lelaki berusia setengah abad itu memecahkan botol miras yang ia bawa, lalu ia todongkan kepada Chery yang kini sudah menangis sesenggukan.

"Mana uang! Aku butuh uang! Mana uang kamu!" Teriak lelaki tua itu, membuat Chery semakin histeris.

Lelaki tua itu yang memang memiliki riwayat penyakit jiwa, lantas ia pun kembali mengarahkan botol yang kini berbentuk runcing tersebut.

Srettt! Prankkk!

Chery menutup kedua matanya rapat!

Dia sudah pasrah.

Seorang laki-laki yang usianya sama dengan Chery pun menghalangi. Dia memunggungi Chery dengan kedua tangannya yang mencekal kedua tangan lelaki tua itu, sampai botol mirasnya terjatuh. Sayangnya, lelaki muda ini mendapatkan luka cukup panjang di sekitaran dadanya. Darah pun mulai menetes. Namun, lelaki ini seperti kebal, dia hanya meringis sesekali.

"Udah pak! Udah ayo pergi!" Paksa seorang laki-laki tersebut, lalu ia tolehkan sebentar menatap Chery yang masih menutup rapat matanya. "Kamu cepetan pergi! Biar saya yang urus di sini!" Chery sungguh tak asing dengan suara tersebut. Dia pun memberanikan diri untuk membuka matanya, dan detik itu juga dia amat lega.

"Arsen!" Pekiknya senang.

Lelaki muda itu tak peduli, dia dipanggil apa pun. Toh, dia sedang sibuk mengurusi lelaki tua yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri itu.

"Cepet pergi!"

Chery pun menurut, dan ia pun pergi dengan berlari kencang. Meninggalkan sosok yang ia panggil Arsen tersebut.

Namun Chery sempat bingung, Arsen yang ia kenal tak pernah berpakaian lusuh seperti tadi. Ya, meskipun tetap saja Arsen yang tadi sama tampannya seperti Arsen setiap harinya.

Mulai saat itu, Chery dekat dengan Arsen. Meskipun tak memiliki perasaan terhadap Arsen, Chery sudah memutuskan untuk menjadi sahabat Arsen. Tak lebih dari itu, namun Arsen tetap bersyukur, karena dia tiba-tiba didekati Chery.

Meskipun Arsen tak mengerti dengan cerita Chery yang menganggapnya seorang pahlawan, Arsen tak peduli, karena yang terpenting Chery tidak mengacuhkannya lagi.

"Yaudah, lo temuin adeknya Arsen duluan. Gue kebelet sebentar."

Terpopuler

Comments

noenoe

noenoe

iya, makasih ya udah mampir 😁

2023-02-08

0

Cokelatcaca🌼

Cokelatcaca🌼

Saling support yuk ka? mampir di aku😊

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!